Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Apa Itu Stoikisme atau Stoik? Ini Penjelasan Arti Singkatnya
9 Mei 2022 17:13 WIB
·
waktu baca 6 menitDiperbarui 28 Juni 2022 18:15 WIB
Tulisan dari Berita Update tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Stoikisme bukanlah hal yang baru dalam hidup manusia , paham ini sudah ada sejak lama. Tahukah kamu arti apa itu Stoikisme?
ADVERTISEMENT
Secara singkat, Stoikisme, Stoicism, Stoik, atau Stoisisme adalah pemahaman yang mengajarkan ke manusia cara untuk menciptakan kehidupan yang penuh dengan kebahagiaan nyata. Hal ini nantinya berkaitan erat dengan fokus manusia terhadap hal yang bisa atau tidak bisa dikendalikan.
Dikutip dari Ataraxia: Bahagia Menurut Stoikisme oleh A. Setyo Wibowo (2019), kebanyakan orang di dunia ini memang lebih sering berfokus pada hal-hal di luar jangkauan mereka dibandingkan dengan hal-hal yang bisa mereka kendalikan.
Padahal, kunci untuk memiliki hidup bahagia, menjadi sosok yang tangguh, dan juga bijaksana adalah dengan cara memusatkan diri pada hal-hal yang ada di dalam kendali, bukan malah sebaliknya.
Apa Itu Stoikisme?
Secara umum, pengertian filsafat Stoikisme merupakan sebuah filosofi yang berkaitan dengan kebahagiaan hidup dan bagaimana menghindari pikiran-pikiran stres dan jenuh.
ADVERTISEMENT
Ilmu ini mengajarkan tentang bagaimana kebahagiaan seseorang itu bersumber dari hal-hal yang bisa dikendalikan. Jadi, untuk meraih kebahagiaan yang dimaksud, manusia perlu memfokuskan diri pada apa pun yang bisa dikendalikan.
Definisi singkat stoikisme merupakan filosofi yang mengajarkan bagaimana menjaga pikiran yang hening dan rasional tidak peduli apa yang terjadi pada manusia.
Hal itu membantu setiap orang memahami dan menekankan pada sesuatu yang dapat dikendalikan dan menerima apa yang tidak dapat dikendalikan.
Sejarah Stoikisme
Stoikisme berasal dari bahasa Yunani, yaitu stoikos yang arti nya "dari stoa (serambi atau beranda)". Hal tersebut mengacu pada Stoa Poikile atau "Beranda Berlukis", sebuah nama sekolah yang ada di Athena, Yunani. Di situlah para filsuf stoik Zeno dari Citium yang memberikan pengaruh besar pada Stoisisme pernah mengajar.
ADVERTISEMENT
Stoikisme artinya aliran filsafat kuno yg didirikan di Athena sang pedagang Fenisia Zeno asal Citium kurang lebih pada 301 SM. Awalnya diklaim Zenonisme tetapi kemudian dikenal sebagai Stoikisme karena Zeno dan para pengikutnya bertemu pada Stoa Poikilê, atau Painted Porch.
Stoikisme memang lahir di Athena dan diciptakan oleh Zeno dari Citium pada awal abad ke-3 SM. Kendati demikian, ada pula yang mencatat Stoikisme baru resmi pada 108 SM.
Filsafat ini dianut oleh beberapa filsuf dari Yunani, mulai dari Epictetus, yaitu seorang mantan budak; Seneca yaitu politisi di era Kaisar Nero; dan juga Marcus Aurelius, yaitu seorang kaisar.
Di dalam ideologi Stoikisme, semua hal yang terjadi dalam hidup manusia itu bersifat netral. Tidak ada yang berperan positif atau negatif, tidak ada hal buruk atau baik. Hal yang bisa menjadikan hal-hal tersebut menjadi positif atau negatif, baik ataupun buruk adalah interpretasi manusia terhadap hal itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Prinsip Stoikisme
Menurut konsep Stoikisme, jalan termudah untuk menuju hidup bahagia didasarkan pada beberapa prinsip berikut ini.
Stoikisme mengungkapkan bahwa kebijakan atau kebijaksanaan merupakan sebuah kebahagiaan dan penilaian yang harus didasarkan pada perilaku, bukan kata-kata.
Manusia tidak bisa mengendalikan apa pun yang terjadi jika itu berasal dari luar diri sendiri atau bersifat eksternal. Jadi, manusia hanya bisa mengendalikan diri dan merespons hal-hal yang terjadi di sekitarnya.
ADVERTISEMENT
Baca juga: Mencari Kebahagiaan Melalui Stoikisme
Singkatnya, pengertian dari apa itu Stoikisme adalah filosofi yang berfokus pada hal-hal yang bisa dikendalikan dan menyadari bahwa memang ada beberapa hal yang tidak bisa dikendalikan. Saat berfokus pada apa yang bisa dikendalikan, maka manusia akan merasa berguna, efektif, dan bisa memecahkan sebuah masalah dengan mudah.
Siapakah Pencetus Filosofi Stoikisme?
Filosofi Stoikisme dicetuskan oleh Zeno, seorang filsuf Yunani dari Citium, Siprus, pada awal abad ke-3 SM. Mengutip Sejarah Terlengkap Peradaban Dunia oleh Rizem Aizid (2018: 105), Zeno diperkirakan lahir pada 334 SM. Ia datang dari Citium ke Athena pada 312 SM untuk mempelajari filsafat di bawah Xenocrates, murid dan keponakan Plato. Para pengikut ajaran Zeno disebut Zenonians.
ADVERTISEMENT
Zeno mendirikan sekolah Stoa sebagai tempat belajar yang menerima siapa saja sebagai warga, bahkan orang asing. Ia menjalankan sekolah ini bersama dua rekannya, Chrysippus dari Soli dan Cleanthes dari Assos. Mereka dijuluki sebagai "Early Stoa" atau "Stoa Mula-Mula". Ajaran Stoikisme yang diajarkan dalam sekolah ini dimulai dengan logika, melalui fisika, dan menuju etika.
Pengaruh utama Stoikisme selama berabad-abad berada dalam bidang etika. Stoikisme disebut-sebut sebagai aliran filsafat pertama yang bersifat universal, karena sebelumnya, para filsuf selalu memandang bangsa Yunani sebagai bangsa dengan peradaban tertinggi.
Dalam perjalanannya, Stoikisme mencoba meletakkan prinsip-prinsip yang rasional tentang kesederajatan manusia dalam hukum. Pengikut paham ini berarti memahami bahwa harus menghadapi nasib dengan sikap berani dan hati mulia, serta penuh kebijaksanaan dan keadilan.
ADVERTISEMENT
Setelah Zeno meninggal pada 262 SM, orang yang paling berjasa mempertahankan sekolah Stoa adalah Cleanthes dan Chrysippus. Cleanthes menyumbangkan gagasan tentang hubungan etika dan teologi, sedangkan Chrysippun menuliskan 705 buku literatur tentang doktrin Stoikisme.
Bagaimana Contoh dan Cara Menerapkan Stoikisme?
Menerapkan filosofi Stoikisme dapat menjadi salah satu cara untuk memperoleh hidup yang lebih bahagia. Dikutip dari Daily Stoic, berikut beberapa cara menerapkan Stoikisme yang bisa dilakukan.
1. Akui bahwa semua emosi datang dari dalam diri
Pada dasarnya, semua emosi yang dirasakan oleh seseorang berasal dari dalam diri sendiri. Namun, kebanyakan orang berpikir bahwa emosi yang mereka rasakan berasal dari hal-hal eksternal, seperti pekerjaan, kegiatan sekolah, dan lain-lain.
ADVERTISEMENT
Menempatkan kesalahan dan tanggung jawab pada objek eksternal memang mudah dilakukan. Alhasil, orang-orang cenderung melakukan itu daripada memahami bahwa semua konflik dimulai secara internal, yaitu dari dalam pikiran.
Oleh karenanya, jujur dan mengakui pada diri sendiri bahwa semua emosi datang dari apa yang dipikirkan dan dirasakan, bukan berasal dari faktor luar. Pada akhirnya, hal itu dapat membuat hidup lebih bahagia.
2. Latih dikotomi kendali
Berhubungan dengan poin pertama, dikotomi kendali merupakan cara memisahkan hal-hal apa saja yang bisa dikendalikan dan yang tidak.
Seseorang harus sadar bahwa ada banyak hal yang tidak bisa diubah. Dengan menyadari hal itu, manusia dapat mengendalikan emosi. Selain itu, dengan melatih dikotomi kendali, seseorang tidak hanya akan lebih tenang dan bahagia, tapi juga terhindar dari emosi yang tidak perlu.
ADVERTISEMENT
3. Gunakan waktu sebaik mungkin
Stoikisme mengajarkan bahwa waktu adalah aset terbesar manusia. Tidak seperti harta benda, waktu tidak akan pernah bisa diulang kembali. Oleh karena itu, manusia harus berusaha untuk menggunakan waktunya sebaik mungkin.
Orang yang menyia-nyiakan waktu untuk hal kecil atau hiburan akan menemukan bahwa mereka tidak memiliki apa pun untuk ditunjukkan pada akhirnya. Kebiasaan menunda juga akan kembali menghantui keesokan harinya. Sebab itu, gunakan waktu pada hal-hal berguna.
4. Tetap fokus saat menghadapi gangguan
Banyak hal yang dapat mengganggu fokus seseorang. Ketika dihadapkan dengan begitu banyak pilihan, orang tersebut akan teralihkan dengan fokus yang harus dikerjakan.
Stoikisme mengajarkan untuk melakukan tindakan yang bertujuan. Artinya, supaya fokus terhindar dari gangguan, seseorang harus memiliki tujuan tertentu yang harus dicapai.
ADVERTISEMENT
(DNR & SFR & FNS)
Live Update