Konten dari Pengguna

Mengenal Bosscha yang Baik hati dengan Pribumi

Mutiara Aliza
Currently a student at Pelita Bangsa University with a Bachelor of Law study program.
9 September 2021 17:35 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mutiara Aliza tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Karel Albert Rudolf Bosscha | Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Karel Albert Rudolf Bosscha | Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
Siapa yang tidak kenal dengan salah satu seorang warga Belanda keturunan Jerman yang memberikan banyak jasa bagi Indonesia khususnya dalam bidang astronomi dan perkebunan teh Malabar di daerah Bandung dan sekitar Jawa Barat.
ADVERTISEMENT
Ia adalah Karel Albert Rudolf Bosscha atau beliau suka dipanggil “Bosscha”. Beliau yang sangat peduli dengan kesejahteraan masyarakat pribumi di masa Hindia Belanda, Hingga sangat di cintai oleh masyarakat pribumi pada masa itu karena kebaikannya.
Beliau dilahirkan di Belanda pada 15 Mei 1865, dari keluarga yang keturunan Belanda dan Jerman. Orang tua nya adalah Johannes Bosscha dan Paulina Emilia Kerkhoven serta buyutnya yang Bernama Herman Bosscha.
Pada tahun 1887 Bosscha berlayar ke pulau jawa untuk bekerja di perkebunan teh milik Pamannya, dia bekerja untuk pamannya, Edward Julius Kerkhoven, di Sukabumi, Jawa Barat. Seiring dengan berjalannya waktu Bosscha pada tahun 1896 iya membangun perkebunan teh Malabar secara luas beserta dengan pabriknya dan tentunya bosscha memperkerjakan pribumi.
ADVERTISEMENT
Namun beda dari yang lain, Bosscha memperkerjakan pribumi dengan sangat manusiawi dan tentu membuat sejahtera warganya, Bosscha sangat teliti dan totalitas dalam membangun pabrik tehnya sehingga teh yang ia buat dapat bersaing dengan negara lain seperti china dan tentunya tehnya sangat berkualitas dan bagus.
Di balik dermawannya Bosscha, Pada 1901 ia memperhatikan Pendidikan lalu mendirikan sekolah dasar bernama Vervoloog Malabar dan menjadi salah satu yang berkontribusi dalam donatur pembangunan Sekolah tersebut adalah Technische Hoogeschool te Bandoeng atau yang saat ini dikenal dengan sebutan Institut Teknologi Bandung (ITB).
Sementara pada tahun sekitar 1910-1928 Bosscha Bersama dengan kolega serta Kerja sama dengan pihak yang bersangkutan, merintis dan mulai mencoba membangun observatorium di Lembang dan ia datangkan alat-alat untuk melengkapi observatorium dari Jerman.
ADVERTISEMENT
Namun, warga pribumi sangat berduka cita Ketika pada tahun 1928 tuan Bosscha meninggal dunia dan tentunya Bosscha belum sempat merasakan hasil rintis membangun observatorium yang ia dirikan. Mereka pribumi sangat kehilangan juragan teh yang sangat baik hati dengan para pekerjanya dan warga di daerah tersebut. Sampai warga pribumi daerah tersebut mengantarkan ke tempat istirahatnya yang terakhir yang dimakamkan di tengah rindangnya pepohonan di kawasan perkebunan teh Malabar. Makam Bosscha hingga saat ini masih terawat baik. Makam ini cukup megah. Pusaranya ditutup dengan kubah berarsitektur Eropa.