Dinamika Pendidikan di Madura

Muhdar Afandy
Mahasiswa Ilmu Politik Universitas Muhammadiyyah Jakarta
Konten dari Pengguna
6 Juli 2021 6:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhdar Afandy tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Opini
ADVERTISEMENT
https://canva.me/DUmrxofpshb
ADVERTISEMENT
(Oleh: Muhdar, mahasiswa Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Jakarta. Anggota bidang Intelektual Ikatan Mahasiswa Bata-bata (IMABA))
Madura sebagai salah satu masyarakat yang daerahnya dikenal sebagai masyarakat desa, maka masyarakat desa mempunyai tradisi, budaya, adat dan pandangan berbeda menilai terhadap keadaan. Dan disitulah letak perbedaan dengan masyarakat kota.
Pada saat ini penulis akan mengungkapkan bagaimana masyarakat Madura memandang terhadap pendidikan sesuai dengan kebiasaan yang mereka ungkapkan yang penulis temui di berbagai daerah di Madura.
Madura dikenal sebagai salah satu daerah dimana etika dikedepankan dari pada rasionalitas bagaimana cara masyarakat berinteraksi dengan satu sama lainnya. "tidak akan menyalah, tapi tidak mau dipersalahkan" itulah yang menjadi landasan dasar dan itu merupakan peninggalan dari nenek moyangnya. Tapi sayang, masyarakat Madura sangat sempit pandangannya terhadap orientasi pendidikan.
ADVERTISEMENT
Pendidikan dipandang oleh masyarakat Madura hanya sebatas ilmu yang basicnya tentang keagamaan. Jika ada seseorang yang belajarnya sampai jenjang perguruan tinggi, mereka mengatakan hal yang demikian hanya mengejar sesuatu yang bersifat duniawi.
Dan ada pula pandangan yang lebih extrem dari pada di atas, berpendidikan sampai perguruan tinggi hanya menghabiskan banyak pengeluaran uang saja, karena melihat para sarjana-sarjana pengangguran disana, sehingga menyimpulkan sedemikian itu. Tak heran jika banyak anak muda yang seharusnya masih meneruskan pendidikan, namun orang tuanya memutuskan untuk menerjunkan ke dunia kerja.
Melihat kesamaan profesi antara orang yang berpendidikan dan yang tidak berpendidikan, sehingga orang tuanya (wali siswa) sangat ambisi untuk memutuskan pendidikan anaknya karena hal itu semata-mata hanya membuang waktu dan kesempatan anaknya untuk memperoleh hal yang diinginkannya.
ADVERTISEMENT
Pun demikian seorang siswa yang berprestasi juga menjadi korban terhadap hambatan pendidikan yang ada di Madura. Momentum yang sangat diharapkan oleh banyak orang, jika siswa yang berprestasi tersebut dikembangkan, tapi apalah daya semuanya terdoktrinasi oleh situasi.
Tidak berhenti disitu saja, sebagai masyarakat desa, finansial juga menjadi faktor yang sering dijumpai, karena masyarakat sangat sulit untuk mendapatkan pekerjaan. Jangankan melanjutkan pendidikan anaknya pada tingkat perguruan tinggi yang mereka pandang berpendidikan sampai tingkat itu sangat memakan banyak uang, makanan pokok sehari-hari saja terkadang masih menjadi pertanyaan.
Ketidak terjangkauan pun juga menjadi alasan atas terhambatnya terhadap siswa yang ingin melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi, namun tidak mempunyai jaringan dari siapapun. Kemungkinan besar mereka tidak mengetahui bahwasanya banyak kampus-kampus yang menyediakan beasiswa terhadap siswa yang sudah menamatkan pendidikannya di bangku SMA sederajat, apalagi siswa tersebut mempunyai banyak prestasi yang diraih.
ADVERTISEMENT
Maka dari itu, kita sebagai satu kesatuan dari mereka yang mempunyai kesempatan duduk di perguruan tinggi, mempunyai hutang moral jika kita tidak mengadakan sebuah solusi yang berupa sosialisasi terhadap mereka (menjadi fasilitaor) yang mempunyai inisiatif untuk melanjutkan pendidikannya, namun finansial yang selalu dijadikan akar masalah.
Sangat disangkan jika tidak ada kepekaan kita terhadap mereka. Dan juga kita sangat merugi kemudian hari jika tidak memberitahukan kepada mereka yang sedang membutuhkan kita, karena semakin banyak orang-orang yang berpendidikan akan mengarahkan daerah kita kepada yang lebih baik lagi. Kemakmuran yang ditunggu banyak orang bisa jadi akan tercapai pada puncaknya ketika sebagian dari mereka memiliki cakrawala berfikirnya sangat luas dan semua itu tentu hanya ditemukan di dunia pendidikan.
ADVERTISEMENT