Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.97.1
Konten dari Pengguna
Kondisi Kesultanan Palembang Abad Ke-17
5 Desember 2022 2:26 WIB
Tulisan dari Muhammad Ilhamsyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Seperti yang kita ketahui kerajaan yang ada di Indonesia pada zaman kerajaan sangat beragam dan bermacam-macam, namun tak semua kerajaan dipelajari di bangku sekolah. Contohnya adalah Kesultanan Palembang, padahal banyak sekali pelajaran yang bisa kita petik dari Kesultanan Palembang. Lalu bagaimana kondisi pemerintahannya? dan peristiwa apa saja yang ada di dalam Kesultanan Palembang? dalam artikel ini saya akan membahas tentang hal tersebut oleh karena itu, agar kita bisa mendapat pengetahuan yang lebih, yuk kita sama-sama simak artikel di bawah ini!
![Masjid Agung Palembang sebagai salah satu peninggalan Kesultanan Palembang. sumber foto merupakan dokumentasi dari teman penulis.](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1634025439/01gkeqf3qsptc3z1mxd73t13j2.jpg)
Kondisi Ekonomi Kesultanan Palembang
ADVERTISEMENT
Kota Palembang berfungsi sebagai pusat perdagangan yang menampung arus barang dagang dari wilayah pedalaman Palembang, sekaligus menjadi tujuan akhir bagi barang-barang yang di ekspor ke luar maupun yang di impor dari luar Kesultanan. Hal ini tentu saja sangat menarik para pedagang yang datang ke nusantara untuk singgah terlebih dahulu di Palembang. Penghasilan terbesar Kesultanan Palembang berasal dari sektor perdagangan, karena perdagangan tak hanya mencakup lingkup domestik tapi mampu menjangkau pasar ekspor.
Penyerahan produksi pertanian dari pedesaan merupakan salah satu sumber penting ekonomi Kesultanan, penyerahan tersebut dilakukan melalui sistem pajak tanah dan penyerahan upeti pada Kesultanan. Selain itu kebijakan ekonomi pada masa Sultan Mahmud Badaruddin I adalah dengan melakukan monopoli perdagangan dan membuat kesepakatan dengan VOC, kesepakatan dalam pemberian hasil monopoli tersebut merupakan strategi agar bisa melonggarkan tekanan VOC saat itu (skripsi Leni Mastuti, 2019:54).
ADVERTISEMENT
Penemuan Timah di Kesultanan Palembang
Pada awal pemerintahan Sultan Mahmud Badaruddin I pemerintahan kesultanan mengalami penurunan karena lada sebagai komoditas utama dari pertanian dan perdagangan mengalami penurunan, hingga ditemukanlah timah di daerah Bangka yang menjadi salah satu wilayah dari kesultanan Palembang. Pada tahun 1709-1710M timah ditemukan di Pulau Bangka dan setelah itu ditemukan pula timah di daerah Belitung, sejak saat itu timah mampu menggeser lada sebagai komoditas perdagangan yang paling penting di Kesultanan Palembang. Timah di daerah Bangka juga merupakan komoditas ekspor yang cukup tinggi bahkan pada saat itu Bangka merupakan salah satu daerah penghasil timah terbesar di dunia. Kebanyakan timah yang diproduksi di Bangka di ekspor ke China, akibatnya VOC memperbarui kontrak pada tahun 1722 yang menempatkan Belanda sebagai pemegang hak monopoli timah di Bangka sekaligus memperkuat hak monopoli lada.
ADVERTISEMENT
Volume timah pada tahun 1730-1740M rata-rata mencapai 20.000 pikul/tahun (1 pikul=62,5 kg). Timah dianggap komoditas yang menguntungkan pada masa Sultan Mahmud Badaruddin I dan banyak diminati bangsa lain khususnya orang-orang barat. Hal ini membawa Kesultanan Palembang menjadi salah satu kerajaan yang besar dan memiliki kekayaan yang melimpah. Akan tetapi hal ini juga mengundang malapetaka, karena kondisi tersebut membuat bangsa lain bersaing ketat untuk menguasai daerah ini dan mengambil sumber daya yang ada di dalamnya dan dapat membawa Kesultanan Palembang Dalam kehancuran (jurnal sejarah LONTAR, vol 6(1):2, 2009; M.C.Rickleffs,2009:159; skripsi Leni Mastuti, 2019:54).
Kedatangan China ke Bangka
Secara resmi kedatangan orang Tionghoa ke Bangka pada masa pemerintahan Sultan Mahmud Badaruddin I untuk menjadi penambang dan membantu meningkatkan produksi timah. Pada awalnya para penambang timah di Bangka berasal dari orang-orang Bugis, kemudian pada akhir pemerintahan Sultan Mahmud Badaruddin I sultan mendatangkan para penambang dari China guna menambah produksi timah saat itu, konon jumlahnya mencapai 20-30 ribu orang Tionghoa yang di datangkan ke Bangka.
ADVERTISEMENT
Selain menjadi penambang orang-orang China pada saat itu juga memperkenalkan tentang sistem pertanian di daerahnya pada penduduk setempat karena dirasa sistem pertanian di China lebih maju dan modern. Hal tersebut juga mampu meningkatkan kualitas pertanian dan mendapatkan hasil yang maksimal sehingga komoditas pertanian dan pertambangan berjalan seimbang (skripsi Leni Mastuti, 2019:54;M.C.Rickleffs, 2007:159).
Pengaruh VOC pada masa Sultan Mahmud Badaruddin I
VOC pada masa Sultan Mahmud Badaruddin I tidak memiliki pengaruh yang terlalu besar, karena pada masa itu VOC sedang mengalami penurunan dan ditambah dengan adanya masalah dalam negeri di Jawa. Sehingga, ia memiliki reputasi yang baik dalam pemerintahannya. Akan tetapi, hubungan kalangan elit VOC dengan masyarakat Palembang terkadang mengalami ketegangan karena adanya ketidakpuasan salah satu pihak.
ADVERTISEMENT
VOC juga membantu kesultanan Palembang dalam menguasai dan memonopoli timah di Bangka yang merupakan bagian dari wilayah Palembang yang sebelumnya dikuasai oleh orang-orang Bugis. Selain itu VOC juga berkuasa atas sistem perdagangan yang ada di kesultanan. Namun VOC juga membantu kesultanan Banten dalam perebutan lahan lada di Lampung (M.C.Rickleffs, 2007:159-160).
Konflik perebutan lahan lada di Lampung
Konflik dengan Kesultanan Banten merupakan konflik yang terjadi karena adanya perebutan kekuasaan lahan lada di lampung. Dalam konflik ini VOC terlibat dalam proses kemenangan Banten atas Palembang, karena Sultan Zaenal Arifin dari Banten meminta bantuan dari VOC untuk merebut kembali Tulang Bawang dari Kesultanan Palembang. Dan pada akhirnya Banten yang dibantu oleh VOC pun memenangkan hak sebagai pemilik kekuasaan atas lahan lada di Tulang Bawang.
ADVERTISEMENT
VOC melakukan ekspedisi ke Lampung karena ketertarikannya pada lahan lada yang ada di Lampung. Untuk kemudian dijadikan bahan rempah yang akan dijual dengan melakukan monopoli dari harga lada tersebut. Pusat penanaman lada di lampung saat itu terdapat di daerah Tulang Bawang, yang memiliki wilayah yang cukup baik untuk bercocok tanam pohon lada agar bisa menghasilkan buah yang baik dan berkualitas (jurnal PATANJALA, vol 8(3):356, 2016; jurnal masyarakat dan budaya, vol 19(2):256, 2017; M.C.Rickleffs, 2007:160).
Datangnya Pedagang Muslim Hadramaut
Karena wilayah kesultanan Palembang terkenal sebagai jalur perdagangan yang ramai, maka tak menutup kemungkinan adanya transaksi dari berbagai bangsa di dunia salah satunya para pedagang dari Hadramaut. Para pedagang tersebut sangat cakap dan memiliki jaringan dagang internasional yang luas dari Timur Tengah hingga ujung Timur Afrika.
ADVERTISEMENT
menurut M.C. Rickleffs dalam bukunya Sejarah Indonesia Modern perdagangan timah di wilayah Kesultanan Palembang menarik para pedagang tersebut untuk ikut serta di dalamnya Dan sebagian dari mereka tinggal di wilayah tersebut. Pedagang dari arab tersebut tak hanya datang untuk berdagang, tetapi juga untuk menyebarkan agama Islam dan pengetahuan. Oleh karena itu pada abad ke XVIII Palembang merupakan Kesultanan yang berkembang menjadi pusat pengetahuan Islam (M.C.Rickleffs, 2007:160-161).
Kerajaan di Indonesia sangatlah banyak dan beragam, namun mungkin hanya beberapa saja yang kita pelajari di bangku sekolah. Dan tak ada salahnya kita untuk tahu tentang sejarah kerajaan yang belum pernah kita pelajari agar ilmu yang kita miliki semakin banyak dan bermanfaat. Dan jangan sampai kita melupakan sejarah dari kerajaan-kerajaan pada zaman dahulu karena mereka juga ikut serta dalam perjuangan bangsa.
ADVERTISEMENT