HUT RI Ke-79, Indonesia Harus Jadi Negara Maju

Peta Indonesia, Sumber: Istock

Indonesia merayakan Hari Ulang Tahunnya yang ke-79, tentu tidaklah merupakan hal yang mudah untuk diraih.

Garuda Pancasila, Lambang NKRI, Sumber: Istock

Perjuangan para pahlawan yang telah mendahului dan menumpahkan darahnya demi kemerdekaan patutlah kita sama sama hargai dan hormat setinggi tingginya, doa untuk para pahlawan selalu mengalir dari kami generasi milenial penerus bangsa.

Mimpi Indonesia di umurnya yang ke-100 atau pada tahun 2045 nanti ingin menjadi negara maju tentu banyak faktor pendukung untuk bisa menuju ke mimpi itu.

Keindahan sumber daya alam Indonesia sudah tak diragukan lagi, kita contohkan saja pulau Kalimantan kaya akan minyak dan gas buminya yang berada di Kota Balikpapan, kemudian Papua kaya akan emasnya, dan Riau kaya akan sawitnya.

Hanya saja kita perlu mengelolanya saja dengan baik, strategi membangun Indonesia maju yakninya diantaranya pembangunan aspek sumber daya manusia (SDM).

SDM dibangun dengan cara pondasi pendidikan yang kuat dan mumpuni, fasilitas pendidikan yang merata serta kapasitas dan kemampuan guru juga harus diperdalam dengan menggelar pelatihan berbasis kompetensi, begitupun juga dengan konsep kurikulumnya.

Gaji guru dan tenaga pendidik juga penting diperhatikan, banyak curhatan guru honorer yang masih mendapatkan gaji di range angka Rp 200.000 sampai Rp 300.000 satu bulan, apabila kesejahteraan guru dan tenaga pendidik sudah terjamin, mereka akan fokus untuk mendidik dan membina generasi masa depan, tak perlu lagi memikirkan nasib ekonomi keluarga mereka.

Menjadi sebuah negara maju juga butuh dorongan teknologi informasi yang terkini, hal tersebut agar tidak tertinggal dengan negara besar yang telah bahkan memiliki taksi terbang, namun kita baru akan dioperasikan di Ibu Kota Nusantara yang pada tahun ini Upacara HUT RI ke-79 digelar.

Mengubah pola ekonomi dari impor menjadi ekspor perlu dilakukan, Indonesia jika ingin menjadi sebuah negara maju maka harus mampu memiliki ketahanan pangan  maupun nasional, misalnya dengan melakukan swasembada pangan yang merata dan disesuaikan dengan ciri khas daerah tersebut.

Misalnya Provinsi Sumatera Barat kaya akan kelapa, Riau kaya akan minyak sawit, Pemerintah harus mampu meningkatkan produktifitas petani dengan cara membayar hasil panennya sesuai kerjanya, jangan sampai harga di petani rendah sedangkan harga pasaran tinggi, tentu ini dapat merugikan petani.

Negara maju biasanya juga memiliki lapangan pekerjaan yang layak, dilansir dari website Kemnaker bahwasanya jumlah pengangguran terbuka di Indonesia terus menurun dalam sebanyak 1,24 juta orang pada tahun 2021 s.d. 2023. Begitupun dengan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), turun sekitar 1,17 persen pada periode yang sama.

Mengurangi angka pengangguran bukan serta merta membuka lapangan pekerjaan saja, SDM perlu diajarkan kompetensi untuk wirausaha agar tercipta dan membuat lapangan kerja sendiri.

Oleh karenanya apabila setiap angkatan kerja mampu membuat lapangan kerja sendiri, angka pengangguran terbuka di Indonesia akan semakin sedikit.

Di umur yang ke-79 penulis juga berharap agar Pemimpin Indonesia mampu turun secara langsung sampai ke akar permasalahannya, jangan percaya terhadap bawahan yang terkadang hasilnya pasti selalu bagus.

Akar rumput yang mengetahui permasalahan yaitu masyarakat yang merasakan langsung, seperti contoh jika terjadi masalah sedikit lapangan kerja, jangan bertanya ke Kepala Desanya, tetapi tanya kepada orang yang belum bekerja.

Pasti mereka tau betul apa permasalahan yang dihadapi, misalnya kalau sekarang syarat membuat pekerjaan itu sangat rumit, perlu penampilan yang menarik, umur dibatasi dan sebagainya, ini yang membuat angka pengangguran juga tinggi.

Terakhir, untuk menjadi sebuah negara maju, Indonesia harus memperbaharui sistem keamanan dan kesehatannya, terakhir pembobolan data nasional menjadi perhatian, perlu adanya saving backup data apabila ransomware menyerang sistem data.

Sebuah negara maju juga tidak ribet dengan banyaknya administrasi, negara kita perlu perubahan aturan dengan mengurangi administrasi, contohnya saja beban guru dan dosen terhadap akreditasi dan segala macam surat administrasi membuat mereka tak fokus dengan mendidik dan membina anak bangsa