Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Uniknya Upacara Tahunan Suku Asmat untuk Berkomunikasi dengan Arwah Leluhur
24 Desember 2023 9:22 WIB
Tulisan dari Muhammad Nabil Nashrullah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Suku asli terpencil di pedalaman Papua tetap setia pada adat istiadat warisan leluhurnya meskipun mereka berada di tengah-tengah kemajuan dan teknologi modern. Kampung Atsy, suku asmat melakukan upacara untuk berbicara dengan arwah leluhur mereka, yang merupakan salah satu tradisi yang masih hidup dan tetap asli.
ADVERTISEMENT
Upacara Komunikasi dengan Leluhur
Suku Asmat di pedalaman Papua memiliki tradisi tahunan khusus yang melibatkan berkomunikasi dengan arwah para leluhur mereka yang telah meninggal dunia. Ritual adat ini dilakukan secara rutin setiap musim panen tiba. Tujuan utama ritual ini adalah untuk mempererat hubungan antara warga suku Asmat yang masih hidup dan mereka yang telah meninggal.
Sangat menarik bahwa tetua adat tertentu hanya dapat berhubungan dengan leluhur ini karena mereka ditugaskan untuk bertindak sebagai perantara atau mediator dengan dunia gaib. Melalui tarian dan musik kuno Papua. Misalnya, musik tifa sebagai salah satu ikon alat musik khas papua sebagai pendukung budaya.
Dalam ritual ini, musik tifa mempunyai peranan tersendiri yaitu sebagai pengiring nyanyian (So) dan juga pengiring tarian (Ndi). Tifa akan di tabuh sedemikian rupa untuk mengiringi nyanyian dan tarian dan itu menjadi gaya khas sesuai identitas cultur Suku Asmat yang nampak dalam ritus Tow Pok Mbu (Koupun, 2016).
ADVERTISEMENT
Saat panen tiba, upacara sakral ini dimulai dengan dilakukannya prosesi pemanggilan roh leluhur untuk hadir memberikan petunjuk dan restunya kepada warga kampung, dipimpin langsung oleh tetua adat. Setelah berkomunikasi melalui trans mimpi sang tetua, pesan arwah leluhur kemudian disampaikan untuk memastikan bahwa kehidupan dan panen suku Asmat baik-baik saja pada tahun berikutnya.
Uniknya, upacara yang penuh magis dan nuansa spiritual ini masih dilakukan meskipun Papua semakin dimasuki agama-agama samawi dan teknologi. Inilah bukti bahwa orang Papua asli masih sangat menghargai warisan nenek moyang mereka. Tulisan ini akan membahas lebih lanjut tentang prosesi dan alasan upacara komunikasi tahunan dengan leluhur yang penting bagi orang Papua asli.
Prosesi Upacara Suku Asmat
Upacara adat tahunan ini berlangsung selama tiga hari tiga malam dan dimulai dengan pembersihan desa yang dilakukan oleh para tetua adat. Mereka menyebarkan kemenyan dan daun-daunan yang diyakini dapat mengusir roh jahat di seluruh kampung. Setelah itu, prosesi adat tambahan, seperti mandi uap, dilakukan pada calon perantara leluhur atau tetua adat yang akan memasuki alam bawah sadar.
ADVERTISEMENT
Pada hari upacara, sang tetua dan dua pembantunya memakai pakaian adat, yang dihiasi dengan bulu burung cendrawasih dan dihiasi dengan kalung manik-manik putih, yang melambangkan kesucian. Selain itu, persiapan tempat upacara dilakukan dengan sangat sakral. Para tetua memanjatkan doa khusus sepanjang malam sambil menabur garam di lokasi ritual. Pada hari berikutnya, warga kampung berkumpul di sekitar tetua adat dan memanggil leluhur dengan nyanyian seremonial Papua.
Setelah roh leluhurnya dirasuki, tetua adat duduk di kursi adat bersama dua pembantu dan mulai berbicara dengan kekuatan gaib. Ia mengucapkan terima kasih atas panen, meminta restu, dan memberikan petunjuk sang leluhur kepada penduduk kampung. Saat tetua adat kembali sadar, mereka disambut dengan sorak sorai bahagia oleh warga, dan percakapan dengan leluhur berakhir.
ADVERTISEMENT
Tujuan dan Makna Upacara Adat Tahunan Suku Asmat
Upacara adat tahunan ini memiliki banyak tujuan penting bagi suku asmat di Kampung Atsy. Yang paling penting, tentu saja, adalah untuk menghubungkan warga suku yang masih hidup dengan leluhur mereka yang sudah meninggal.
Dengan menghubungkan sang leluhur adat, warga kampung dapat menyampaikan rasa terima kasih mereka atas hasil panen yang melimpah serta curahan isi hati mereka tentang masalah, kesulitan, dan harapan mereka kepada sang leluhur yang dianggap melindungi kampung. Selain itu, dari pihak leluhur, nasihat, nasihat, petunjuk, bahkan teguran disampaikan untuk kebaikan kepada generasi berikutnya dari Suku Asmat.
Selain itu, upacara dilakukan untuk menjaga tradisi nenek moyang Suku asmat, yang telah berlangsung selama bertahun-tahun. Ritual ini telah dilakukan secara turun temurun dan ada dalam penanggalan adat Suku asmat di Kampung Atsy. Dengan melakukan upacara sakral ini, nilai-nilai luhur para leluhur, ajaran dan filosofi hidup mereka, diwariskan ke generasi berikutnya oleh orang Papua asli.
ADVERTISEMENT
Upacara adat tahunan Suku asmat di Kampung Atsy, Papua, adalah salah satu tradisi Indonesia yang masih bertahan lama. Ritual sakral yang berlangsung selama tiga hari tiga malam ini bertujuan untuk menghubungkan warga suku yang masih hidup dengan para leluhur mereka yang telah meninggal dunia.
Warga kampung menyampaikan keinginan dan harapan mereka melalui perantaraan tetua adat yang dirasuki roh leluhur. Dari leluhur, ucapan terima kasih, wejangan, nasihat, dan restu diberikan untuk memastikan bahwa suku asmat akan tetap hidup di masa depan. Penduduk asli masih memegang tradisi spiritual Papua kuno, yang terlihat dalam setiap prosesi adat.
Tradisi warisan para moyang ini membantu orang Papua menemukan identitas dan jati diri mereka di tengah gempuran budaya kontemporer. Salah satu cara terbaik bagi warga adat untuk menunjukkan penghormatan mereka terhadap leluhur mereka adalah dengan mempertahankan upacara komunikasi tahunan dengan mereka. Tak mengherankan jika ritual ini terus dilakukan dari generasi ke generasi di Kampung Atsy untuk memastikan bahwa warisan para pendahulunya tetap terjaga dari zaman ke zaman.
ADVERTISEMENT
Daftar bacaan
Koupun, M. Y. (2016). EM SO DALAM RITUS TOW POK MBU SUKU ASMAT. KENOSIS, 2(1), 74.