Influencer Tak Memiliki Tanggung Jawab untuk Mendidik Penontonnya

Muhammad Iqbal Habiburrohim
Mahasiswa Universitas Gadjah Mada
Konten dari Pengguna
5 Oktober 2021 20:29 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Iqbal Habiburrohim tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Influencer tidak memiliki tanggung jawab untuk mendidik penonton. Sumber : pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
Influencer tidak memiliki tanggung jawab untuk mendidik penonton. Sumber : pexels.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Saat ini kita telah memasuki era digital, pilihan konten yang ada di sosial juga semakin beragam mulai dari tema yang sekadar menghibur hingga yang mengandung pesan moral. Netizen pun juga semakin banyak tersebar dengan berbagai karakteristiknya yang berbeda-beda mulai dari yang normal hingga yang anti mainstream. Dari banyaknya tipe netizen tersebut, terdapat satu tipe yang seringkali meminta para influencer untuk membuat suatu konten yang mendidik bagi para penontonnya.
ADVERTISEMENT
Di sini saya tidak bermaksud membela para influencer dengan konten yang cenderung mencari traffic, tetapi menurut saya para influencer tersebut tidak sepenuhnya salah apabila memang ingin membuat konten semacam itu. Pada kenyataannya, selera pasar di Indonesia lebih suka dengan konten yang seperti itu. Justru menurut saya akan menjadi aneh apabila influencer yang tidak biasanya membuat konten mendidik tiba-tiba membuat konten belajar bersama para subscriber yang tentunya bukan tipe mereka.
Kecuali, kalau influencer yang sebelumnya aktif memberikan konten mendidik malah berubah tipe kontennya menjadi banyak drama. Misalnya, Najwa Shihab yang tiba-tiba membuat video prank ala influencer zaman sekarang. Apabila hal tersebut terjadi, wajar saja untuk kita kritisi karena memang Najwa Shihab tidak pernah membuat konten semacam itu. Tidak bisa dibayangkan, bukan? Hal tersebut juga berlaku sebaliknya ketika influencer yang tidak biasa membuat konten mendidik tiba-tiba dipaksa untuk membuat konten yang mendidik.
ADVERTISEMENT
Masih banyak juga kok konten yang mendidik di kanal orang lain, kenapa harus menyamaratakan semua orang untuk membuat konten yang mendidik? Lagipula para netizen juga aneh dalam berekspektasi. Kalau kita berekspektasi tinggi terhadap konten yang dibuat oleh Mbak Najwa, ya wajar-wajar saja, tetapi kalau kita berekspektasi kepada influencer yang biasa mencari sensasi untuk membuat konten serupa menjadi aneh. Kalau begitu, yang patut disalahkan adalah ekspektasi dari anda, para penonton!
Konten yang tersedia di jagad maya memiliki tujuan dan pasar yang berbeda-beda untuk penontonnya. Bukan berarti konten yang enggak memberikan nilai moral kepada penontonnya merupakan hal yang selalu buruk, toh, memang ada konten yang dibuat hanya untuk hiburan saja. Tidak menjadi masalah ketika ada yang membuat konten apa pun bentuknya karena menurut saya semua konten pasti memiliki pasarnya masing-masing.
Setiap konten memiliki pasarnya masing-masing. Sumber : pexels.com
Kalau kalian sudah mengetahui isi konten dari seorang influencer adalah drama, kenapa malah ditonton sembari berharap bahwa isinya bakal berubah menjadi mendidik? Saya sendiri yakin para penonton sebenarnya memiliki kesadaran penuh dan pengetahuan untuk memilih tontonan sesuai dengan selera masing-masing, toh pilihan video di media sosial ini sekarang sangatlah banyak. Lagipula, konten mendidik tak melulu konten yang dibalut dengan pelajaran sekolah atau prestasi. Masih banyak cara untuk menyelipkan pesan yang bermanfaat tanpa harus menampilkannya secara eksplisit.
ADVERTISEMENT
Intinya, tidak semua influencer mempunyai orientasi untuk membuat video mendidik dengan pesan moral tertentu, tetapi mereka lebih memilih untuk membuat video yang banyak disukai oleh orang kebanyakan. Alasan tersebut tentunya tidak bisa disalahkan karena sekarang konten semacam itu bisa menghasilkan uang dan para influencer juga memerlukan sebuah konten yang menarik minat dan atensi dari banyak orang.
Daripada marah-marah dan debat sana-sini, mending kalian lanjutkan menonton tontonan yang kalian suka tanpa harus ikut berkomentar negatif ke konten yang kalian anggap kurang sesuai dengan selera kalian. Satu dislike atau komentar kalian pada sebuah video juga bisa menjadi parameter bahwa konten tersebut sedang dibicarakan oleh banyak orang terlepas dari respons positif maupun negatif. Bukannya membuat konten semacam itu surut, kalian justru menyebabkan konten tersebut semakin naik ke permukaan.
ADVERTISEMENT
Terakhir, kalian sendiri lah yang memiliki hak penuh dalam mengatur tontonan kalian. Apabila dirasa suatu konten kurang cocok dengan selera kalian ya tidak perlu digubris. Di era seperti ini, kita perlu bijak dalam bersosial media. Media sosial hanya menawarkan tontonan yang sedang ramai dibicarakan di luar sana dan kalian mempunyai pilihan untuk nonton atau skip. Percayalah, ketika kalian tidak melakukan klik pada video tersebut apalagi ditambah marah-marah, tidak akan menimbulkan masalah. ~