Konten dari Pengguna

Kolaborasi Lintas Sektor untuk Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim

Tim Media dan Publikasi Lazismu PP Muhammadiyah
Tim Media dan Publikasi Lazismu Pimpinan Pusat Muhammadiyah
12 Agustus 2024 17:56 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Tim Media dan Publikasi Lazismu PP Muhammadiyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kolaborasi Lintas Sektor untuk Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Jakarta – Tantangan perubahan iklim semakin dekat lingkungan manusia. Sekjend PBB, Antonio Guterres mengatakan bahwa era pemanasan global sudah berakhir, kini memasuki apa yang disebut era pendidihan global.
ADVERTISEMENT
Dampak perubahan iklim semakin di depan mata, suhu udara yang belakangan ini begitu panas mengkonfirmasi fenomena perubahan iklim di era industrialisasi.
Problem perubahan iklim ini lalu dikaji oleh Lazismu dan Madani Berkelanjutan dalam acara “Workshop Dampak Perubahan Iklim” pada tanggal 3-4 Agustus di Menteng, Jakarta. Fokus kegiatan ini ada pada tata kelola mitigasi dan upaya adaptasi dari dampak perubahan iklim.
Ahmad Imam Mujadid Rais, Ketua Badan Pengurus Lazismu menyampaikan dalam acara ini akan ada materi yang sistematis yang dapat dikembangkan dalam suatu framework Lazismu pada pelaksanaan program lingkungan.
“Para peserta di hari pertama sampai hari kedua telah melakukan eksplorasi. Mereka melihat fakta-fakta perubahan iklim di daerah masing-masing. Misal dampak yang mereka rasakan di daerahnya terjadi kesulitan memperoleh air bersih, petani mendapati lahannya dalam situasi kering, dan suhu terasa panas. Apa yang mereka sampaikan dari kondisi daerahnya adalah bagian contoh kecil yang dialami,” sebutnya.
ADVERTISEMENT
Mujadid Rais menjelaskan, analisis para peserta dari daerahnya masing-masing akan dibahas di dalam workshop, dan sejauh mana Lazismu sebagai lembaga filantropi dapat berkontribusi dalam kelola mitigasi dan adaptasi dampak perubahan iklim.
“Kaitan perubahan iklim dan lingkungan bisa berkreasi menjadi saluran program menarik yang sumber dananya dikemas dalam aksi penghimpunan (fundraising),” imbuhnya.
Dia menyebut bahwa kontribusi Lazismu dalam program lingkungan dan perubahan iklim sangat strategis. “Lazismu berpeluang untuk berkolaborasi. Ini tidak bisa berjalan sendiri. Di internal persyarikatan bersama majelis, lembaga dan ortom akan ada sinergi yang kuat,” sambungnya.
Tak kalah penting dari itu, papar Mujadid Rais, inisiasi membangun aliansi lintas sektor seperti lintas agama untuk membangun kesadaran umat untuk perubahan iklim, termasuk berkolaborasi dengan pemerintah baik di pusat dan daerah juga media dalam realisasinya nanti.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Sita Rahmi selaku Manajer Research and Development Lazismu mengatakan bahwa workshop dampak perubahan yang dilaksanakan Lazismu adalah rangkaian workshop sebelumnya tentang panduan kerangka kerja logis yang diikuti kawan-kawan dari wilayah dan daerah.
“Menyambung rangkaian itu, secara khusus pada isu lingkungan. Dengan metode partisipatoris, para peserta dirangsang untuk memetakan masalah dan identifikasi potensi lokalnya. Mereka diharapkan dapat memetakan kondisinya,” paparnya.
Sebagai contoh, tutur Sita, ketika daerah mereka mengalami kekeringan, mereka tau apa yang bisa dilakukan dengan potensi lokal agar bisa beradaptasi dengan musim kering sehingga aktivitas sosial dan perputaran roda ekonomi dapat terus berlanjut meningkatkan nilai bagi masyarakat setempat.
“Bagaimana berkoordinasi dengan aktor lokal dan jaringan Muhammadiyah sehingga rencana aksi bisa lebih konkret untuk berjalannya program perubahan iklim bisa direalisasikan. Workshop ini sebagai bekal dan pintu masuk kawan-kawan Lazismu wilayah dan daerah untuk menjalankan program adaptasi perubahan iklim berdasarkan kebutuhan lokal,” tandasnya.
ADVERTISEMENT
(Tim Media Lazismu PP Muhammadiyah)