Pengaruh Nikah Muda bagi Kesehatan Mental

Nadhira Khalifatun Nisa
Mahasiswi Psikologi Universitas Pembangunan Jaya
Konten dari Pengguna
23 Februari 2023 12:16 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nadhira Khalifatun Nisa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi pasangan muda di awal pernikahan. Foto: TimeImage Production/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pasangan muda di awal pernikahan. Foto: TimeImage Production/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Pernikahan merupakan suatu hubungan yang mengikat antara laki-laki dengan perempuan dengan setulus hati dan bertujuan untuk membangun serta membentuk rumah tangga yang sejahtera, rukun dan bahagia.
ADVERTISEMENT
Selain itu, pernikahan juga bisa diartikan sebagai salah satu tahap dalam hidup yang dihadapi oleh dua insan setelah menemukan pasangan hidupnya. Menurut penelitian, tentang keberhasilan atau kegagalan dalam pernikahan banyak dicondongkan oleh tujuan.
Hal yang perlu dipahami oleh calon pasangan yaitu, pernikahan bukanlah sebuah cara untuk melampiaskan suatu masalah atau cara membereskan masalah yang ada. Tetapi, membuka pikiran kedua pasangan mengenai hal-hal yang ingin dicapai, bagaimana keduanya saling mengenal dan memahami satu sama lain.
Para ahli di Amerika, mereka memprediksi bahwa penduduk Amerika menikah minimal sekali dalam hidupnya (Cordova & Harp, 2009). Kebanyakan anak muda melihat pernikahan sebagai pokok dari masa depan mereka (Willoughby, Hall, & Goff, 2015).
Ilustrasi Menentukan Tamu Undangan Pernikahan. Foto: aslysun/Shuttterstock
Namun, baru-baru ini ada fenomena yang cukup mengejutkan, yaitu perminataan nikah muda yang cukup banyak di Indonesia. Menurut Mahkamah Agung, pada tahun 2020 ada banyak permintaan dispensasi pernikahan yang berjumlah kurang lebih sekitar 64 ribu.
ADVERTISEMENT
Terjadinya hal ini mungkin karena pada saat itu adanya perbaikan undang-undang perkawinan yang diumumkan pada tahun 2019. Menurut penelitian, mengungkapkan bahwa suatu alasan terjadinya pernikahan di usia muda yaitu hamil di luar nikah, faktor pendidikan, faktor ekonomi, dan faktor orang tua.
Seorang penulis dan feminis terkenal, Elizabeth Oakes Smith, menyebut pernikahannya sebagai kesalahan terbesar dalam hidupnya. Di mana ketika Elizabeth berusia 16 tahun ia memutuskan unutk menikah dengan Seba Smith yang pada saat itu berusia 31 tahun, seorang editor surat kabar dan penulis dari Maine. Elizabeth merasa bahwa pernikahannya telah menghilangkan kemampuannya untuk berkembang secara intelektual dan fisiknya.
Bukan hanya itu, anak yang melakukan pernikahan di usia muda lebih mungkin mengalami kekerasan dan penyerangan seksual dibandingkan dengan mereka yang menikah setelah mencapai usia dewasa. Kekerasan pasangan intim tiga kali lipat dari angka rata-rata nasional yang terjadi pada remaja berusia 16 hingga 19 tahun, baik mereka yang sudah mengalami pernikahan maupun yang belum pernah.
Ilustrasi wanita hamil. Foto: Selfmade studio/Shutterstock
Kehamilan dini dapat mempertinggi risiko kematian pada orang tua dan bayi. Hal ini sering terjadi akibat pernikahan di usia muda. Pernikahan ini juga dapat berdampak negatif terhadap kesehatan mental anak yang menikah muda. Pernikahan ini bisa menyebabkan putusnya sekolah dan mungkin mengalami penurunan prestasi.
ADVERTISEMENT
Pada saat itu, UU Perkawinan No.1 tahun 1974 pasal 7, menyatakan bahwa pernikahan diperbolehkan jika laki-laki berumur 19 tahun dan wanita berumur 16 tahun.
Namun dari sudut pandang sains atau kesehatan, usia wanita yang sudah matang fisik dan mental untuk menikah yaitu 21 tahun sedangkan laki-laki berumur 25 tahun.
Kesimpulannya, pernikahan bukanlah hal yang biasa, tetapi harus dipersiapkan dengan matang baik secara fisik, mental, maupun emosional setiap pasangan.
Belum lagi, nikah muda juga bisa menganggu kesehatan mental. Lantas, apa itu kesehatan mental? Dan bagaimana cara menjaganya?

Apa Itu Kesehatan Mental?

Simbol Kesadaran Kesehatan Mental. Foto: EAK MOTO/Shutterstock
Kesehatan mental bisa diartikan sebagai persoalan terpenting yang terikat dalam jiwa serta kepribadian seseorang. Di mana kondisi jiwa dan kepribadian manusia dalam keadaan normal, tenang, damai, serta tentram sehingga mampu beraktivitas dan menikmati hidupnya dengan teratur dan benar.
ADVERTISEMENT
Menurut Center for Disease Control and Prevention (CDC), mengungkapkan bahwa kesehatan mental meliputi kebahagiaan emosional, psikologis, serta kehidupan di lingkungan sosial seseorang. Kondisi kesehatan mental yang menurun juga memiliki konsekuensi serius dalam karier seseorang. Ini bisa saja mempengaruhi inspirasi, kinerja, serta motivasi seseorang dalam bekerja.

Hal yang Menyebabkan Timbulnya Masalah Kesehatan Mental?

Ilustrasi peduli kesehatan mental. Foto: SewCream/Shutterstock

Hal yang Bisa Mengganggu Kesehatan Mental?

Ilustrasi kesehatan mental ibu atau wanita alami depresi. Foto: aslysun/Shuttterstock
1. Dukungan dalam lingkungan sosial yang buruk
ADVERTISEMENT
Dukungan sosial bisa diartikan sebagai bukti kepedulian seseorang kepada kita. Dukungan sosial juga membantu dalam memberi manfaat pada kesehaan mental maupun fisik.
Menurut Cohen dan Wills (1985, dalam Bishop, 1994), berpendapat bahwa dukungan sosial dapat dikatakan suatu interaksi yang dilakukan satu individu dengan individu lainnya sebagai pertolongan. Oleh karena itu, dukungan dalam lingkup sosial mesti diperhatikan dengan baik jika tidak ingin berdampak pada kesehatan mental.
2. Pengalaman yang diremehkan
Bisa saja seseorang yang mudah terbawa perasaannya akan merasa sakit hati apabila ada sesuatu hal yang membuatnya sedih atau kecewa. Setiap orang memiliki cara yang berbeda dalam menanggapi persepsi orang lain tentang dirinya.
Ada orang yang bisa mengontrol emosinya serta sabar menghadapinya dan ada juga orang yang akan terbawa emosinya yang pasti akan berdampak buruk bagi kesehatan.
ADVERTISEMENT
3. Kesulitan ekonomi
Mengingat situasi COVID-19 yang pada saat itu memunculkan kecemasan, ketakutan, tekanan dari orang lain akibat isolasi, dan belum adanya kepastian kapan pandemi ini berakhir, serta terancamnya pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga.
Menurut Kemenkes RI, yang mengatakan bahwa penduduk berusia 15 tahun keatas mengalami gangguan pada mental yang berjumlah lebih dari 19 juta penduduk. Selain itu, ada juga penduduk berusia 15 tahun mengalami depresi yang berjumlah lebih dari 12 juta jiwa.

Cara Menjaga Kesehatan Mental

Ilustrasi perempuan berbelanja online. Foto: Shutterstock
Untuk mencegah terjadinya masalah pada kesehatan mental, ada berbagai cara yang dapat kita lakukan yaitu, bersosialisasi dengan baik pada lingkungan sekitar.
Hubungan sehat terdapat pada jiwa yang sehat. Kita harus memahami kondisi mental diri sendiri. Ketika mengalami hal yang membuat hati gelisah kita bisa menceritakan kepada teman ataupun keluarga dekat, mungkin saja dengan cara itu dapat membuat hati menjadi lega.
ADVERTISEMENT
Melakukan hal-hal positif yang tentunya akan membuat diri sendiri bahagia, seperti bersepeda, menonton film, atau melakukan hobi kesukaan.
Kita juga harus mengontrol agar selalu positive thinking. Menjaga kesehatan fisik juga perlu, karena jika kondisi fisik menurun akan berpengaruh pada kesehatan mental.