Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Simbol Keseimbangan: Ilmu Pring RMP Sosrokartono
20 Desember 2024 14:33 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Muhdhori Ahmad tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Seorang tokoh jenius Raden Mas Panji (RMP) Sosrokartono sering menjuluki dirinya sendiri sebagai Joko (jaka) Pring (bambu). Joko Pring juga memiliki kesamaan dengan Joko Deling yaitu Joko Kendel Lan Iling (seorang jejaka yang berani dan ingat/waspada). RMP Sosro Kartono merupakan seseorang yang berani (kendel dan juga bukan orang yang berhenti (kendel), juga seorang yang mencetuskan semboyan Bares, Wani, Mantep.
ADVERTISEMENT
Simbol pring (bambu) oleh RMP Sosrokartono dikenalkan sebagai suatu simbol kesimbangan, menawarkan kebijaksanaan dalam penyelarasan hidup. Memahami simbol pring (bambu) membantu kita untuk melihat bagaimana harmoni antara pikiran, tubuh, dan jiwa dapat membawa keberhasilan dan kebahagiaan. Pendekatan Sosrokartono dalam mengajarkan keseimbangan, berakar dari kebijaksanaan lokal dan memahami kedalaman spiritualitas. Simbol Joko Pring tidak hanya sekedar teori, namun dapat diaplikasikan dalam berbagai aspek kehidupan.
Menurut RMP Sosrkartono merupakan suatu bambu yang dianggap baik adalah bambu yang lurus tidak bengkok. Dalam kehidupan masyarakat Jawa, biasanya bambu yang tidak lurus atu jelek tidak bisa digunakan untuk pembuatan suatu perabot atau perkakas. Bambu yang lurus, jeneng, jejek, artinya adalah bambu yang tidak miring ke kanan atau ke kiri, tidak bengkok, tegak lurus mengandung arti seimbang, selaras, serasi.
ADVERTISEMENT
Bambu juga selalu tumbuh serta memperbanyak diri. Satu bambu yang ditanam akan selalu menumbuhkan bambu yang lainya. Dalam buku Ilmu dan Laku Drs. RMP Sosrokartono disebutkan bahwa RMP Sosrokartono sering mendendangkan tembang dolanan “Pring podho Pring”, merupakan suatu pesan yang disampaikanya.
Pring padha Pring,
Weruh padha weruh
Eling padha iling.
Dalam pesan yang disampaikanya adalah kita sebagai manusia harus ingat bahwa kita adalah manusia. Kita sesama manusia yang saling berbagi rasa, manusia yang melepaskan rasa egois dan salang berbagi rasa. Bagi yang kaya, ingat, memiliki rasa asih, memberi pada yang miskin. Bagi yang pandai, ingat, mengajar pada yang bodoh. Bagi yang kuat, ingat, memiliki tekat asih, membela kepada yang lemah.
ADVERTISEMENT
Eling (ingat) juga diaplikasikan pada setiap kedadaan. Ingat, dalam keadaan bahagia maupun susah. Ingat dalam keadaan jaya ataupun jatuh. Ingat, dalam keadaan sukses maupun gagal. Ingat, kalua semua yang ada didunia ini tidak abadi. Ingat, kalua ada Tuhan, Yang Maha Kuasa diatas segal-galanya. Ingat, kalua punya keturunan yang akan meneruskan silsilahnya. Ingat, bahwa apa yang disebar, akan dituai. Ingat, bahwa Ibu adalah wakil Allah di dunia.
Dalam tembang “Pring padha Pring”, RMP Sosrokartono menitipkan sebuah pesan bahwa ajaranya agar dapat disebarluaskan. Hal ini ibarat satu bambu yang tumbuh berkembang menjadi sebuah rumpun dan rumpun berkembang menjadi suatu perkebunan. Pring padha Pring, iling padha iling, juga berarti antara suku-suku yang tersebar di Nusantara sebenarnnya adalah satu bangsa. Bangsa Indonesia!. RMP Sosrokartono tidak ingin sejarah terulang. Antar suku diadu domba oleh para penjajah belanda.
ADVERTISEMENT
Pring padha Pring
Ilhing padha iling
Yen tunggal bangsa.
Sosok RMP Sosrokartono merupak manusia merupakan manusia paripurna yang telah menemukan keseimbangan antara ilmu dan laku, jasmani maupun rohani, yang telah mengabdikan kehidupanya. Seorang yang beragama tanpa meninggalkan jatidirinya sebagai orang jawa. Tokoh terukir abadi di hati banyak orang. Dirinya memiliki semboyan:
“Ngawulo dhumateng kawulone Gusti
Lan memayu ayuning urip.”