Konten dari Pengguna

Peran Mahasiswa sebagai Agent of Change dalam Dunia Literasi

Nadhifa Fitrina
I am a final-year journalism student at the Jakarta State Polytechnic looking for opportunities in content writer and interest in copywriter roles. Learn to level up your life. Love the wotk, the grnd, the sweat, and the hard work.
15 Juli 2023 21:19 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nadhifa Fitrina tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: Ilustrasi Perpustakaan Sebagai Sarana Literasi (Sumber: Pexels)
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Ilustrasi Perpustakaan Sebagai Sarana Literasi (Sumber: Pexels)
ADVERTISEMENT
Dunia literasi yang kian terasa mati, seakan melewati lembah yang penuh duri. Melawan arus gelombang yang tinggi. Menembus rintangan yang telah siap untuk dihadapi. Rela mengorbankan diri demi mengembalikan peradaban yang tak menentu ke mana arahnya akan pergi.
ADVERTISEMENT
Tak jarang mendengar seseorang berbicara tinggi tanpa mementingkan literasi. Bicara tanpa adanya substansi untuk kepentingan ekstensi. Kesukaan, hobi, dan kesenangan dalam membaca sudah seharusnya menjadi kebiasaan jangka panjang yang harus dimiliki setiap orang agar mereka melek tentang informasi sepanjang hidupnya.
Mahasiswa berperan penting dalam menentukan perjalanan bangsa Indonesia karena diyakini bahwa sosok mahasiswa adalah mereka yang masih berjiwa bersih karena idealisme, semangat muda, dan kemampuan intelektual yang tinggi. Dari pandangan ini kemudian mahasiswa dianggap sebagai agen perubahan (agent of change) pada suatu masyarakat atau bangsa.
Ilustrasi membaca di toko buku. Foto: Shutterstock
Kebiasaan membaca yang melekat perlu dimiliki oleh mahasiswa guna meningkatkan kemampuan literasi serta mendukung dan mengembangkan cara berpikir akademiknya.
Saya sebagai mahasiswa program studi jurnalistik tentunya harus terbiasa dengan kegiatan membaca agar dapat mengetahui informasi dan teknologi dalam masyarakat internet saat ini.
ADVERTISEMENT
Dengan aktivitas membaca yang rutin dan berkelanjutan, saya dapat memperluas pengetahuan dan wawasan dalam global, dapat memperkaya bekal informasi, bahkan sebagai seorang mahasiswa saya dapat membaca secara eksistensi untuk melakukan perubahan demi membentuk kepribadian diri.
Saya menerapkan prinsip bahwa jika seseorang yang memiliki kebiasaan membaca secara terus-menerus, maka budaya membaca sudah tertanam dalam dirinya.
Foto: Ilustrasi Mahasiswa Sedang Membaca Buku di Perpustakaan (Sumber: Pexels)
Sebagai seorang mahasiswa, saya memiliki peran penting dalam menentukan perjalanan bangsa Indonesia karena diyakini bahwa sosok mahasiswa adalah sosok yang masih berjiwa bersih karena idealisme, semangat muda, dan kemampuan intelektual yang tinggi. Dari pandangan ini kemudian mahasiswa dianggap sebagai agen perubahan (agent of change) pada suatu masyarakat atau bangsa.
Menjadi seorang mahasiswa yang merupakan harapan bagi bangsa di masa yang mendatang, tentunya dalam setiap melakukan perubahan saya sering kali dianjurkan oleh dosen untuk rajin membaca. Bahkan, ada juga yang mengharuskan membaca buku.
ADVERTISEMENT
Dari membaca perlahan kemampuan menyusun kata akan meningkat dan kemampuan menulis juga akan semakin berkembang. Karena seseorang yang pandai membuat tulisan dimulai dari seberapa banyak buku yang sudah dibaca.
Namun kenyataannya minat baca di kalangan mahasiswa masih rendah. Terbukti dengan keadaan perpustakaan di kampus saya kebanyakan pengunjungnya memenuhi meja baca, meja yang seharusnya digunakan untuk membaca buku. Namun, malah digunakan untuk melakukan akses WiFi kampus dengan gadget masing-masing, sedangkan di sekitar rak-rak buku terlihat lebih sepi.
Foto: Ilustrasi Seseorang Sedang Membaca Buku (Sumber: Pexels)
Bagaimanapun, budaya literasi yang mencakup budaya diskusi dan membuat tulisan, perlu dioptimalkan di kalangan mahasiswa. Melihat kondisi saat ini, yang sangat perlu digiatkan adalah budaya membaca.
Saya berpikir bahwa tulisan yang telah saya buat, nantinya pemikiran kritis akan muncul dalam diri saya yang terbentuk karena kebiasaan membaca yang kuat. Dengan mengoptimalkan budaya literasi, saya sebagai seorang mahasiswa berharap bisa menjadi opinion leader hingga dapat melakukan perubahan dalam kepribadian saya.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, sebagai seorang mahasiswa tentunya saya harus mampu menyampaikan gagasan melalui proses kritik dan memiliki kredibilitas tinggi.
Untuk mencapainya, saya perlu membudayakan literasi dalam kehidupan, paling tidak selama proses perkuliahan berlangsung. Jadi, dapat dikatakan bahwa mahasiswa harus bisa menyuarakan gagasan kritis tersebut serta menuangkannya dengan pena. Tentunya secara tidak langsung perubahan tersebut perlahan akan terjadi seiring dengan berjalannya waktu.