5 Langkah Sehat untuk Mengatasi Penyakit Autoimun

Mustika Hanum
Diplomat, Traveler, Aspiring Minimalist, Wellness Enthusiast
Konten dari Pengguna
8 Maret 2020 20:05 WIB
comment
12
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mustika Hanum tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi kampanye awarness penyakit autoimun (Flickr/ Myostis Support)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kampanye awarness penyakit autoimun (Flickr/ Myostis Support)
ADVERTISEMENT
Kesibukan yang padat sering menjadi alasan utama seseorang lupa untuk menjaga kesehatannya. Bagaimana cara mengatur keseimbangan waktu untuk merawat diri sendiri, keluarga dan menjalankan karier? Terutama jika anda sering merasa kekurangan waktu istirahat dan mengalami stres karena tekanan pekerjaan di kantor, mengurus rumah tangga dan anak di rumah, atau social pressure dari lingkungan sekitar.
ADVERTISEMENT
Belakangan ini sering terdengar istilah penyakit “autoimun”, yang menyerang sistem ketahanan tubuh manusia. Namun, karena kurangnya awareness dan sulitnya mendeteksi penyakit ini, maka seringkali penanganannya pun terlambat dan berakibat fatal.

Mengenali Penyakit Autoimun dan Gejalanya

Gejala penyakit autoimun seperti kelelahan dan nyeri sendi (Flickr/ Karimah Laera)
Menurut penelitian John Hopkins Medicine, penyakit autoimun terjadi ketika sistem pertahanan alami atau sistem imun tubuh tidak lagi dapat membedakan antara sel-sel normal dan sel-sel asing, sehingga menyebabkan tubuh secara keliru menyerang sel-sel sehat. Padahal fungsi sistem kekebalan tubuh (antibodi) adalah untuk melawan sel jahat seperti kuman, bakteri dan virus, bukan sel sehat.
Apakah gejala yang sering dirasakan? Banyak penderita autoimun memiliki gejala yang sama, antara lain: fatigue atau kelelahan yang berkepanjangan; nyeri sendi, pembengkakan dan rasa kaku di leher, lengan, tangan dan lutut; masalah kulit seperi gatal-gatal dan kering; nyeri perut atau masalah pencernaan; kelenjar bengkak; rambut rontok; dan kesulitan berkonsentrasi.
ADVERTISEMENT

Penyakit Autoimun di Indonesia

Obat-obatan dan suplemen yang diperlukan untuk mengurangi dampak penyakit autoimun (Pixabay/ Steve Buissinne)
Tingkat awareness masyarakat Indonesia terhadap penyakit autoimun masih rendah sehingga pengelolaan data belum ada. Saat ini diperkirakan jumlah penyintas atau penderita autoimun sampai jutaan, dan sebagian besar adalah wanita pada usia produktif.
Selain itu, penyakit autoimun belum banyak dipahami oleh masyarakat karena minimnya edukasi dan pengertian mengenai penyakit ini. Apa lagi karena gejalanya tidak khusus dan terdapat 80 jenis penyakit autoimun yang mempengaruhi berbagai bagian tubuh.

Beberapa penyakit autoimun yang umum, antara lain:

Karakteristik penyakit autoimun (Flickr/ Healthy Eve)
Sampai saat ini, penyebab penyakit autoimun belum diketahui secara pasti, tetapi beberapa faktor seperti gaya hidup, lingkungan, berat badan, genetik dan jenis kelamin sering dihubungkan sebagai penyebab gangguan sistem imun tubuh. Sebagian besar penyakit autoimun belum dapat disembuhkan karena memang belum ada obatnya, sehingga jika keluhan tidak cepat ditangani dapat menyerang organ vital dan menyebabkan penyakit kronis.
ADVERTISEMENT
Walaupun begitu, penyakit autoimun sudah dapat didiagnosa melalui pemeriksaan tes antibodi, dan juga bisa dikendalikan dengan mengikuti pola hidup sehat.

5 Langkah Sehat untuk Mengatasi Penyakit Autoimun

Lalu apa yang dapat dilakukan oleh penderita autoimun maupun anda untuk meredakan gejala dan mengembalikan keseimbangan sistem kekebalan tubuh?
Berikut beberapa langkah yang dapat diikuti untuk mengatasi penyakit autoimun dan menjaga kesehatan:
UVB dari sinar matahari sebagai sumber vitamin D (Pixabay/ Jill Wellington
Beberapa penelitian telah menemukan bahwa salah satu penyebab penyakit autoimun adalah kekurangan vitamin D. Vitamin D tidak hanya berfungsi untuk meningkatkan kekuatan tulang tapi juga menjaga kekebalan tubuh.
Sinar matahari dapat membantu memproduksi Vitamin D yang ada di tubuh kita, melalui proses sintesis ketika kulit terpapar Ultra Violet B (UVB) sinar matahari. Waktu terbaik untuk berjemur dan mendapatkan paparan sinar UVB adalah antara pukul 10.00 – 16.00 dan dilakukan selama 5 – 15 menit tergantung warna kulit. Orang yang berkulit putih lebih cepat menyerap sinar UVB dibandingkan dengan yang berkulit lebih gelap. Tapi anda tidak dianjurkan untuk berjemur terlalu lama untuk menghindari resiko kanker kulit.
ADVERTISEMENT
Makanan yang mengandung vitamin D: ikan salmon, sereal, susu dan telor (Flickr/ Sheryltips)
Selain paparan sinar UVB, untuk mengatasi penyakit autoimun, disarankan untuk mengonsumsi makanan yang kaya vitamin D, seperti: ikan berlemak dengan kandungan omega-3 yang tinggi (salmon, tuna, dan makarel); produk olahan kedelai (tahu, tempe dan susu kedelai); susu dan produknya (keju dan yogurt); telor; jamur; dan hati sapi.
Konsumsi harian vitamin D untuk dewasa dianjurkan sebanyak 600 – 4000 IU, tergantung dengan kebutuhan. Sebaiknya juga dipilih sumber vitamin D alami yang tidak mengandung pengawet.
Menu sarapan gluten-free: alpukat, jeruk bali, sosis kalkun dan ubi goreng (Flickr/ dejahthoris)
Bagi penderita autoimun, diet gluten-free merupakan pilihan terbaik untuk meningkatkan kesehatan sistem pencernaan. Riset dari John Hopkins Medicine juga menyebutkan bagi penderita autoimun, seperti celiac disease yang mengonsumsi gluten dapat merusak usus kecil dan organ lainnya, sehingga menyulitkan tubuh untuk menyerap nutrisi. Dengan menghilangkan konsumsi gluten, maka otomatis dapat mengobati kondisi autoimun dengan mengurangi peradangan usus dan leaky gut.
ADVERTISEMENT
Bahan yang mengandung gluten seperti tepung dan gandum, yang terdapat dalam roti, pasta, sereal, kue kering, mi instan, pemanis dan penyedap buatan. Sebagai pengganti, pilihan makanan non-gluten yang dapat dicoba seperti: kacang almond, alpukat, minyak zaitun, bayam, brokoli, kubis, beras (putih dan merah), quinoa, jagung, ayam kalkun, sapi organik dan buah berries.
Stretching dan yoga disarankan untuk meningkatkan imun tubuh (Pixabay/ Evita Ochel)
Banyak penderita autoimun, seperti rheumatoid arthiritis menghindari olahraga karena khawatir akan memperburuk gejala mereka. Olahraga yang aman dan direkomendasikan adalah jalan kaki, bersepeda dan berenang. Gerakan stretching dari yoga dan aerobik juga sangat membantu untuk melenturkan sendi yang kaku dan mengalami pembengkakan.
Olahraga sangat penting untuk meningkatkan kebugaran fisik dan fleksibilitas, terutama untuk memperkuat sistem imun tubuh, mengatur sistem hormon dan mengoptimalkan sel-sel tubuh.
ADVERTISEMENT
Mengurangi dampak stres: hidup sehat dan bahagia (Pixabay/ Free-photos)
Tidak diragukan lagi efek besar stres terhadap kesehatan fisik dan mental, terutama sistem imun tubuh. Studi dari Harvard Medical School melaporkan bahwa stres dapat menyebabkan penyakit autoimun, seperti lupus atau rheumatoid arthiritis. Studi tersebut menyebutkan bahwa insiden penyakit autoimun lebih tinggi di antara orang-orang yang sebelumnya didiagnosa Post Traumatic Stress Disorder (PTSD/ gangguan stres pasca trauma).
Selain itu, stress menyebabkan ketegangan fisik, psikologis dan emosional, terutama saat menghadapi respons “fight or flight”. Respons ini ditandai dengan adrenalin rush yang menyebabkan denyut nadi dan pernafasan cepat, dan peningkatan tekanan darah. Contohnya seperti saat anda dikejar anjing atau menghindar tilang di jalan raya. Tapi bagaimana jika terjadi stres berkepanjangan yang dipicu oleh kekhawatiran, misalnya karena tidak punya uang, banyak utang atau takut gagal? Kondisi ini bisa menyebabkan penyakit kronis seperti tekanan darah tinggi atau penyakit autoimun.
ADVERTISEMENT
Lalu bagaimana cara menurunkan stres? Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi stres dan mengelola kebiasaan yang tidak sehat. Dengan mengikuti 4 langkah penting di atas, anda juga sudah dapat menurunkan tingkat stres. Paparan sinar UVB dari matahari, konsumsi makanan mengandung vitamin D dan gluten-free, serta olahraga rutin terbukti dapat mengurangi stres dan depresi.
Edukasi dan awareness mengenai penyakit autoimun sangat penting untuk pencegahan dan penanganan autoimun, serta meningkatkan pengetahuan masyarakat. Sebagaimana penyakit lainnya, mencegah autoimun sejak dini akan jauh lebih baik daripada harus mengobatinya.
Bagaimana dengan anda, sudah siap mencoba? Marilah mulai mengikuti langkah-langkah sehat di atas untuk mengatasi penyakit autoimun dan hidup sehat.
Salam Sehat!
ADVERTISEMENT