Konten dari Pengguna

Dari Padang Pasir hingga Pusat Peradaban: Transformasi Arsitektur Masjid Nabawi

Muhammad Ibrahim Marjuki
Nama saya Muhammad Ibrahim Marjuki, asal kota saya Kabupaten Gresik, saya sedang berkuliah di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, hobi saya olahraga dan menulis, pekerjaan saya adalah pelajar/mahasiswa.
10 November 2024 11:06 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Ibrahim Marjuki tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar interior Masjid Nabawi, Sumber: pexels
zoom-in-whitePerbesar
Gambar interior Masjid Nabawi, Sumber: pexels
ADVERTISEMENT
PENDAHULUAN
Arsitektur adalah karya seni manusia dalam menciptakan sesuatu. Dalam pandangan Islam, seni arsitektur tidak hanya mempertimbangkan keindahan fisik, tetapi juga keseimbangan dan keteraturan yang mencerminkan keagungan dan kekuasaan Allah SWT sebagai Maha Pencipta. Sejarah arsitektur Islam mencakup bangunan seperti masjid, makam, istana, dan benteng yang erat kaitannya dengan sejarah peradaban Islam.
ADVERTISEMENT
Peradaban arsitektur keislaman pada masjid, khususnya Masjid Nabawi, menunjukkan bagaimana sebuah bangunan sederhana namun bermakna dapat menginspirasi pembangunan masjid-masjid di seluruh dunia. Masjid Nabawi telah mengalami beberapa kali perubahan untuk menyesuaikan kebutuhan yang diperlukan. Meskipun telah mengalami perubahan, nilai-nilai arsitekturnya masih dipertahankan.
Tulisan ini menjelaskan tentang transformasi peradaban arsitektur Masjid Nabawi dari sebuah bangunan sederhana di tengah padang pasir hingga menjadi pusat peradaban.
PEMBAHASAN
Era Nabi Muhammad SAW
Menurut sejarah, Masjid Nabawi dibangun di atas tanah milik dua orang anak yatim Ansor. Ketika Nabi berkeliling rumah para sahabat untuk mencari lahan, tiba-tiba unta yang ditungganginya berhenti di sebidang tanah milik anak-anak tersebut. Nabi pun memilih tanah itu untuk dijadikan masjid. Nabi membangun masjid sebagai tempat pendidikan, dakwah, musyawarah, strategi perang, dan pusat kehidupan umat. Proyek pembangunan Masjid Nabawi pertama kali diarsiteki langsung oleh Nabi Muhammad. Arsitektur Masjid Nabawi pada masa Nabi memiliki ciri khas sederhana yang mencerminkan kehidupan Nabi dan masyarakat Madinah kala itu.
ADVERTISEMENT
Ciri khas Masjid Nabawi pada masa Nabi Muhammad yang pertama adalah bahan bangunannya yang sederhana. Nabi, sebagai arsitek, memiliki sifat dan kepribadian yang sangat sederhana, dan kesederhanaan itulah yang menjadi dasar pembangunan Masjid Nabawi. Bahan bangunan yang digunakan mudah didapatkan di sekitar proyek pembangunan masjid, seperti batu bata dari lumpur, lantai dari tanah liat biasa, tiang dari batang pohon kurma, dan atap dari daun palem yang tumbuh subur di Madinah. Kesederhanaan ini mengajarkan bahwa pentingnya dalam membangun tempat peribadatan bukanlah kemegahan, melainkan kemanfaatan dan niat pembuatannya.
Ciri khas kedua adalah desain yang mengutamakan kenyamanan dan fungsi. Dalam membangun Masjid Nabawi, Nabi merancang masjid agar nyaman bagi semua umat. Tujuannya agar orang-orang merasa nyaman di masjid sehingga Nabi dapat menyampaikan dakwah dengan baik dan diterima oleh masyarakat. Selain itu, Masjid Nabawi juga digunakan untuk membangun Ukhuwah Islamiyah.
ADVERTISEMENT
Ciri ketiga adalah memiliki raudhah. Raudhah adalah tempat di mana Nabi tinggal dan beribadah. Raudhah sering disebut sebagai taman surga di dunia. Banyak umat Muslim berdoa di tempat mulia ini dengan harapan doa mereka akan segera dikabulkan oleh Allah SWT.
Ciri keempat adalah memiliki banyak pintu yang terbuka. Pintu-pintu ini bermakna sebagai undangan untuk beribadah, seakan-akan semua yang melihatnya dipersilakan untuk mampir beribadah.
Era Setelah Nabi Muhammad SAW
Perkembangan arsitektur Masjid Nabawi setelah wafatnya Nabi pertama kali terjadi pada masa Khulafaur Rasyidin Utsman Bin Affan. Pada masa ini, masjid diperluas untuk pertama kalinya. Bahan-bahan bangunannya mulai diganti dengan material yang lebih baik seperti batu berukir dan kayu jati, serta atapnya diganti dengan bahan yang lebih kokoh. Perkembangan pada masa ini tetap menjaga fungsi dan kenyamanan masjid yang diusung oleh Nabi.
ADVERTISEMENT
Perkembangan arsitektur kedua setelah wafatnya Nabi terjadi pada masa Dinasti Umayyah. Pada masa ini, renovasi besar-besaran dipimpin oleh Khalifah Al-Walid Bin Abdul Malik. Masjid Nabawi diperluas secara signifikan dan desainnya berubah menjadi lebih megah. Pengaruh arsitektur Bizantium mulai terlihat, dengan ciri khas kubah besar seperti Hagia Sophia di Istanbul, Turki. Perubahan ini menjadi ciri khas baru dari Masjid Nabawi.
Perkembangan arsitektur terakhir setelah wafatnya Nabi terjadi pada masa Dinasti Abbasiyah, Utsmaniyah, dan Saudi. Pada masa ini, Masjid Nabawi terus mengalami perluasan dan renovasi. Arsitektur Masjid Nabawi pada periode ini merupakan perpaduan antara gaya klasik Islam dan arsitektur dinasti yang memimpin. Pada masa Saudi, pembangunan atau renovasi Masjid Nabawi menggunakan teknologi modern dalam konstruksinya.
ADVERTISEMENT
Secara umum, perkembangan arsitektur Masjid Nabawi meliputi perubahan bahan material, desain, dan teknologi. Bahan material yang dulunya dari tanah liat dan batang kayu pohon kurma, kini diganti dengan batu marmer dan logam yang lebih kuat dan tahan lama. Desain masjid menjadi semakin kompleks dengan penambahan kubah, menara, mihrab, serta ornamen lainnya seperti kaligrafi yang menghiasi dinding-dinding Masjid Nabawi. Terakhir, Masjid Nabawi kini menggunakan teknologi canggih seperti sistem suara, pendingin ruangan, dan pencahayaan untuk meningkatkan kenyamanan para jamaah.
KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa teladan Nabi Muhammad SAW dalam membangun peradaban, khususnya Masjid Nabawi, memberikan contoh konkret bagaimana arsitektur dapat memperkuat nilai-nilai spiritual, moral, dan sosial. Menggunakan pendekatan kesederhanaan, keterbukaan, dan fungsi sosial yang kuat, Masjid Nabawi tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga menjadi pusat kehidupan dan perkumpulan yang harmonis serta beretika. Sepanjang sejarah, Masjid Nabawi berkembang menjadi tempat yang relevan dan berkembang tanpa kehilangan esensinya, tetap menjadi simbol penting bagi umat Islam. Perkembangan arsitektur Masjid Nabawi mencerminkan sejarah panjang Islam dan peradaban manusia, dari bangunan sederhana yang dibangun oleh Nabi hingga menjadi salah satu pusat peribadatan terbesar dan termegah di dunia.
ADVERTISEMENT
REFERENSI
Puspita, Desy, et al. "MASJID SEBAGAI PUSAT PERADABAN DAN KEBUDAYAAN ISLAM." Religion: Jurnal Agama, Sosial, dan Budaya 2.3 (2023): 65-68.
Saputri, Itsnawati Nurrohmah. "Perkembangan Kubah Batu, Masjid Damaskus, Perluasan Masjid Al-Haram dan Masjid Nabawi pada Masa Khalifah Abdul Malik Bin Marwan dan Walid Bin Abdul Malik." Millati: Journal of Islamic Studies and Humanities 2.2 (2017): 195-220.
Fanani, Achmad. Arsitektur masjid. Bentang Pustaka, 2009.
Nurjamilah, Cucu. "Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Masjid dalam Perspektif Dakwah Nabi saw." Journal of Islamic Studies and Humanities 1.1 (2017): 93-119.
Gambar Masjid Nabawi pada saat ini, Sumber: pexels