Konten dari Pengguna

Menurunnya Pendapatan Saat Pandemi Covid-19 Tidak Membuat Pak Ribut Putus Asa

Muhammad Imas
Mahasiswa komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
30 Oktober 2020 21:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Imas tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sering kita menemukan kuliner satu ini. Kalian pasti sudah pernah bahkan sering menjajaki kuliner mie ayam. Kita tau sekarang sudah banyak mie ayam dengan varian-varian yang menarik dengan konsep kekinian.
ADVERTISEMENT
Dari segi tempat yang instagramable mendukung untuk didatangi anak muda yang ingin berswafoto dan julukan mie ayam tersebut.
Namun berbeda dengan mie ayam satu ini yang beralamat Sumber Gamol, Balecatur, Gamping, Sleman, Yogyakarta. Heri telah menggeluti mie ayam ini dari tahun 1994. Dengan tempat yang sederhana mengandalkan cita rasa yang khas dan nama yang cukup bikin berfikir kenapa ada kata ribut.
Mie ayam ini dinamakan mie ayam pak ribut karena “sederhana alasannya, karena dari kata ribut itu diambil dari nama anak saya,” ujar Heri Widodo (57) pemilik mie ayam tersebut.
Daftar menu yang disajikan oleh mie ayam Pak Ribut yaitu mie ayam biasa, mie ayam bakso, dan mie ayam ceker. Dengan menu tersebut harga mie ayam paling mahal Rp 12.000,00.
ADVERTISEMENT
Di masa pandemi Covid-19, mie ayam Pak Ribut mengalami penurunan pendapatan. Secara hitungan pelanggan, mie ayam Pak Ribut mengalami penurunan sekitar 40%. “ Dari beberapa pembeli masih banyak pelanggan setia yang sering datang. Lumayan untuk menambah pendapatan mas,” ujar Heri Widodo.
Dampak dari pandemi ini Heri mengurangi stok bahan pembuatan mie ayam. Awalnya Heri membeli stok bahan hampir selalu kurang namun sekarang justru dikurangi karena penurunan yang drastis dari pendapatan sebelumnya.
Memang dampak dari Covid-19 memanglah sangat besar. Terutama dari segi ekonomi yang membuat usaha Heri mengalami penurunan. Namun Heri tetap berusaha dan yakin bahwa rejeki sudah ada yang mengatur.