Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Syahdu di Tengah Rintik: Kebangkitan Seni Banyumas di Soetedja Fest 2024
23 Desember 2024 13:44 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Muhammad Aldrian S tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Jumat pagi yang abu, acara dimulai. Rintik hujan mengguyur basah Gedung Kesenian Soetedja. Acara tetap berjalan walaupun diguyur hujan. Lantunan Di Tepinya Sungai Serayu, semakin syahdu didengar, dalam wadah kesenian bertajuk, Soetedja Fest 2024.
ADVERTISEMENT
Sebuah wadah kesenian yang menampilkan segudang kesenian daerah di Banyumas. Membangkitkan kembali kesenian yang hampir tiada. Sebagai bentuk abdi terhadap kesenian Banyumas. Bersatu padu dalam sebuah wadah kesenian.
Ditengah guyuran hujan, acara tetap berlanjut. Para peserta mulai menaiki panggung. Seolah semesta mendukung, disaat acara mulai berjalan, gumpalan air yang jatuh berubah menjadi butiran air yang terjatuh. “Alhamdulillah”, ucap seorang penonton disaat hujan mulai mereda.
Diawali dengan tarian Bongkel, muda mudi yang menari dalam alunan musik khas. Dilanjutkan dengan alunan musik Gandalia yang merdu. Peserta menuruni panggung. Pembawa acara berinteraksi dengan penonton. Sorak sorai penonton terdengar, “kue kang daerahku!”, ucap seorang ibu dengan bangga.
Acara kembali berlanjut. Musikalisasi Gadon dan tarian Angguk yang enerjik menjadi dua sesi pembuka. Kemudian, penyatuan seni tari dan silat membuat penonton tercengang. Dengan balutan yang modern, Aksimuda, mengundang tepukan tangan yang meriah.
ADVERTISEMENT
Kemudian Begalan, sebuah kesenian yang teringat betul terutama masyarakat Banyumas, sebagai kesenian yang digunakan pada acara pernikahan adat Jawa Banyumasan. Tetes hujan kembali berjatuhan, seolah semesta menjawab ritual Cowongan, sebuah seni yang bertujuan mengundang hujan.
Hujan kembali berhenti, sore itu, kesenian Buncisan menari-nari disertai alunan musik pengiringnya. Dilanjutkan seni bela diri Ujungan yang memukau. Gubrek Lesung, yang mempertontonkan sekumpulan ibu-ibu yang sedang menumbuk menggunakan alu. Dan diakhiri dengan Solawat Jawa, sebuah akulturasi budaya religi dengan adat.
Ditengah berjalannya acara, dalam Gedung Soetedja, terpampang foto dan lukisan zaman dahulu terkait sejarah Gedung Soetedja ini berdiri.
“Gedung Soetedja ini, dulu lokasinya itu di Pasar Manis sana, mbah Soetedja mewakafkan tanahnya untuk didirikan gedung kesenian, sebagai bentuk perhatian beliau terhadap seniman-seniman di Banyumas”, ungkap seorang pencerita lukisan.
ADVERTISEMENT
Dengan adanya festival kesenian ini, besar harapan untuk membangunkan kesadaran akan kekayaan budaya di Banyumas ini. Dengan penuh harapan pula, tongkat estafet ini mampu dilanjutkan oleh generasi muda Banyumas.
Namun, apakah semangat yang terlihat di Soetedja Fest 2024 ini mampu terus hidup di tengah arus modernitas? Atau akan menjadi kenangan manis yang perlahan memudar seiring waktu? Jawabannya mungkin ada di tangan generasi berikutnya, yang diharapkan mampu menjaga nyala obor budaya Banyumas ini.