Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Tantangan dan Solusi Literasi di Indonesia
4 Oktober 2024 17:04 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Nadhira Nurhumaira Salam tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kementerian pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah mengeluarkan hasil Studi Programme For International Student Assessment (PISA) 2022, yang menunjukkan hasil literasi siswa di indonesia yang naik 5 sampai 6 posisi daripada hasil survei PISA tahun 2018 lalu. Peningkatan ini adalah pencapaian tertinggi dalam peringkat persentil sepanjang sejarah partisipasi Indonesia dalam PISA.
ADVERTISEMENT
Pencapaian ini diharapkan dapat memperbaiki peringkat Indonesia di data UNESCO, yang saat ini berada di peringkat ke-60 dari 70 negara dengan minat membaca yang hanya 0,001% yang artinya dari 1.000 orang di Indonesia hanya ada 1 orang yang mempunyai minat membaca.
Penyebabnya bukan hanya faktor digital, tetapi juga akses pendidikan yang terbatas di daerah-daerah tertinggal, Infrastruktur yang buruk dan kurangnya sumber daya pendidikan memperparah masalah ini.
Salah satu penyebab yang jarang diketahui adalah bullying terhadap siswa yang dianggap kutu buku atau mencari perhatian karena minat baca mereka yang tinggi. Stigma negatif ini tidak hanya merusak semangat membaca, tetapi juga menghambat perkembangan intelektual siswa di Indonesia.
Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan langkah-langkah seperti memperbaiki infrastruktur pendidikan, menyediakan akses buku dan materi bacaan berkualitas, meningkatkan kompetensi guru, menghapus stigma negatif tentang kutu buku dengan pengayoman dan mengintegrasikan teknologi dalam program literasi digital.
ADVERTISEMENT
Melalui berbagai upaya tersebut, Indonesia diharapkan dapat memperkuat budaya literasi dan meningkatkan peringkat literasi di kancah internasional.
Nadhira Nurhumaira Salam, Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Program Studi Manajemen Pendidikan.