Konten dari Pengguna

Generasi Muda, Tulang Punggung Pertanian Maju

Muh Faishal Nur Kamal, SST
Statistisi Ahli Pertama di Badan Pusat Statistik
30 Januari 2022 6:49 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muh Faishal Nur Kamal, SST tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Generasi Muda dan Pertanian. Sumber: Dokumentasi Pribadi.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Generasi Muda dan Pertanian. Sumber: Dokumentasi Pribadi.
ADVERTISEMENT
Jika mendengar Badan Pusat Statistik (BPS), sebagian orang akan teringat dengan istilah sensus. Walaupun terkadang BPS sendiri masih sering tertukar-tukar penyebutannya dengan BPJS, tugas pokok dan fungsi kedua nya jelas-jelas berbeda. Menurut KBBI, sensus dapat diartikan sebagai cacah jiwa. Lebih luas lagi sensus dapat diartikan sebagai penghitungan jumlah penduduk, tingkat ekonomi, dan sebagainya yang dilakukan oleh pemerintah dalam jangka waktu tertentu.
ADVERTISEMENT
Berbicara mengenai sensus, BPS secara rutin menyelenggarakan kegiatan tersebut setiap sepuluh tahun sekali pada tahun berakhiran nol untuk sensus penduduk, tiga untuk sensus pertanian, dan enam untuk sensus ekonomi. Sensus terakhir dilaksanakan BPS pada tahun 2020, yaitu Sensus Penduduk 2020. Itu artinya dalam waktu dekat BPS akan kembali menyelenggarakan sensus berikutnya, yaitu Sensus Pertanian 2023.
Sensus pertanian adalah sensus yang secara khusus bertujuan untuk mendapatkan data statistik pertanian yang lengkap dan akurat dalam rangka memperoleh gambaran yang jelas tentang struktur pertanian di Indonesia. Sensus pertanian terakhir yang diselenggarakan oleh BPS adalah Sensus Pertanian 2013. Salah satu catatan penting yang diperoleh dari hasil sensus tersebut adalah lemahnya regenerasi di sektor pertanian. Tercatat pada tahun 2013, 61 persen petani merupakan penduduk berusia 45 tahun ke atas. Hal ini mengindikasikan kekurangtertarikan kaum muda untuk terjun dan berkarier di sektor pertanian.
ADVERTISEMENT
Menilik hasil Sensus Penduduk 2020, 53.81 persen penduduk Indonesia adalah generasi milenial dan gen z. Hal ini mengindikasikan tenaga kerja Indonesia dipenuhi oleh talenta muda yang kreatif dan inovatif. Sangat disayangkan apabila para pemuda ini tidak mau melirik sektor pertanian sebagai pilihan karier yang menjanjikan. Padahal sektor ini perlu mendapat dukungan dari kelompok muda yang lebih sensitif terhadap perubahan teknologi pertanian. Mereka sangat dibutuhkan terutama untuk mengembangkan intensifikasi pertanian.
Memang apabila berkaca pada kondisi pertanian saat ini, Indonesia masih didominasi oleh pertanian tradisional yang mengandalkan tenaga manusia. Mengingat julukan sebagai negara agraris, maka pengelolaan pertanian di Indonesia seharusnya memberikan hasil yang optimal dan mampu mewujudkan kedaulatan pangan di masa yang akan datang. Namun, mimpi itu terancam oleh keengganan generasi muda untuk bergelut dan berkarier di sektor pertanian. Hasil Survei Pertanian Antar Sensus 2018 menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda dibandingkan dengan Sensus Pertanian 2013. Petani Indonesia masih didominasi usia 45 tahun ke atas. Bahkan persentasenya meningkat menjadi 64,19 persen dibandingkan dengan kondisi pada tahun 2013 yang lalu.
ADVERTISEMENT
Tentu saja dengan kemajuan teknologi, tidak dibutuhkan banyak tenaga manusia untuk mengelola sektor pertanian. Begitu juga dengan pengelolaan secara tradisional, mulai ditinggalkan dan beralih kepada pengelolaan yang lebih modern. Sebagai contoh kehadiran mesin Combine Harverster. Dengan alat canggih ini, kegiatan panen yang biasanya memakan waktu seharian dan menggunakan tenaga belasan orang, kini bisa dilakukan dalam waktu satu jam saja dan hanya membutuhkan dua tenaga manusia. Satu bertugas sebagai operator Combine Harvester, yang lain bertugas memasukkan hasil panen ke dalam karung.
Dalam rangka mengembangkan sektor pertanian, kemajuan teknologi yang telah disebutkan di atas tentu tidak hanya dibutuhkan dalam proses bisnis rutin pengelolaan pertanian saja. Inovasi dan kreativitas juga dibutuhkan dalam hal lain seperti pengembangan bibit unggul yang berkualitas, pengolahan hasil pertanian yang memberikan nilai tambah, serta pemasaran produk akhir pertanian yang berdaya saing.
ADVERTISEMENT
Pemerintah harus hadir untuk meyakinkan generasi muda akan peran pentingnya dalam mengelola sektor pertanian. Mindset tentang petani sebagai profesi yang kumuh, serba kekurangan, dan tidak modern dibandingkan pekerja kantoran harus dikikis habis. Jangan sampai kita kelaparan di lumbung padi hanya karena tidak ada yang mau mengelola negeri yang subur dan kaya ini. Sudah saatnya generasi muda bangkit dan mengambil tongkat estafet sebagai tulang punggung pertanian Indonesia yang lebih maju dan sejahtera.