Konten dari Pengguna

Sejarah Pertempuran Magelang

Muhammad Mahbub Kasafi
Mahasiswa Sejarah dari Universitas Negeri Semarang
30 April 2022 21:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Mahbub Kasafi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
doc canva mahbub kasafi
zoom-in-whitePerbesar
doc canva mahbub kasafi
ADVERTISEMENT
Pada 20 Oktober 1945 pasukan Sekutu di bawah pimpinan Jenderal Bethel bergerak dari Semarang menuju Magelang membawa kurang lebih tujuh kendaraan dan mereka di kawal kendaraan lapis baja. Tujuan utama kedatangan mereka di Magelang sebagaimana ditugaskan oleh Sekutu yaitu mengurus tawanan perang, melucuti senjata dan pembersihan tentara Jepang yang ada di Jawa Tengah. pasukan tentara Belanda dan NICA juga bersama mereka menuju Magelang, mereka bertindak sebagai penunjuk jalan karena lebih mengetahui dan mengenal daerah yang dulu pernah dikuasai.
ADVERTISEMENT
Setelah menemukan tempat bekas tawanan perang, mereka langsung membebaskanya dan yang di bebaskan adalah orang belanda, terutama kaum mudanya yang telah di persenjatai oleh Sekutu. Setelah mereka di bebaskan, para tawanan ini dipakai untuk menindas gerakan kemerdekaan bangsa Indonesia di berbagai negeri, terutama di daerah Magelang. Perbuatan tersebut menyebabkan terjadinya pertempuran-pertempuran melawan tentara sekutu dan Belanda di Magelang, kecuali tentara Gurkha dan beberapa tentara Jepang yang diikutsertakan dalam pasukan sekutu, maka sangat sulit membedakan mana tentara Belanda dan Tentara Sekutu. Terlebih ada sekumpulan bandit di Magelang yang turut memanfaatkan kesempatan ini untuk menindas masyarakat Magelang yang tinggal di daerah-daerah terpencil.
Pasukan sekutu akhinya menunjukan sisi aslinya dan pertempuran besar terjadi, pada 28 Oktober hingga 1 November 1945 setelah pasukan Belanda mengadakan gerakan licik dengan menculik dan menyiksa sekelompok pemuda Magelang, perbuatan semena-mena tersebut mengakibatkan kemarahan masyarakat Magelang, sehingga rakyat di bawah komando BKR (Badan Keamanan Rakyat) terjun dalam medan pertempuran untuk menyerang markas batalyon di Tuguran, Susteran dan Hotel Montagne, serta di alun-alun Kota Magelang. Pertempuran besar ini selanjutnya kemudian hari dikenal dengan nama Pertempuran Magelang.
ADVERTISEMENT
Pada akhir Oktober 1945 kekacauan yang disebabkan sekutu di Magelang sudah memasuki puncaknya, pada 2 November 1945 terjadilah pertempuran seluruh anggota TKR (Tentara Keamanan Rakyat) bersama para pemuda pejuang yang ada di Magelang serta daerah sekitarnya untuk melawan tentara sekutu dan NICA.
Dalam pertempuran di Magelang ini banyak memakan korban, namun melihat perlawanan BKR bersama rakyat Magelang yang selalu bersama dan sangat kompak, membuat kekhawatiran musuh membesar dan terpaksa meminta bantuan ke Semarang untuk melakukan serangan dengan menggunakan pesawat terbang. Namun, karena perlawanan rakyat bersama BKR begitu hebat dan pantang menyerah menyebabkan pasukan sekutu dan Belanda tidak berdaya di Magelang. Untuk menyelamatkan tentara dan petinggi penting, sekutu dan Belanda akhirnya meminta berunding kepada Pemerintah Republik Indonesia.
ADVERTISEMENT
Usaha Sekutu terwujud, pada 2 November 1945 diadakan perundingan antara Pemerintah Republik Indonesia dengan pihak sekutu di Magelang. Perundingan tersebut menghasilkan kesepakatan gencatan senjata atau berdamai dalam waktu yang tidak di tentukan dan perdamaian ini dilakukan karena sama sama menguntungkan kedua pihak dan hal hal penting lain selanjutnya akan di urus oleh Negara Indonesia
Sumber : Kurniawan, Ganda febri. 2021. " BENTROKAN TIGA KEKUATAN Sebuah Laporan dari Pedesaan Magelang 1945"