Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Gerakan No Room For Racism di Premier League
7 April 2024 14:55 WIB
ยท
waktu baca 2 menitTulisan dari Muhammad Rifki Al Faris tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Meskipun dikenal sebagai salah satu liga terbaik di Eropa. Liga Inggris sendiri sering sekali mengalami berbagai kasus rasisme yang dialami oleh pemain yang bermain di Inggris. Salah satu contohnya adalah rasisme yang diterima oleh Son Heung Min pada laga antara Tottenham menjamu Crystal Palace di tahun 2023. Son mendapatkan gestur "mata sipit" dari arah tribun penonton.
Untuk mengatasi berbagai permasalahan rasisme yang ada ada di Premier League. FA selaku asosiasi sepakbola Inggris bekerja sama dengan Asosiasi Pemain Profesional (PFA), Kick It Out, dan polisi mendirikan gerakan "No Room For Racism". Gerakan ini dimulai dari tahun 2019 yang didasari oleh gerakan Black Lives Matter yang saat itu sedang ramai menjadi perbincangan. Gerakan ini bertujuan untuk mempromosikan kesetaraan, keragaman, dan inklusi dalam sepak bola.
ADVERTISEMENT
Berbagai tindakan yang menonjolkan branding "No Room For Racism" adalah penggunaan kata kata tersebut di lengan jersey tim-tim sepak bola liga Inggris. Selain itu juga dapat dilihat di laga laga tertentu dimana sebelum memulai laga, para pemain akan berlutut sebagai bentuk perlawanan terhadap rasisme yang ada di liga Inggris. Selain itu, Premier League juga mengajak para fans untuk ikut melaporkan berbagai tindak rasisme dengan slogan "Challenge it, Report it, Change it".
Selain itu gerakan "No Room For Racism" ini juga menyediakan berbagai sumber pendidikan tentang rasisme yang disebarkan ke sekitar 18.000 sekolah dasar yang ada di Inggris guna untuk mencegah rasisme dari usia dini.