Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.8
26 Ramadhan 1446 HRabu, 26 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Menikmati Hidup Anti Galau ala Stoikisme
30 Desember 2022 15:02 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Muhammad Rizal tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Kesehatan mental adalah sebuah hal mendasar yang perlu disadari oleh setiap manusia bahwa hal ini sangat lah penting. Perlu digarisbawahi, demi menjalani hidup yang damai perlu didasari pembentukan mental yang sehat.
ADVERTISEMENT
Jiwa yang tentram menimbulkan energi positif atas suatu tindakan yang akan dikerjakan. Namun, seiring berkembangnya kebiasaan hidup di era modern, telah memberi dampak negatif terhadap kesehatan mental manusia zaman now khususnya kaum Generasi Z.
Menurut survei yang telah dilakukan selama satu minggu mengenai tingkat kekhawatiran dalam hidup di kalangan kaum milenial, menyatakan bahwa 63% dari 3.634 responden merasa sangat khawatir tentang hidupnya. Hal ini disebabkan oleh pendidikan, hubungan (pacaran/menikah), pekerjaan, ekonomi, dan kecemasan sebagai orang tua.
Oleh sebab itu, pentingnya sebuah literasi kesehatan mental di kalangan Gen Z melalui teorema filsafat Yunani-Romawi kuno yang dikenal Stoikisme. Melalui filsafat ini, seseorang mampu menjalani hidup dengan lebih tentram dan tidak mudah terganggu oleh hal-hal negatif yang berada di luar kendalinya.
ADVERTISEMENT
Relevansi Filsafat Stoikisme dengan Kaum Generasi Z
Filsafat Stoikisme lahir sekitar 2.300 tahun silam oleh pedagang kaya dari Siprus (sebuah pulau di sebelah selatan Turki) bernama Zeno. Kemudian dikembangkan oleh para filsuf Yunani sampai ke Kaisaran Romawi.
Dan, hingga saat ini Stoikisme masih eksis di belahan dunia barat, karena mengajarkan jalan hidup yang memberi dampak sangat positif bagi kesehatan mental. Di mana orang-orang ramai mempelajari filsafat ini karena bersifat sangat practical dan bisa dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam ajaran Stoikisme mengedepankan yang namanya dikotomi kendali. Ialah ada beberapa hal di dunia ini yang bisa dikendalikan disebut internal dan tidak bisa dikendalikan disebut eksternal. Hal yang bisa dikendalikan oleh diri seseorang adalah persepsi diri, keinginan diri, segala sesuatu yang merupakan pikiran dan tindakan dari dalam diri. Sedangkan eksternal yang tidak bisa dikendalikan. Seperti tindakan orang lain, opini orang lain, kekayaan, cuaca, kesehatan, segala sesuatu yang berada di luar diri seseorang.
ADVERTISEMENT
Ketika seseorang menghadapi masalah hidup yang dinilai memang hal itu buruk, seperti kaum Gen Z yang tidak juara dalam perlombaan. Maka dengan mempraktikkan filsafat Stoikisme, anak tersebut bisa tetap merasa bahagia dengan mindset bahwa kalah itu sesuatu di luar kendali sehingga tidak perlu dipermasalahkan.
Faktanya, masih ada hal yang bisa dikendalikan yaitu berpikir untuk lebih baik dengan tetap bisa berlatih mengasah kemampuan, mendapat pengalaman yang berharga dari kegagalan, mengikuti lomba kembali, dan sampai pada akhirnya meraih juara.
Menikmati Hidup Anti Galau
Pada dasarnya, segala sesuatu yang dialami manusia merupakan siklus kehidupan yang sedang terjadi, sudah terjadi, dan akan terjadi. Menyikapi hal ini sungguh dianggap berlebihan jika terus-terusan merasa bersedih yang nyatanya orang lain pun pernah merasakannya. Seperti iri hati, mendapat opini buruk dari orang lain, kehilangan harapan, upload foto tidak ada yang like dan comment, duka ditinggalkan anggota keluarga, dan lain-lain.
ADVERTISEMENT
Amor Fati merupakan bagian dari filsafat Stoikisme yang mengajarkan bahwa faktor eksternal bersifat netral, dan baik atau burukya semua tergantung interpretasi pikiran internal. Banyak kaum Gen Z susah move on dari masa lalu hanya karena kenangan yang terkandung di dalamnya.
Amor Fatinya, jadikan lah hal itu sebagai pelajaran bukan ratapan. Nikmati hidup saat ini dengan menyikapi secara baik faktor eksternal. Masih ada banyak pekerjaan yang bisa dilakukan sekarang ini untuk mengganti kebahagiaan atau menutupi kesedihan di masa lalu.
Hidup ini satu kali dan terus berjalan sampai saat ini. Tiada yang mampu mengendalikan waktu, namun menjalani hidup masih bisa dikendalikan. Mengubah kehidupan yang galau menjadi bahagia melalui Stoikisme adalah hal yang relevan dilakukan kaum Gen Z.
ADVERTISEMENT
Karena siapa pun bisa mempraktikkannya tanpa memandang status sosial dan dari generasi apapun fleksibel bisa mempelajarinya. Di saat kesehatan mental kaum Gen Z terjaga, maka segala kreativitas dan inovasi akan muncul, sehingga memberi dampak memajukan intelektual sumber daya manusia di negeri ini.
Dua prinsip dasar yang diajarkan filsafat Stoikisme, yaitu Dikotomi Kendali dan Amor Fati sangat lah selaras dipelajari oleh kaum Gen Z yang kehidupannya penuh dengan kekhawatiran. Di samping memberi efek positif bagi kesehatan mental, Stoikisme mampu menambah relaksasi kehidupan menjadi terarah.