Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Kunjungan ke Israel Tuai Kritik, Lima Tokoh Muda NU Dipecat
20 Juli 2024 10:17 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Muhammad Nasrullah Maruf tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kunjungan lima tokoh muda Nahdlatul Ulama (NU) ke Israel baru-baru ini mengundang kontroversi dan kecaman dari berbagai pihak. Meskipun mereka mengklaim bahwa kunjungan ini dilakukan dengan niat baik untuk mendukung perjuangan Palestina, banyak pihak menilai tindakan mereka justru bertentangan dan penuh kejanggalan.
ADVERTISEMENT
Kritikan dari PBNU Savic Ali, menyatakan bahwa tindakan lima tokoh muda ini melukai perasaan warga Nahdliyin dan menunjukkan kurangnya pemahaman geopolitik. "Yang jelas, keberangkatan mereka sulit diterima karena melukai perasaan warga Nahdliyin. Tidak semestinya warga NU berkunjung ke Israel. Ini tindakan tidak paham geopolitik dan perasaan warga NU,” kata Savic dalam keterangannya.
Setelah viral dan mendapatkan kecamanan dari berbagai lapisan masyarakat, permintaan maaf yang mereka sampaikan rupanya lebih terfokus pada kegaduhan yang ditimbulkan daripada pengakuan bahwa tindakan mereka salah. Dalam psikologi, ini dikenal sebagai permintaan maaf defensif, di mana individu lebih menyoroti dampak sosial dari tindakan mereka daripada mengakui kesalahan mereka sendiri. Mereka meminta maaf karena efek dari tindakan mereka, bukan karena menyadari bahwa tindakan tersebut salah. Ini menunjukkan bahwa mereka masih merasa benar, meskipun mayoritas ulama dan kiai mengecam tindakan mereka.
ADVERTISEMENT
Lima tokoh muda NU yang melakukan kunjungan ke Israel adalah Sukron Makmun, Dr. Zainul Maarif, Munawar Aziz, Nurul Bahrul Ulum, dan Izza Annafisah Dania. Mereka inilah yang bertemu dengan Presiden Israel, Isaac Herzog, yang memicu kritik dari PBNU dan masyarakat di saat sang presiden menyerukan penggunaan "tangan besi" kepada perlawanan rakyat Palestina. Gus Yahya, Ketua Umum PBNU, menganggap tindakan mereka tidak memahami konstelasi geopolitik dan melanggar aturan organisasi yang mewajibkan koordinasi dengan PBNU dalam perjanjian internasional.
Selain itu tercium kontradiksi dan kejanggalan dari tindakan mereka, salah satunya adalah alasan yang mereka kemukakan adalah untuk mendukung perjuangan Palestina. Namun, sebelum keberangkatan salah seorang peserta yang tercatat sebagai Wakil Tanfidziyah PWNU Banten ke Israel setelah sebelumnya mendatangi Kedutaan Besar Israel di Singapura ketika melaksanakan khutbah Jumat dan berbicara terkait Hamas, ia mengkritik Hamas—salah satu kelompok perlawanan terbesar di Palestina yang memenangkan pemilu di Palestina—dengan menyebutnya sebagai kelompok yang tidak peduli terhadap rakyat Palestina. Ini jelas bertentangan karena Hamas dikenal sebagai kelompok yang secara aktif memperjuangkan hak-hak Palestina melawan agresi Israel sampai detik ini, bahkan survei yg dilakukan kepada warga Palestina dan negara kawasan arab lainnya membuktikan bahwa Hamas semakim dipercaya dan populer terlebih sejak serangan 7 Oktober 2023.
ADVERTISEMENT
Pertanyaan yang muncul kemudian adalah: siapa yang mereka anggap peduli terhadap rakyat Palestina? Apakah mereka yang hanya berkunjung ke Israel beberapa hari saja dan didanai oleh NGO yang terafiliasi dengan Israel, ataukah kelompok seperti Hamas yang terus berjuang di lapangan dengan harta dan nyawa mereka?
Hamas, meskipun sering dikritik, telah terlibat dalam berbagai upaya negosiasi untuk mencapai gencatan senjata dengan Israel. Negosiasi ini dimediasi oleh negara-negara seperti Qatar, Amerika Serikat, dan Mesir, dengan tujuan mengurangi kekerasan dan membebaskan tawanan. Hamas juga menyatakan kesediaannya menerima solusi dua negara dengan syarat yang ketat. Ini bertentangan dengan pandangan tokoh-tokoh muda NU tersebut yang menganggap bahwa Hamas tidak menginginkan solusi dua negara.
Solusi dua negara atau solusi perdamaian yang mereka gaungkan meskipun telah didukung oleh berbagai negara Arab dalam sejarahnya, masih menghadapi banyak kendala. Banyak dari tokoh muda NU ini mungkin belum memahami sepenuhnya syarat-syarat yang diminta oleh negara-negara tersebut, seperti batas tanah, status Yerusalem, dan hak kembali pengungsi Palestina. Negara-negara Arab melalui Organisasi Kerjasama Islam (OKI) telah mengajukan berbagai syarat untuk solusi perdamaian ini, tetapi hingga kini masih banyak yang belum terpenuhi oleh Israel, yang terus memperluas pemukiman di wilayah yang diakui sebagai tanah Palestina.
ADVERTISEMENT
Sebagai akibat dari kunjungan kontroversial ini, PBNU telah mengambil tindakan tegas dengan memecat lima tokoh muda tersebut dari organisasi NU. Langkah ini diambil untuk menjaga marwah organisasi dan menegaskan sikap PBNU yang menolak segala bentuk hubungan dengan Israel yang tidak terkait dengan bantuan untuk Palestina. Dalam Islam, pendapat jumhur (mayoritas ulama) sering dianggap lebih kuat dan lebih benar dibandingkan dengan pendapat segelintir orang. Hal ini didasarkan pada hadis Nabi Muhammad SAW yang menyebutkan bahwa umat Islam tidak akan bersepakat dalam kesesatan. Oleh karena itu, ketika mayoritas ulama dan kiai mengecam tindakan lima tokoh muda ini, maka seharusnya mereka menyadari bahwa tindakan mereka memang salah. Pendapat dari mayoritas ulama lebih diutamakan dan biasanya lebih bisa diandalkan karena telah melalui proses ijtihad yang mendalam dan komprehensif.
ADVERTISEMENT
Selain itu apa peran Masyarakat dalam Menghadapi Kontroversi semacam ini?
Sebagai respons terhadap tindakan yang dinilai keliru ini, masyarakat dapat mengambil langkah-langkah untuk mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan. Cancel culture atau sanksi sosial dapat diterapkan dengan tidak memberikan panggung kepada tokoh-tokoh yang telah berbuat kontroversial ini. Tujuannya adalah agar mudarat yang mereka sampaikan tidak mempengaruhi masyarakat Nahdliyin, bangsa Palestina yang sedang dijajah, umat Islam pada umumnya, dan bangsa Indonesia. Tindakan ini sangat logis karena berdasarkan prinsip psikologi sosial, pengaruh individu yang telah melakukan tindakan kontroversial dapat diminimalisir dengan mengurangi eksposur publik mereka. Dengan membatasi platform mereka, masyarakat dapat fokus pada dukungan yang benar-benar bermanfaat bagi perjuangan Palestina dan menjaga stabilitas serta persatuan umat Islam. Langkah ini tidak hanya melindungi masyarakat dari pengaruh negatif tetapi juga memberikan pesan tegas bahwa tindakan yang tidak sesuai dengan prinsip dan nilai bersama tidak akan mendapatkan tempat.
ADVERTISEMENT
Meskipun niat mereka mungkin baik, tindakan mereka tetap saja salah. Niat baik harus disertai dengan tindakan yang benar agar dapat memberikan manfaat yang sesungguhnya dan tidak menimbulkan kontroversi atau dampak negatif yang lebih besar. Tindakan ini juga penting untuk mencegah fitnah yang dapat timbul dari kegiatan seperti kunjungan ke Israel, yang berpotensi merusak keharmonisan masyarakat dan merugikan bangsa Indonesia, Palestina, dan umat Islam pada umumnya.