Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
Penghentian Ekspor Energi sebagai Strategi Geopolitik Menuju Swasembada
31 Januari 2025 11:45 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Muh Khamdan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Keputusan Presiden Prabowo Subianto untuk menghentikan ekspor gas dan listrik demi memastikan kecukupan energi dalam negeri merupakan langkah yang berani dan strategis. Pernyataan tersebut disampaikan melalui kanal YouTube Sekretariat Presiden pada 20 Januari 2025, beriringan dengan peresmian 37 proyek strategis ketenagalistrikan nasional yang mencakup 26 pembangkit listrik serta 11 transmisi dan gardu induk di 18 provinsi, yang dipusatkan di PLTA Jatigede, Sumedang, Jawa Barat.
ADVERTISEMENT
Keputusan ini bukan hanya mencerminkan komitmen pemerintah terhadap kemandirian energi nasional, tetapi juga menandai perubahan signifikan dalam lanskap geopolitik energi di kawasan Asia Tenggara. Langkah ini tentunya akan berdampak serius terhadap negara-negara yang selama ini bergantung pada pasokan energi dari Indonesia, seperti Singapura, Malaysia, dan Timor Leste. Ketiganya kini harus segera mencari alternatif demi mencapai swasembada energi dalam waktu secepatnya.
Singapura yang selama ini sangat bergantung pada impor gas dari Indonesia, jelas akan mengalami tekanan untuk mendapatkan sumber alternatif. Konsumsi gas alam Singapura untuk sumber energi pembangkit listrik dan kebutuhan lainnya, mencapai 160-180 miliar British thermal unit per hari (BBTUD). Kebutuhan gas itu sebanyak 60 persen merupakan pasokan dari Indonesia dengan harga yang lebih murah daripada harga jual konsumsi di dalam negeri sendiri. Sebaliknya, Indonesia masih impor BBM sekitar 54 persen dari Singapura dengan harga tinggi. Upaya Presiden Prabowo Subianto untuk mengembangkan diversifikasi sumber energi yang lebih terbarukan dari dalam negeri, jelas menjadi tekanan bagi Singapura.
ADVERTISEMENT
Pada posisi lain, Malaysia meski punya sumber daya energi sendiri namun tetap menjadikan pasokan energi dari Indonesia sebagai bagian dari kebijakan energi nasionalnya. Sementara itu, Timor Leste yang baru mulai merancang kemandirian energi akan menghadapi tantangan besar dalam waktu dekat. Dari perspektif geopolitik, kebijakan ini memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain utama dalam politik energi di kawasan. Dengan cadangan sumber daya yang melimpah dan teknologi energi yang terus berkembang, Indonesia dapat menjadi aktor dominan dalam menentukan dinamika pasar energi regional.
Kemandirian Energi dengan Biofuel
Selain mengandalkan sumber energi konvensional, Indonesia juga menunjukkan kapasitas besar dalam produksi biofuel, terutama dari jagung, tebu, dan kelapa sawit. Produk unggulan seperti B100 (biodiesel 100% dari kelapa sawit) menjadi bukti bahwa Indonesia siap memasuki era baru dalam transisi energi bersih.
ADVERTISEMENT
Dengan pengembangan energi berbasis biofuel ini, Indonesia tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri, tetapi juga berpotensi menjadi pemasok utama energi terbarukan di Asia dan Eropa. Hal ini sejalan dengan visi Prabowo untuk menjadikan Indonesia sebagai negara yang tidak hanya mandiri secara energi, tetapi juga memiliki daya tawar tinggi dalam percaturan energi global.
Dalam strategi pertahanan modern, energi memegang peran kunci. Sejarah membuktikan bahwa negara yang menguasai sumber daya energi akan memiliki keunggulan strategis dalam diplomasi dan pertahanan. Hal demikian sebagaimana ditampilkan Rusia dalam konflik dengan Ukraina, yang langsung memutus pasok gas ke sejumlah negara Eropa sebagai taktik perlawanan.
Dengan kemandirian energi, Indonesia tidak lagi bergantung pada pihak eksternal, yang berarti stabilitas nasional lebih terjamin dalam menghadapi tantangan global.
ADVERTISEMENT
Langkah Prabowo dalam memastikan ketahanan energi nasional ini sejalan dengan prinsip geopolitik bahwa kemenangan dalam sistem pertahanan berada di tangan mereka yang menguasai energi. Dengan langkah ini, Indonesia tidak hanya memperkokoh kedaulatan energi, tetapi juga memperkuat posisinya sebagai pemimpin dalam dinamika geopolitik energi di Asia.
Keputusan Presiden Prabowo Subianto untuk menghentikan ekspor energi guna memenuhi kebutuhan dalam negeri merupakan kebijakan strategis yang akan membawa dampak besar, baik secara nasional maupun regional. Dengan pengembangan biofuel dan infrastruktur energi yang kuat, Indonesia tidak hanya akan mencapai kemandirian energi, tetapi juga berpeluang menjadi kampiun utama dalam politik energi Asia.
Keberanian ini menandai era baru dalam kebijakan energi nasional, yang tidak hanya berorientasi pada keuntungan ekonomi, tetapi juga memperhitungkan aspek pertahanan dan geopolitik. Kemandirian energi bukan sekadar pilihan, melainkan kunci bagi sebuah bangsa untuk berdiri tegak tanpa ketergantungan. Dengan keberanian dan visi strategis, Indonesia tidak hanya mengamankan masa depan sendiri, tetapi juga menciptakan peta baru dalam geopolitik energi dunia. Dunia kini menyaksikan lahirnya kekuatan baru dalam peta energi global, dan Indonesia siap mengambil peran tersebut.
ADVERTISEMENT