Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Junk Food: Konsumsi yang Berlebihan dan Hubungannya dengan Obesitas pada Remaja
30 Desember 2024 18:11 WIB
ยท
waktu baca 3 menitTulisan dari Muhammad Riza Zhafran tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Di era modern saat ini, gaya hidup menjadi serba praktis dan membawa banyak perubahan signifikan pada pola makan, terutama pada kalangan remaja. Salah satu trend yang menonjol saat ini adalah mengonsumsi junk food, junk food adalah makanan cepat saji yang tinggi kalori dan garam namun rendah nilai gizi. Meskipun rasanya lezat, junk food ini memiliki dampak serius bagi kesehatan, khususnya berat badan di kalangan remaja.
ADVERTISEMENT
Junk food kebanyakan mengandung kadar gula, lemak, dan garam yang cukup tinggi. kandungan tersebut membuat junk food menjadi sumber kalori yang berlebihan dan dapat menyebabkan kenaikan berat badan dengan cepat. Salah satu contohnya adalah satu porsi burger lengkap dengan kentang goreng dan minuman bersoda, makanan tersebut dapat dapat memenuhi lebih dari separuh kebutuhan kalori harian remaja. Konsumsi makanan tersebut secara berlebihan dalam jangka panjang dapat berujung pada obesitas.
Obesitas di kalangan remaja bukan hanya menjadi masalah estetika saja, namun juga menjadi masalah kesehatan yang serius. Diabetes, hipertensi, dan gangguan jantung sekarang menjadi penyakit yang semakin sering ditemukan pada usia muda akibat pola makan yang buruk. Obesitas bukan hanya sekedar bertambahnya berat badan secara berlebihan namun juga dapat mempengaruhi kesehatan mental, seperti menjadikan seseorang tidak percaya diri yang akhirnya meningkatkan risiko terkena depresi.
ADVERTISEMENT
Salah satu alasan remaja cenderung memilih junk food adalah karena ketersediaanya yang mudah, banyak, dan harganya sangat terjangkau. Banyak tempat makan yang setiap harinya akan menawarkan makanan cepat saji yang menarik dan sulit untuk ditolak oleh kalangan remaja. Tak hanya itu, sekarang ini remaja jarang sekali menemukan edukasi mengenai pentingnya pola makan sehat dan bahaya yang akan terjadi akibat terlalu sering mengkonsumsi junk food.
Dalam membentuk kebiasaan pada remaja ini, peran keluarga dan lingkungan menjadi acuan yang sangat penting. Misalnya, orang tua dapat memberi contoh dengan cara menyediakan banyak bahan makanan sehat yang ada di rumah. Lingkungan sekitar juga bisa berkontribusi dengan cara mengadakan sosialisasi pada remaja, seperti edukasi mengenai gizi dan memasang banner mengenai bahaya dari terlalu banyak mengonsumsi junk food. Selain itu, pemerintah juga memiliki peran besar akan hal ini. Regulasi iklan mengenai junk food, yang ditujukan pada kalangan anak-anak dan remaja, perlu diperketat lagi. Perlu juga diadakan kampanye tentang pentingnya makanan sehat dan aktivitas fisik agar dapat meningkatkan kesadaran diri pada masyarakat terutama remaja.
ADVERTISEMENT
Untuk mengurangi konsumsi makanan junk food, para remaja bisa memulai dengan langkah kecil, seperti membawa bekal dari rumah atau bisa membeli makanan dari luar dengan memilih komposisi yang sehat dan tepat, remaja juga perlu melakukan aktivitas fisik, seperti olahraga atau mengikuti kegiatan aktif secara rutin setiap minggunya. Dengan kombinasi antara makanan sehat dan gaya hidup yang aktif, risiko terkena obesitas dapat diminimalisir.
Kesadaran akan dampak buruk dari konsumsi junk food secara berlebih pada berat badan remaja adalah langkah awal yang harus ada untuk menuju perubahan. Dengan adanya dukungan dari keluarga, lingkungan sekitar, dan pemerintah, remaja dapat membangun kebiasaan makan makanan yang sehat. Hal ini dapat mendukung kualitas hidup remaja yang lebih berkualitas di masa depan.