Konten dari Pengguna

Mengapa Agama Dapat Berperan Mengatasi Pemanasan Global?

Mujadilah Putri Karida
Seorang mahasiswi aktif semester 1 program studi Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
29 November 2024 17:12 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mujadilah Putri Karida tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber dari penulis
zoom-in-whitePerbesar
Sumber dari penulis
ADVERTISEMENT
Pemanasan global telah mengubah cara hidup manusia dan mengancam keseimbangan ekosistem bumi. Fenomena ini tidak hanya memicu suhu yang semakin panas, tetapi juga mengganggu pola cuaca, mengancam produksi pangan, dan memicu bencana alam yang lebih ekstrem. Kehidupan masyarakat agraris, yang sangat bergantung pada kestabilan iklim, menjadi salah satu kelompok yang paling rentan terkena dampaknya.
ADVERTISEMENT
Saat saya berada di kampung halaman, cuaca terasa sangat panas. Dalam suasana itu, seorang tetangga yang juga seorang petani mengeluh tentang kondisi tanamannya di sawah. Hujan yang tak kunjung turun membuat panennya terancam gagal. Saya kemudian berbincang dengan petani tersebut. Ia menceritakan kesulitannya dalam bercocok tanam akibat kekeringan. Saat saya bertanya apa yang menjadi penyebab kondisi ini, ia menjawab bahwa ini adalah takdir dari Tuhan. Namun, tanpa ia sadari, perubahan iklim global merupakan salah satu penyebab utama dari bencana ini.
Pemanasan Global: Kenyataan yang Tak Terhindarkan
Pemanasan global kini menjadi ancaman nyata bagi umat manusia. Berdasarkan laporan IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change), suhu bumi telah naik 1,1°C sejak era pra-industri, menyebabkan pencairan es di kutub, cuaca ekstrem, dan meningkatnya risiko kelangkaan pangan serta air. Deforestasi, pembakaran bahan bakar fosil, dan perilaku konsumtif manusia menyumbang sebagian besar emisi karbon. Jika tren ini berlanjut, pemanasan global akan semakin memperburuk kehidupan masyarakat global, terutama yang bergantung pada sektor agraris seperti sang petani tadi.
ADVERTISEMENT
Namun, di tengah situasi genting ini, Islam menawarkan perspektif moral dan etis yang dapat menjadi solusi. Islam telah lama menekankan pentingnya menjaga keseimbangan alam (mizan) dan melarang segala bentuk kerusakan (fasad). Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an:
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (Q.S. Ar-Rum: 41).
Ayat ini mengingatkan umat manusia bahwa kerusakan lingkungan bukan semata takdir, melainkan akibat dari keserakahan manusia. Konsep manusia sebagai khalifah (pemimpin) di bumi dalam Islam memberikan tanggung jawab moral untuk melestarikan alam demi generasi mendatang.
Islam menawarkan berbagai langkah praktis dan jika diimplementasikan dapat membantu mengurangi dampak pemanasan global seperti hemat energi dalam ibadah, gaya hidup sederhana menghindari pemborosan, dan reboisasi membantu pelestarian alam serta mengurangi jejak karbon.
ADVERTISEMENT
Komunitas Muslim sebagai Penggerak Perubahan
Di berbagai negara, komunitas Muslim mulai mengambil langkah konkret. Gerakan Muslim Green di Inggris, misalnya, menginisiasi program pengurangan jejak karbon melalui edukasi dan perubahan gaya hidup. Di Indonesia, salah satu gerakan yang cukup dikenal adalah IFEES (Indonesia Forest and Environmental Educational Society). Organisasi ini berfokus pada pendidikan lingkungan dengan pendekatan Islam, mengajak masyarakat untuk lebih peduli terhadap alam dan keberlanjutan. IFEES bekerja dengan pesantren dan komunitas Muslim lainnya untuk mengajarkan pentingnya pengelolaan limbah, pertanian organik, dan konservasi hutan. Gerakan ini mengedukasi santri dan masyarakat luas tentang tanggung jawab menjaga lingkungan sebagai bagian dari ibadah dan amanah.
Namun, langkah ini perlu didukung lebih luas. Pemimpin agama memiliki peran sentral untuk menginspirasi umat melalui khutbah, fatwa, dan program lingkungan berbasis ajaran Islam yang mendalam.
ADVERTISEMENT
Meski agama menawarkan fondasi moral yang kuat, solusi tidak bisa sepenuhnya bergantung pada aspek spiritual. Perlu ada sinergi dengan ilmu pengetahuan dan kebijakan global untuk menciptakan perubahan sistemik. Pemanasan global adalah masalah kompleks yang membutuhkan pendekatan multidisiplin.
Misalnya, fatwa lingkungan dapat diselaraskan dengan kebijakan pemerintah untuk mengurangi emisi karbon. Di sisi lain, kolaborasi antara komunitas agama dan ilmuwan dapat menciptakan inovasi berkelanjutan, seperti teknologi ramah lingkungan yang didasarkan pada prinsip Islam.
Islam dan Peran Moralitas dalam Krisis Iklim
Kisah sang petani tadi adalah cerminan nyata bahwa krisis lingkungan bukan sekadar isu sains, tetapi juga moralitas. Islam, dengan ajarannya yang penuh kasih sayang terhadap alam (rahmatan lil ‘alamin), mampu memberikan solusi moral yang selaras dengan nilai-nilai keberlanjutan.
ADVERTISEMENT
Aksi kecil yang dilakukan komunitas berbasis agama seperti mengurangi limbah menanam pohon, dan mengedukasi Masyarakat dapat menjadi langkah besar jika dilakukan secara kolektif. Pemanasan global adalah ujian bagi manusia sebagai khalifah di bumi. Dengan menjadikan agama sebagai landasan moral, umat manusia memiliki peluang untuk mengatasi tantangan ini dan menjaga bumi bagi generasi mendatang.
Bumi adalah amanah, dan merawatnya adalah ibadah. Sudahkah kita memulainya?