Konten dari Pengguna

Masa Depan Indonesia Di Tengah Polemik Bonus Demografi

Muhammad Gibran
Mahasiswa Ilmu Alquran dan Tafsir UIN Imam Bonjol Padang Alumni Student Literacy Camp 2024
28 Mei 2024 10:50 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Gibran tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
pengguna media sosial. sumber: foto pribadi
zoom-in-whitePerbesar
pengguna media sosial. sumber: foto pribadi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Indonesia telah menyusun target untuk mecapai cita-citanya di tahun 2045. Banyak hal yang akan dipersiapkan mulai dari sumber daya manusia hingga sumber daya alam, melihat hal itu tentu perlu adanya usaha yang maksimal dari berbagai pihak, salah satunya pemuda yang disebut sebagai generasi baru yang akan membawa perubahan. Melihat era perkembangan teknologi yang telah menjadi pisau bermata dua bagi generasi muda, satu sisi menjadi dampak positif tapi disisi lain juga menjadi dampak negatif. Hal negatif ini disebabkan oleh segala hal yang disajikan serba cepat dan instan, baik itu informasi, pengetahuan, permainan, bahkan pembelian barang bisa dilakukan tanpa harus ke tokonya. Dengan hitungan detik apa yang dibutuhkan akan langsung muncul di layar smartphone, bahkan dari data yang dirilis oleh situs we are social pengguna smarphone mencapai 99.4% dan total pengguna internet adalah 212,9 juta. Menurut Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), jumlah penduduk Indonesia yang menggunakan internet pada tahun 2024 mencapai 221.563.479 orang, dari 278.696.200 orang pada tahun 2023. Data tersebut membuktikan betapa banyaknya pengguna internet pada tahun 2024.
ADVERTISEMENT

Sebuah angan-angan bagi Indonesia dalam menghadapi bonus demografi 2045

Dengan adanya peningkatan pengguna teknologi seperti smartphone, malah menyebabkan para pemuda Indonesia menjadi manja dalam segala hal. Generasi sekarang hanya akan menerima hal-hal yang praktis dan mudah dicerna. Salah satu penelitian menyebutkan bahwa perkembangan teknologi informasi memberikan pengaruh buruk terhadap kecerdasan generasi muda.(Gilang:2017). Kemudahan akses informasi melalui teknologi sering kali membuat generasi muda kurang terlatih dalam berpikir kritis dan analitis. Mereka cenderung mengandalkan informasi instan dari internet tanpa memverifikasi kebenarannya. Kebiasaan ini dapat mengurangi kemampuan mereka untuk menganalisis informasi secara mendalam dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis.
Selain itu juga berdampak pada penurunan kemampuan membaca mendalam teknologi, terutama media sosial dan konten berbasis video, telah mengubah cara generasi muda mengonsumsi informasi. Mereka lebih sering terpapar pada konten singkat dan cepat dibanding teks panjang dan mendalam. Hal ini dapat menurunkan kemampuan membaca mendalam dan memahami teks yang kompleks, yang penting untuk pengembangan intelektual. Ketika sudah terbiasa dengan hal itu, mereka akan cenderung bosan berlama-lama untuk mempelajari suatu hal, apalagi hanya untuk membaca beberapa lembar buku. Hal ini dapat membentuk suatu kebiasaan yang buruk dalam siklus kehidupan para pemuda. Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, kebiasaan yang buruk ini dilatar belakangi oleh banyak faktor. Beberapa diantaranya berasal dari kecanduan bermain game online, sosial media (Tiktok, Instagram,WhatsApp), hingga kesulitan dalam mengontrol waktunya antara hal-hal yang produktif dan santai. Tidak adanya jadwal harian yang ditetapkan juga menjadi faktor, sebab tak ada kegiatan yang tersusun dengan rapi yang ujung-ujungnya orang-orang akan kembali lagi pada internet dan media sosial untuk memuaskan kesenangan dan hawa nafsunya.
ADVERTISEMENT
Melihat permasalahan tersebut mengakibatkan penurunan intelektual dan literasi di Indonesia. Faktanya, dari hasil survey Program for International Student Assesment (PISA) yang diinisiasi oleh Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) tahun 2018 pada situs web GoodStats, Indonesia menempati peringkat 71 dari total 77 negara, yang termasuk dalam 10 negara terbawah dengan tingkat literasi rendah. Lalu disisi lain, dalam situs web we are social menyebutkan bahwa orang-orang bisa menghabiskan waktu selama 7 jam 45 menit di Internet dan 3 jam 8 menit.
Dikutip dari laman berita kompas menyebutkan bahwa sebagian mahasiswa mengalami kesulitan dalam mengontrol diri bermain internet bahkan sampai lupa waktu dan inilah yang disebut dengan Problematic Internet Use (PIU). Data tersebut menunjukkan bahwa minat baca lebih rendah dibandingkan konsumsi internet dan media sosial yang bahkan bisa menghabiskan hampir separuh dari waktunya. Ini dapat berpengaruh terhadap produktifitas dan kreatifitas dari para pemuda tersebut. Peristiwa ini sama halnya dengan tabiat hewan seperti keong mas yang jalannya itu lamban yang ibaratnya bergerak pelan sambil bertahan hidup selayaknya yang lain tanpa melakukan hal yang berarti. Begitulah kondisi pemuda zaman sekarang yang dipercaya sebagai pemegang tombak perkembangan dan pembangunan bangsa serta teladan bagi yang lainnya. Alih-alih mewujudkan Indonesia menuju generasi emas 2045, malah lebih cocok disebut Generasi Keong Mas 2045. Gagasan tersebut hanya akan menjadi wacana semata.
ADVERTISEMENT

Ujung tombak pemuda dalam menghadapi bonus demografi 2045

Dari berbagai permasalahan diatas tentu menjadi masalah besar bagi pemuda dalam menjalani kehidupan yang semestinya terlebih dalam menghadapi Indonesia emas 2045. Tentu ada suatu hal yang menjadi solusi yang sangat solutif dalam menyelesaikan polemik yang terjadi. Mulai dari kebiasaan kecil yang dilakukan secara kontiunitas dan akhirnya menjadi kebiasaan yang tanpa sadar kita lakukan sehari-hari. Contohnya seperti yang dilakukan generasi saat ini yang sanggup menghabiskan sepertiga dari kesehariannya menyelami dunia maya. Ini terbentuk dari kebiasaan setiap harinya yang selalu menggunakan smartphone untuk berbagai hal. Semestinya waktu sebanyak itu bisa digunakan untuk kebiasaan-kebiasaan positif lain seperti mengembangkan kemampuan diri, memperluas wawasan, dan mengikuti kegitan sosial di luar. Mulai dari hal-hal kecil seperti inilah yang akan mengubah haluan hidup pemuda di zaman ini. Bisa saja dimulai dari detox social media, yakni mulai mengurangi penggunaan media sosial sesuai kebutuhan masing-masing. Beristirahat sejenak dari pengaksesan media sosial. Hal itu dapat dilakukan sehingga mencapai keteraturan dalam mengelola waktu penggunaan media sosial.
ADVERTISEMENT
Dan berangkat dari permasalahan literasi Indonesia yang sangat rendah, solusi yang dapat ditawarkan adalah membaca buku-buku pengetahuan, menulis jurnal harian, mengembangkan skill baru. Logikanya jika kita dapat meluangkan waktu 10-20 menit sehari untuk membaca, maka itu berpeluang besar membentuk budaya literasi dalam keseharian. Ketika kebiasaan yang baik (good habit) sudah diterapkan, maka proses kreatifitas dan kemajuan pola pikir generasi saat ini akan terbentuk yang muaranya akan memajukan kualitas bangsa.
Sehingga target Indonesia Menuju Generasi Emas 2045 bisa terwujud. Yang tadinya diibaratkan seperti keong mas yang menjadi hama bagi para petani, bisa menjadi burung yang terbang tinggi di cakrawala. Meraih impian dan cita-citanya dalam membantu kemajuan bangsa. Bahkan pemuda yang tadinya lambat dalam hal pergerakan bisa melesat dengan sangat progresif mengikuti perkembangan zaman. Dan gagasan “Indonesia Menuju Generasi Emas 2045” memiliki peluang yang besar untuk dicapai.
ADVERTISEMENT