Cegah Ransomware, Rudiantara Imbau Warga Backup Data Penting

13 Mei 2017 21:30 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Rudiantara (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
Serangan ransomware merajalela di sejumlah negara. Indonesia juga terkena serangan siber ini, dengan Rumah Sakit Dharmais dan Rumah Sakit Harapan Kita yang menjadi korbannya pada Sabtu, (13/5). Insiden ini mendapat perhatian dari Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara. Pria yang akrab disapa Chief RA itu mengimbau masyarakat untuk tidak panik dan segera mengantisipasi serangan virus penyandera dokumen itu, yang salah satunya dengan cara melakukan pencadangan (back-up) dokumen penting. Ada dua langkah yang diminta Rudiantara kepada warga dalam mengantisipasi ransomware. Pertama, untuk sementara ini pastikan saat menyalakan komputer, perangkat tersebut tidak terhubung dengan jaringan Internet atau data. Kedua, segera lakukan pencadangan (backup) data ke media lain atau perangkat lain. "Sebelum menggunakan komputer pada saat masuk kantor nanti, pastikan komputernya tidak terhubung dengan jaringan data atau jaringan Internet. Kalau komputer terhubung dengan server atau apapun, tolong cabut kabelnya. Matikan Wi-Fi-nya. Lalu, back-up data yang penting. Sambil nanti pelan-pelan di-update keamanannya oleh tim IT di kantor," kata Rudiantara kepada kumparan (kumparan.com). Baca juga: Rudiantara Komentari Serangan Ransomware, Warga Diminta Tidak Panik Backup data disebut penting oleh Rudiantara agar pengguna memiliki data cadangan seandainya ia terserang ransomware. Ada baiknya back-up data itu dilakukan di perangkat yang tidak terkoneksi Internet, atau di perangkat lain bersistem operasi non-Windows, seperti Linux atau Mac OS.
ADVERTISEMENT
Selain itu, menteri yang menangani bidang teknologi informasi ini mengimbau warga untuk melakukan pembaruan peranti lunak keamanan siber di perangkat masing-masing. Ransomware sendiri disebut sebagai program jahat yang menyandera dokumen korban dengan algoritma enkripsi khusus. Setiap dokumen yang terkunci oleh peranti lunak ini hanya bisa diakses jika memasukkan kode unik untuk membuka enkripsinya. Nah, kode unik itu hanya dimiliki oleh pihak yang membuat ransomware tersebut. Si penjahat siber kerap meminta uang tebusan jika korbannya ingin mendapatkan kode unik untuk membuka kunci enkripsi. Ransomware sendiri bisa mengunci segala jenis format dokumen komputer. Bisa berupa Microsoft Word, Excel, PowerPoint, .JPG, .PDF, sampai dengan dokumen Adobe Photoshop.
ADVERTISEMENT
Ransomware saat ini telah menyebar ke berbagai belahan dunia. Ia tercatat menyebar ke 45.000 komputer, baik rumah sakit, korporasi, universitas, hingga instansi pemerintah, di 74 negara. Rusia juga termasuk yang diserang oleh WannaCry di mana 1.000 komputer di Kementerian Dalam Negeri mereka menjadi korban serangan tersebut. Serangan dilaporkan juga banyak terjadi di Inggris di mana ada 16 rumah sakit dan klinik yang terpaksa harus menolak pasien setelah mereka kehilangan akses ke komputer pada Jumat lalu. Menurut sebuah pernyataan dari National Health Service di Inggris, ransomware yang melumpuhkan 16 rumah sakit di Inggris itu dikenal sebagai Wanna Decryptor yang juga dikenal sebagai WannaCry. Operasional rumah sakit memang telah terkena dampak dari ransomware ini, tetapi sejauh ini tidak ada indikasi bahwa data pasien telah terkena dampak dari WannaCry.
ADVERTISEMENT
Ransomware (Foto: 8vFanI via ThinkStock)
Khusus Rumah Sakit Dharmais dan Rumah Sakit Harapan Kita, Jakarta, yang terkena dampak, Rudiantara berkata ada sistem antrean atau sistem pembayaran rumah sakit tersebut yang terkunci oleh WannaCry, dan membuat petugas tidak bisa membuka data. Kemkominfo tengah berupaya membantu memulihkan sistem jaringan komputer dan server di kedua rumah sakit tersebut. Kemkominfo juga tengah bekerja sama dengan pihak lain, termasuk Kementerian Kesehatan, dalam menyelesaikan masalah ini. "Tim Kominfo juga telah membantu rumah sakit yang terkena dampak ini untuk memulihkan sistem mereka," tutur Rudiantara.