Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Misteri Labi-labi Asing Pelodiscus sinensis
20 Agustus 2024 13:37 WIB
·
waktu baca 7 menitTulisan dari Mumpuni tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pendahuluan
ADVERTISEMENT
Labi-labi adalah kelompok bangsa kura-kura yang tidak memiliki kepingan sisik, baik di bagian punggung maupun bagian perutnya, tetapi hanya berupa kulit jangat yang tebal. Dalam klasifikasi hewan, labi-labi termasuk dalam suku Trionychidae atau lebih dikenal dengan istilah “Softshell Turtles” dimana di seluruh dunia diketahui ada 35 jenis. Di Indonesia saja terdapat 7 jenis yang telah diketahui, yaitu Amyda cartilaginea, Chitra chitra, Dogania subplana, Pelochelys bibroni, P. cantori, P.signifera dan Pelodiscus sinensis yang mana jenis terakhir tersebut merupakan labi-labi jenis asing.
ADVERTISEMENT
Pelodiscus sinensis (Wiegmann, 1835) atau dikenal dengan nama Labi-labi taiwan atau disebut juga dengan nama Labi-labi cina. Daerah sebaran alaminya menurut data dari Turtle Taxonomy Working Group tahun 2014, adalah di negara- negara seperti, Cina, Jepang dan Taiwan. Akan tetapi labi-labi ini sudah diintroduksi ke berbagai negara, seperti Brasil, Spanyol, USA (Hawai), Guam, Jepang, Korea, Vietnam, Thailand, Malaysia, Singapura, Filipina, Timor Leste dan Indonesia (Kalimantan, Sumatera, Timor).
Ciri dan Karakter
Labi-labi taiwan memiliki ciri-ciri berupa perisai punggung atau karapas dan bagian perut atau plastron yang lunak, berbentuk lonjong dengan panjang mencapai 20 cm. Karapas berwarna coklat kehijauan hingga abu-abu dengan bercak-bercak hitam yang berukuran kecil. Kepala dan leher sempit memanjang dan memiliki moncong Panjang dan dengan posisi mata hampir di atas kepala. Keempat kakinya memiliki tiga kuku. Kaki depan tanpa kutil yang jelas. Individu jantan ditandai oleh panjang ekor yang melebihi tepi belakang karapasnya. Pada individu anakan bentuk karapasnya lebih bulat, bagian plastron oranye dengan beberapa bercak hitam.
ADVERTISEMENT
Labi-labi taiwan di daerah asalnya yang beriklim sedang dapat mencapai dewasa dengan kisaran umur antara 2-5 tahun, sedangkan yang berada di daerah tropika yang suhunya lebih hangat, pertumbuhannya dapat lebih cepat dan kemungkinan mencapai dewasa sekitar umur satu tahun. Sekali bertelur dengan jumlah antara 9 sampai 35 butir yang biasanya diletakkan dalam lubang tanah di sekitar pematang sungai. Telurnya bundar dengan kerabang keras dengan diameter antara 16-20 mm dan akan menetas setelah 50-60 hari. Tukik yang baru menetas berukuran sekitar 25-39 mm. Tempat hidupnya di perairan yang tenang atau sedikit mengalir seperti kolam, danau, rawa dan sungai. Mereka hidup dibawah lumpur di dasar perairan dan aktif terutama pada malam hari. Mangsanya berbagai binatang yang hidup di sekitar perairan, berupa ikan, kepiting, keong, ketam dan larva serangga, meskipun kadang-kadang juga ditemukan makan buah dan bangkai.
Bagaimana dengan Labi-labi taiwan introduksi?
Indonesia merupakan salah satu negara yang mengintroduksi Labi-labi taiwan untuk usaha budidaya karena labi-labi ini sudah berhasil dibudidayakan di daerah asalnya. Tujuannya adalah karena pertimbangan tersedianya lahan, tenaga kerja dan sumber bahan pakan yang lebih murah dalam menunjang usahanya. Salah satu usaha budidaya Labi-labi taiwan untuk tujuan komersial sudah dilakukan sejak 1995 di daerah Kerawang, Jawa Barat. Labi-labi yang sudah berhasil dibudidayakan tersebut setelah mencapai ukuran siap konsumsi diekspor ke negara-negara konsumen seperti Hongkong atau Asia Timur lainnya, bahkan juga mengekspor telur “fertil“yang siap untuk ditetaskan dan dibudidayakan di tempat lain.
ADVERTISEMENT
Kehadiran Labi-labi taiwan di alam liar sampai saat ini ini belum menjadi perhatian di Indonesia. Di beberapa wilayah di Sumatera, Kalimantan dan Jawa, labi-labi ini kadang-kadang di pengumpul kura-kura dapat dijumpai ketika kami melakukan monitoring perdagangan kura-kura dari alam. Bahkan yang kami temukan pada tahun 2013 labi-labi taiwan ini dapat dijumpai dalam jumlah cukup banyak di tempat pengumpul reptil di daerah Majenang, Jawa Tengah. Dari informasi pengumpul, masyarakat mendapatkan labi-labi tersebut dari alam, seperti sungai, selokan, sawah dan aliran irigasi di wilayahnya. Lebih lanjut diceritakan pula bahwa labi-labi ini sudah menyebar seluruh DAS Citandui seperti sungai Cijalu dan Cileumeuh di wilayah Kabupaten Cilacap. Selanjutnya disampaikan pula bahwa Labi-labi taiwan ini lebih mudah ditemukan apabila dibandingkan dengan jenis labi-labi asli yang umum, yaitu Labi-labi super (Amyda cartilaginea) atau Labi-labi batu (Indonesia merupakan salah satu negara yang mengintroduksi Labi-labi taiwan untuk usaha budidaya karena labi-labi ini sudah berhasil dibudidayakan di daerah asalnya. Tujuannya adalah karena pertimbangan tersedianya lahan, tenaga kerja dan sumber bahan pakan yang lebih murah dalam menunjang usahanya. Salah satu usaha budidaya Labi-labi taiwan untuk tujuan komersial sudah dilakukan sejak 1995 di daerah Kerawang, Jawa Barat. Labi-labi yang sudah berhasil dibudidayakan tersebut setelah mencapai ukuran siap konsumsi diekspor ke negara-negara konsumen seperti Hongkong atau Asia Timur lainnya, bahkan juga mengekspor telur “fertil“yang siap untuk ditetaskan dan dibudidayakan di tempat lain.
ADVERTISEMENT
Kehadiran Labi-labi taiwan di alam liar sampai saat ini ini belum menjadi perhatian di Indonesia. Di beberapa wilayah di Sumatera, Kalimantan dan Jawa, labi-labi ini kadang-kadang di pengumpul kura-kura dapat dijumpai ketika kami melakukan monitoring perdagangan kura-kura dari alam. Bahkan yang kami temukan pada tahun 2013 dan 2018 Labi-labi taiwan ini dijumpai dalam jumlah cukup banyak di tempat pengumpul reptil di daerah Majenang, Jawa Tengah. Dari informasi pengumpul, masyarakat mendapatkan labi-labi tersebut dari alam, seperti sungai, selokan, sawah dan aliran irigasi di wilayahnya. Lebih lanjut diceritakan pula bahwa labi-labi ini sudah menyebar seluruh DAS Citandui seperti sungai Cijalu dan Cileumeuh di wilayah Kabupaten Cilacap. Selanjutnya disampaikan pula bahwa Labi-labi taiwan ini lebih mudah ditemukan apabila dibandingkan dengan jenis labi-labi asli yang umum, yaitu Labi-labi super (Amyda cartilaginea) ataupun Labi-labi batu (Dogania subplana).
ADVERTISEMENT
Konon kabarnya labi-labi yang sudah tersebar luas ke perairan umum tersebut secara tidak sengaja pernah terlepas dari kolam budidaya yang berada di daerah Majenang, karena adanya banjir yang melanda dan menghabiskan labi-labi yang ada di kolam pembudidayaan. Labi-labi taiwan ini kemungkinan didatangkan sekitar tahun 2000 untuk dibudidayakan. Hal ini tidak akan terjadi jika kolam budidaya diantisipasi agar labi-labi aman dan tidak dapat lepas ke alam liar.
Hasil Temuan di Lapangan
Dari temuan kami di lapangan dengan cara memasang kail berumpan usus ayam yang ditebarkan dalam genangan aliran sungai yang tenang, kurang dari 1 jam kami mendapatkan beberapa ekor labi-labi taiwan tersebut. Selain itu ditemukan pula telur dan tukiknya di dekat pematang sawah dimana induk bersarang. Dari temuan ini tampaknya Labi-labi taiwan ini memang sudah beradaptasi, berkembang biak dengan baik dan menyebar luas di di berbagai perairan.
ADVERTISEMENT
Dari pemeriksaan Labi-labi taiwan yang terkumpul juga tampak mampu berkembang biak dengan cepat, hal ini terlihat dari labi-labi yang tertangkap berukuran 13 cm mengandung adanya bakal telur yang sudah berkembang. Sedangkan labi-labi yang berukuran 18 cm menunjukkan adanya15 butir telur yang terkandung dalam perutnya dan juga bakal telur yang berkembang dengan ukuran yang berbeda seperti terlihat pada gambar di bawah. Paling tidak labi-labi ini mampu bertelur lebih dari 3 kali dalam setiap musim bertelur.
Ancaman dan Pemanfaatan
Kehadiran Labi-labi taiwan oleh sebagian masyarakat juga dikeluhkan karena sudah menjadi salah satu hama bagi usaha pembenihan ikan yang ada di daerah Majenang. Untuk mengurangi hama ini, masyarakat memburu labi-labi ini terutama dilakukan oleh para pencari belut dan katak sebagai hasil tambahan di wilayah Cilacap untuk dijual kepada pengumpul atau dijual langsung kepada konsumen. Usaha rumah makan maupun olahan yang ada di sekitar Semarang dan Yogyakarta pemenuhan bahan baku perikanannya seperti belut dan katak sawah juga dipenuhi dari daerah Cilacap, demikian pula dengan labi-labi taiwan yang menggantikan pasokan labi-labi lokal yang sudah mulai jarang ditemukan. Pengiriman produk perikanan dari alam tersebut dikirim dalam bentuk hidup yang yang pengirimannya dilakukan setiap dua minggu sekali meskipun tidak dalam jumlah besar. Di Sumatera Utara seperti di wilayah Serdang Bedagai dan Batu Bara, labi-labi asing ini juga mudah ditemukan di perairan umum seperti sungai maupun selokan. Sebagian masyarakat memanfaatkan labi-labi yang ditemukan untuk diolah menjadi pelengkap hidangan keluarga.
ADVERTISEMENT
Jenis Asing Invasif
Kehadiran suatu jenis introduksi di suatu lokasi perlu mendapat perhatian serius karena pada pada suatu saat akan berkembang menjadi invasif yang pada gilirannya akan mengancam keberadaan keragaman jenis lokal. Jenis Asing Invasif (JAI) adalah masuknya suatu jenis flora, fauna atau mikroorganisme dalam habitat baru yang kehadirannya mengancam keragaman hayati lokal yang ada.
Kehadiran Labi-labi taiwan yang semula didatangkan ke Indonesia untuk tujuan budidaya ini kemungkinan besar berpotensi menjadi Jenis Asing Invasif, meskipun sejauh ini belum ada informasi yang tercatat mengenai dampak kehadirannya di sekitar perairan umum. Pada kenyataanya labi-labi yang telah terlepas ke alam liar telah menetap, berkembangbiak dan menyebar dengan cepat. Apalagi labi-labi ini merupakan hewan pemangsa seperti ikan, keong, katak sawah atau labi-labi asli lokal yang memiliki habitat yang sama dan bagaimana kompetisinya dengan hewan yang ada di sekitarnya belum diketahui. Sehubungan dengan hal tersebut perlu adanya perhatian dan dukungan dari berbagai pihak untuk melakukan kajian atau analisa dampak dan resiko terhadap Labi-labi taiwan ini untuk mengetahui potensi invasif terhadap kerusakan ekosistem, lingkungan dan ekonomi. Karena menurut pernyataan The Convention on Biological Diversity (CBD) kehadiran Jenis Asing Invasif merupakan ancaman terbesar bagi kerusakan habitat maupun ekosistem.
ADVERTISEMENT