Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
Fashion Skena : Lebih dari Sekadar Gaya untuk Generasi Z
29 Januari 2025 10:35 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari muhammad helmi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Fashion adalah cara kita berbicara tanpa kata-kata. Ketika seseorang mengenakan jaket denim, celana jeans robek, dan sepatu boots, kita langsung memiliki gambaran tentang kepribadiannya. Bagi Generasi Z, fashion bukan hanya soal penampilan; itu adalah identitas. Mereka menggunakan outfit untuk mengekspresikan siapa diri mereka. Tidak heran, generasi ini sering mix and match outfit dengan cara yang tidak biasa, menciptakan gaya unik yang merepresentasikan kepribadian mereka. Salah satu tren fashion yang sedang naik daun di kalangan Generasi Z adalah kebangkitan gaya retro dan vintage, yang dikenal dengan istilah "skena." Istilah ini memiliki arti yang dalam: "Sua, cengKErama, kelaNA," yang merujuk pada aktivitas nongkrong, ngobrol, dan berkelana bersama teman. Awalnya, skena populer di dunia musik, khususnya subkultur underground dan indie. Namun, kini pengaruhnya meluas hingga ke dunia fashion.
ADVERTISEMENT
Fashion skena adalah gaya berpakaian yang terinspirasi dari subkultur tertentu. Subkultur ini seringkali memiliki ciri khas masing-masing, seperti Skena Emo yang identik dengan baju ketat, skinny jeans, dan sepatu kanvas berwarna, Skena Goth yang ciri khasnya adalah busana serba hitam, aksesoris dengan tema gelap, dan rok panjang, serta Skena Skater yang Identik dengan baju oversize, baggy jeans, dan sepatu skate.
Media sosial memberikan dampak besar dalam penyebaran tren fashion skena. Platform seperti Instagram, TikTok, dan Pinterest menjadi tempat Generasi Z mencari inspirasi outfit, memamerkan gaya mereka, dan menemukan komunitas yang memiliki selera yang sama. Menariknya, fashion skena juga identik dengan cara berbelanja yang unik: thrift shopping. Thrift shopping atau belanja barang bekas menjadi pilihan utama bagi mereka yang ingin tampil nyentrik tanpa menguras dompet. Selain lebih terjangkau, belanja thrift juga mendukung gaya hidup berkelanjutan (sustainability), yang menjadi nilai penting bagi banyak anak muda.
ADVERTISEMENT
Namun, ada sisi lain yang perlu diperhatikan. Tren fashion di kalangan Generasi Z saat ini dianggap banyak dipengaruhi oleh budaya luar negeri. Misalnya, gaya emo berasal dari Amerika, sementara skena goth memiliki akar dari Eropa. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk tidak melupakan nilai-nilai budaya lokal. Sebagai contoh, menggabungkan elemen-elemen tradisional Indonesia, seperti kain batik atau songket, ke dalam outfit skena bisa menjadi langkah kreatif untuk tetap menghargai budaya sendiri. Dengan begitu, generasi muda bisa mempopulerkan fashion skena dengan sentuhan lokal yang unik.
Meski fashion skena terus berkembang, ada tantangan yang perlu dihadapi. Salah satunya adalah bagaimana menjaga tren ini tetap relevan tanpa kehilangan esensinya. Generasi Z dikenal kreatif dan inovatif, tetapi ada kemungkinan tren ini mencapai titik jenuh ketika kenyamanan menjadi prioritas utama dibandingkan mengikuti tren. Namun, selama Generasi Z terus memadukan kreativitas dengan identitas mereka, fashion skena akan tetap menjadi simbol ekspresi diri yang kuat. Tren ini seperti bola salju yang terus membesar, membawa dampak besar pada dunia fashion anak muda.
ADVERTISEMENT
Fashion skena bukan hanya gaya berpakaian; itu adalah cerminan identitas, komunitas, dan cerita hidup. Bagi Generasi Z, fashion skena memberikan ruang untuk berekspresi sekaligus merasa diterima di lingkungan mereka. Dengan pengaruh media sosial dan kesadaran akan keberlanjutan, tren ini menjadi lebih dari sekadar gaya: ini adalah bagian dari budaya hidup mereka. Namun, di tengah arus globalisasi, penting untuk tetap menghargai budaya lokal. Fashion skena memiliki potensi besar untuk berkembang lebih jauh dengan sentuhan lokal yang unik. Jadi, apakah Generasi Z siap untuk terus mengawal tren ini? Atau akankah kenyamanan menggantikan tren sebagai prioritas utama? Kita tunggu cerita mereka berikutnya di kanvas dunia fashion.