Konten dari Pengguna
Bertahan di Tanah Rantau: Kisah Nyata Perjuangan Mahasiswa Jauh dari Rumah
6 Juli 2025 11:57 WIB
·
waktu baca 2 menitKiriman Pengguna
Bertahan di Tanah Rantau: Kisah Nyata Perjuangan Mahasiswa Jauh dari Rumah
kehidupan mahasiswa perantau ngak selalu indah. Dari mie instan sampai cari kerja sampingan, semua demi bertahan di kota orang.Muhammad Mabrur fadila

Tulisan dari Muhammad Mabrur fadila tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Menjadi mahasiswa bukan sekedar soal belajar di kelas dan mengejar IPK. Bagi sebagian orang, itu adalah awal dari kehidupan baru hidup mandiri jauh dari rumah. Mahasiswa perantau menjalani cerita yang berbeda, penuh perjuangan, kesepian, dan kadang air mata. Tapi dari sanalah mereka belajar arti kemandirian dan ketanguhan.
ADVERTISEMENT
Meningalkan Zona Naman
Memutuskan untuk kuliah di luar kota atau luar pulau bukan keputusan mudah. Banyak mahasiswa perantau harus meninggalkan keluarga, sahabat, bahkan makanan favorit. Dari tidur di kamar sendiri menjadi berbagi kamar kos. Dari makan masakan ibu menjadi memasak ssendiri atau hidup dengan mie instan. Namun di situlah proses pendewasaan dimulai. Mahasiswa belajar bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri, dari hal sederhana seperti mencuci pakaian hingga mengatur keuangan.
Ketika Uang Pas-pasan dan Strategi Bertahan
Masalah keuangan jadi tantangan utama. Tak sedikit mahasiswa perantau harus pintar mengelola uang kiriman orang tua yang terbatas. Mereka harus belajar hidup hemat mulai dari memasak sendiri, menawar harga di pasar, dan memanfaatkan promo aplikasi ojek online. Sebagaian lainnya mengambil pekerjaan sambilan seperti jadi barista, guru les, konten kreator, atau admin toko online. Bekerja sambil kuliah tentu sangat melelahkan, tapi juga memperkaya pengalaman hidup.
ADVERTISEMENT
Membangun Keluarga Baru di Tempat Asing
Rasa rindu rumah adalah hal yang tak bisa dihindari. Tapi mahasiswa perantau menemukan pengganti seperti teman-teman kos, rekan organisasi, atau tetangga yang ramah. Mereka menjadi "keluarga baru" yang saling membantu entah itu pinjam motor, berbagi lauk, atau saling menyemangati saat stres menghadapi tugas akhir.
Belajar di Luar Kelas
Perjuangan mahasiswa perantau tak berhenti di kelas. Mereka belajar mengatur waktu, membangun kebiasaan disiplin, hingga memahami pentingnya menjaga kesehatan mental. Saaat sakit, mereka harus bisa mengurus diri sendiri. Saat gagal, tak ada yang menenangkan langsung selain suara dari telpon rumah. Tapi justru dari sana muncul karakter tangguh, tahu cara bangkit sendiri, dan tahu cara bertahan.
ADVERTISEMENT
Dari Perjuangan Menjadi Kekuatan
Setiap mahasiswa perantau memiliki cerita masing-masing. Cerita tentang bagaimana mereka bertahan, berjuan, dan tumbuh. Banyak dari mereka dari mereka yang justru merasa pengalaman merantau adalah hal paling berharga selama masa kuliah. Ada pepatah mengatakan "Aku mungkin datang sebagai anak manja dari rumah, tapi pulang nanti sebagai pribadi yang lebih kuat."
Kamu Tidak Sendiri
Buat kamu yang sedang menjalani hidup sebagai mahasiswa perantau, ingatlah bahwa kamu tidak sendiri. Ribuan mahasiswa lain merasakan hal yang sama, dan semuanya sedang tumbuh bersama kamu.
Teruslah kuat. Teruslah belajar. Karena di balik semua kesulitan, ada versi diri yang lebih hebat sedang menantimu di masa depan.