Konten dari Pengguna

Modal Sosial dan Pengetahuan: Menjadi Bagian dari Jaringan Sosial Masyarakat

Muhammad Adib Al-Fikri
Penulis dan pemerhati budaya-sosial. Mahasiswa Magister Kajian Budaya Universitas Padjadjaran.
2 Agustus 2023 7:44 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Adib Al-Fikri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi remaja bernyanyi di taman. Foto: Tom Wang/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi remaja bernyanyi di taman. Foto: Tom Wang/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Saya dilahirkan melalui rahim seorang perempuan, di besarkan di ruang privat, hingga bisa berbicara di ruang publik. Sejak kecil, ibu mengajarkan saya mengenai apa yang dilarang dan apa yang dibolehkan.
ADVERTISEMENT
Dalam ruang privat tersebut, saya memilah mana yang menjadi hak saya dan tidak menjadi hak saya. Ruang privat menuntut saya untuk memilih, mencerna, dan menelaah apa yang menjadi pengetahuan untuk saya dan mana pengetahuan yang di larang diketahui oleh saya.
Seiring berjalannya umur, saya merasakan interaksi, jaringan, dan skala yang lebih luas dari ruang privat itu. Saya bersekolah, berbelanja, dan aktivitas lainnya dengan standar pengetahuan dan modal yang saya terima dari ruang privat.
Dan di detik ini (mungkin di sekitar umur 18 tahun) saya berkuliah di tempat yang jauh dari keberadaan asal saya. Dari sini, saya menemukan banyak hal, dan intinya, ini menyangkut pada bagaimana saya membentuk modal sosial dan pengetahuan agar saya dapat terhubung dengan masyarakat dan budaya baru yang saya temui saat ini.
ADVERTISEMENT
Di tulisan kali ini saya mencoba mengulik bagaimana relasi dan keanggotaan yang terjadi dalam modal sosial sehingga dapat ditemukannya 'pengetahuan turun menurun' yang dapat dirasakan oleh individu, khususnya untuk saya sendiri sebagai seseorang yang merasakan dan terjun di dalam masyarakat sosial.
Modal sosial (Social Capital) merupakan sebuah pandangan mengenai sumber daya diri yang diciptakan melalui jaringan sosial, yang terbentuk melalui interaksi sehingga modal tersebut dapat dikembangkan.
Modal sosial mengembangkan makna dan bahasa tentunya, yang hasilnya adalah timbal balik dan kepercayaan (Burch & William, 1991). Masyarakat membangun ruang yang di mana mereka dapat mengembangkan cara hidup bersama-sama.
Dalam bahasa mudahnya, Bourdieu (1986) dalam The Forms of Capital, mengatakan bahwa modal sosial yang dimiliki oleh individu bergantung pada jaringan dan interaksi individu tersebut dalam ruang yang dibentuknya.
ADVERTISEMENT
Dalam kasus saya sendiri, perjalanan yang saya lakukan selama berkuliah adalah proses membentuk modal sosial saya terhadap budaya baru yang saya temui.
Saya tidak serta merta bergabung menjadi masyarakat. Faktanya, saya menekuni modal sosial yang saya bawa agar bisa menjadi bagian dari masyarakat tersebut.
Dalam konteks yang lebih rumit, saya harus mengenal bahasa, habitus, dan bagaimana relasi dari setiap aktivitas, aksi dan tindakan yang dilakukan dari tiap individunya dalam lapisan masyarakat.
Saya tidak mengenali mereka (masyarakat) per-individu. Nyatanya, saya mengetahui cara mereka berkomunikasi, bertindak, dan bertutur dengan lawan bicaranya. Kita dapat dengan mudah bergabung dengan lapisan masyarakat.
Prasyarat utamanya adalah pengetahuan yang kita pahami dan tentu pada modal sosial kita. Karena secara umum masyarakat telah mampu mengatur dan mengevaluasi informasi yang bertentangan, dengan merepresentasikan pandangan mereka secara konstruktif (Woolock, 2001: Jeannote, 2003).
ADVERTISEMENT