Konten dari Pengguna

Merantau: Sebagai Ruang Napas Bagi Anak Dengan Didikan Authoritarian Parenting

Nabila Dhiya Khalida
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
11 Mei 2025 12:27 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nabila Dhiya Khalida tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tidak semua anak pergi merantau karena anak ingin mandiri. Tapi kadang rumah tidak lagi menjadi tempat pulang, rumah tak memberikan ruang yang nyaman bagi anak, justru rumah terasa mengekang dan membungkam mereka. Tak lagi disediakan tempat untuk bersuara, bahkan setiap pendapat dianggap melawan, setiap keputusan diambil sepihak, setiap tindakan salah dianggap kesalahan besar, membela diri dianggap kerusakan moral dan etika. Berulang ulang terjadi sehingga memberikan tekanan besar pada anak. Kecemasan berlebihan untuk bertindak dirumah sendiri bahkan bersuara pun tak lagi menjadi pilihan. Sehingga banyak anak yang menutup diri dan menyimpan semuanya sendiri karena takut reaksi negative yang justru diterima.
ADVERTISEMENT
Bukankah seharusnya orang tua menjadi tempat aman bagi anak untuk bercerita? Kadang anak tak butuh solusi, banyak anak yang hanya ingin didengar tanpa takut dihakimi, justru tak sedikit anak yang lebih banyak bercerita diluar karena mungkin rumah banyak membuatnya bungkam. Anak cenderung diam dan bercerita yang hanya dianggap baik oleh orang tuanya sehingga anak tidak bisa terbuka dan orang tua tak mengenal anak lebih walaupun banyak waktu yang dihabiskan dirumah. Dapat dikatakan banyak anak yang justru nyaman bercerita dengan temannya dan banyak pula anak yang memilih merantau karena ingin merasakan kebebasan.
Source image: Pinterest.com/ Dani Defrisco
zoom-in-whitePerbesar
Source image: Pinterest.com/ Dani Defrisco
Authoritarian Parenting atau pola asuh otoriter menjelaskan bahwa sikap orang tua cenderung memaksa anak untuk melakukan hal-hal sesuai dengan keinginan mereka. Dalam pola asuh ini, orang tua menetapkan aturan-aturan di rumah yang harus dipatuhi oleh anak. Mungkin kekhawatiran berlebih dapat memicu pola asuh ini, orang tua ingin menjaga anaknya tetapi sikap terlalu mengekang justru mengikat anak sehingga anak tidak bisa bebas dan terbuka. Banyak anak rantau yang dibesarkan dengan aturan yang ketat sehingga dengan merantau mereka menemukan kebebasan bertindak dan bersuara, dan lebih dekat dengan teman daripada orang tua sendiri. Bahkan banyak anak rantau yang berpikir “lebih mudah minta maaf setelahnya daripada minta izin di awal”
ADVERTISEMENT
Pola asuh yang berlebihan justru dapat menjadi ancaman bagi orang tua. Karena beberapa anak bisa jadi sangat bergantung dengan arahan orang tua sehingga tidak dapat membuat keputusan sendiri, sementara yang lain bisa tumbuh dengan antiotoritas bahkan cenderung memberontak. Anak mungkin tidak akan memberontak dan melanggar aturan secara terang terangan dan langsung melawan, hanya saja anak seringkali melanggar secara sembunyi sembunyi sebagai bentuk perlawanan atau yang sering disebut passive rebellion. Dalam jangka Panjang dapat membentuk anak dengan tekanan batin karena harus terus terusan sembunyi atau berbohong. Banyak anak yang hanya ingin bersenang senang dengan temannya tetapi dilarang, dapat nilai jelek dikenai hukuman padahal anak juga memiliki kehidupan sendiri dan pasti berbeda setiap zamannya.
ADVERTISEMENT
Source image: Pinterest.com/ Pikbest | Graphic Design Templates
Tempat rantauan menjadi tempat yang nyaman bagi anak rantau. Tenang dan tak ada tuntutan, tak ada tekanan dan bebas bereksplorasi. Terkadang rindu suasana rumah, rindu kehangatan bersama, tapi tempat rantau tetap menjadi ruang nyaman dan tenang. Banyak anak yang memilih tak pulang demi menghindari konflik dengan orang tua dan menghindari tekanan dirumah. Terkadang ini hal yang tak disadari oleh para orang tua. Anak selalu mengalah, selalu mendengarkan, tetapi orang tua tidak pernah bercermin dan mencoba untuk mendengar dan menerima.
Menjadi orang tua bukan berarti selalu benar dan menjadi anak bukan berarti selalu salah. Jika anak lebih nyaman cerita dengan teman daripada ke orang tuanya sendiri maka sudah saatnya orang tua mulai mendengarkan. Pola asuh otoriter justru membuat anak menyembunyikan diri, berpura pura patuh dan melanggar diam diam bukan berati mereka membangkang hanya saja mereka lelah tidak dipercaya, tidak didengarkan dan selalu dilarang serta diceramahi bahkan dihakimi sepihak. Coba beri anak ruang untuk berbicara dan mengambil keputusan dan belajar bertanggung jawab atas keputusan yang diambil. Dengan ini anak akan belajar memahami orang tua dan membangun komunikasi dua arah dan kepercayaan antar keduanya. Jadilah tempat pulang yang aman dan nyaman bagi anak karena sejatinya rumah yang baik adalah rumah yang bukan hanya memerintah tetapi juga mendengarkan dan penuh kepercayaan.
ADVERTISEMENT