Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Tak Ada Waktu Liburan untuk Anak Pinggiran
30 Desember 2023 17:02 WIB
Tulisan dari Nadira Thaliqa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Masa liburan akhir tahun sudah dimulai, banyak orang yang merencanakan acara liburan bersama keluarga di akhir tahun ini. Terutama pada saat libur Natal sampai tahun baru. Dengan adanya long weekend ini, banyak orang merencanakan liburan ke berbagai tempat wisata, baik dalam kota maupun luar kota, atau bahkan sampai ke luar negeri. Liburan memberikan kesempatan untuk kita bersantai, merenungkan pencapaian, dan merayakan hubungan yang dibangun sepanjang tahun.
ADVERTISEMENT
Sayangnya tak semua orang dapat menikmati kesempatan liburan tersebut. Salah satunya adalah anak pinggiran. Mereka tidak memiliki kesempatan yang cukup untuk bersantai menikmati liburan karena akan menjauhkan diri dari rutinitas sehari-hari mereka, yaitu belajar sambil bekerja. Para anak pinggiran menggunakan waktu liburan tersebut untuk mencari uang, kehidupan mereka penuh dengan tanggung jawab dan beban pekerjaan yang semakin hari semakin bertambah. Kalau bagi orang lain waktu libur adalah waktu mengisi ulang energi, tetapi bagi anak pinggiran waktu liburan adalah waktu yang tepat untuk memperbanyak penghasilan.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial menurut Kabupaten DKI Jakarta tahun 2019-2021 terdapat sebanyak 224 anak jalanan pada tahun 2019, mengalami sedikit penurunan menjadi 221 anak jalanan pada tahun 2020, dan mengalami penurunan kembali pada tahun 2021 menjadi 205 anak jalanan. Meskipun dari data tersebut anak jalanan menurun, namun tetap saja masih banyak anak jalanan yang kita perlu perhatikan. Angka tersebut tidak menutup kemungkinan di tahun berikutnya akan ikut menurun atau justru akan bertambah. Dengan sebab itu, maka banyak anak jalanan yang masih dibebankan oleh pekerjaan untuk menghidupi keluarga serta dirinya sendiri sehingga tak ada liburan untuk mereka. Padahal sudah ditegaskan dalam Undang-Undang Perlindungan Anak Nomor 23 Tahun 2002 bahwa menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
ADVERTISEMENT
Meskipun masa liburan telah tiba, tetapi mereka tidak dapat menikmati waktu liburan tersebut. Kebanyakan dari mereka ingin sekali pergi menikmati masa liburan, baik itu main dengan teman atau jalan-jalan dengan keluarga. Namun, mereka tidak bisa menikmati liburan karena terhalang oleh berbagai kondisi yang terjadi pada mereka, mulai dari segi ekonomi maupun keadaan. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi tak adanya liburan untuk anak pinggiran, antara lain:
1. Keterbatasan waktu bersantai
Anak-anak yang tinggal di pinggiran kota seringkali menghadapi keterbatasan waktu untuk bersantai. Mereka harus meluangkan sebagian besar waktu mereka untuk bekerja atau membantu keluarga. Dengan keterbatasan waktu libur, mereka tidak memiliki waktu yang cukup untuk hanya beristirahat dan menikmati momen santai. Hal ini dapat membuat mereka merasa terjebak dalam siklus kerja dan tidak dapat menikmati waktu luang sepenuhnya.
ADVERTISEMENT
2. Keterbatasan ekonomi
Keterbatasan ekonomi menjadi salah satu tantangan yang dihadapi oleh anak pinggiran dalam mencari uang. Banyak pekerjaan di daerah pinggiran hanya menawarkan upah rendah, sehingga anak-anak pinggiran seringkali harus bekerja keras untuk mendapatkan penghasilan yang mencukupi. Rendahnya pendapatan ini membuat mereka sulit untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, termasuk biaya pendidikan, makanan, dan tempat tinggal. Selain itu, rendahnya pendapatan juga berdampak pada kualitas hidup mereka karena mereka mungkin tidak dapat mengakses fasilitas kesehatan yang memadai atau kebutuhan lainnya.
3. Tanggung jawab keluarga
Anak pinggiran juga memiliki tanggung jawab keluarga yang besar. Beban ekonomi yang tinggi membuat mereka harus ikut andil dalam mencari nafkah. Selain itu, mereka juga harus mengurus adik-adik mereka atau anggota keluarga lainnya yang masih membutuhkan perhatian. Semua tanggung jawab keluarga ini mengharuskan mereka untuk tidak memiliki waktu luang yang cukup untuk menikmati liburan.
ADVERTISEMENT
4. Keterbatasan akses transportasi
Keterbatasan akses transportasi juga menjadi masalah bagi anak pinggiran. Mereka mungkin tinggal di daerah yang jauh dari pinggiran kota atau jauh dari tempat rekreasi. Kurangnya transportasi umum yang memadai membuat mereka sulit pergi ke tempat yang mereka inginkan. Selain itu, biaya transportasi juga bisa menjadi suatu hambatan bagi mereka. Dengan keterbatasan ini, anak pinggiran sulit untuk memiliki kesempatan untuk berlibur dan menikmati waktu luang yang mereka punya.
Setelah kita mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan kurangnya waktu libur serta menyebabkan dampak negatif bagi anak pinggiran. Mereka juga menjauhkan diri dari rutinitas sehari-hari. Kehidupan mereka penuh dengan tanggung jawab dan beban pekerjaan yang terus bertambah. Waktu libur sangat penting untuk mengisi ulang energi, tetapi sayangnya mereka tidak dapat melakukannya secara optimal karena keterbatasan waktu. Hal ini dapat menyebabkan stres dan kelelahan yang berkepanjangan. Adapun dampak yang akan terjadi apabila kurangnya waktu libur, antara lain:
ADVERTISEMENT
1. Kehilangan momen berharga bersama keluarga
Sebagai akibat dari tidak adanya waktu libur sekolah, anak-anak pinggiran tidak dapat menikmati momen bersama keluarga dengan baik. Mereka terlalu sibuk dengan tugas dan tanggung jawab yang ada, sehingga waktu yang dapat mereka habiskan bersama keluarga sangat terbatas. Momen kesempatan untuk mengadakan kegiatan bersama, berinteraksi, dan mempererat hubungan dengan keluarga juga terhalang oleh tuntutan yang selalu ada. Hal ini menimbulkan rasa kehilangan dan kurangnya dukungan keluarga yang penting bagi perkembangan anak-anak pinggiran.
2. Kondisi fisik dan mental yang rentan
Tidak adanya waktu libur sekolah juga berdampak pada kondisi fisik dan mental yang rentan bagi anak-anak pinggiran. Mereka terus sibuk dengan tugas dan tanggung jawab yang harus mereka penuhi setiap hari, menyebabkan kelelahan fisik. Selain itu, tekanan akademik yang tinggi juga dapat menyebabkan stres dan gangguan kesehatan mental pada anak-anak tersebut. Kondisi fisik dan mental yang rentan ini perlu mendapatkan perhatian dan solusi yang tepat agar anak-anak bisa menghadapi tuntutan sekolah dan rumah dengan lebih baik.
ADVERTISEMENT
3. Tidak dapat mengisi ulang energi secara optimal
Keterbatasan waktu libur mengakibatkan anak pinggiran tidak dapat mengisi ulang energi secara optimal. Waktu libur merupakan kesempatan untuk beristirahat, menyegarkan pikiran, dan meregenerasi energi. Namun, anak pinggiran tidak dapat melakukannya dengan baik karena waktu yang terbatas. Akibatnya, mereka mungkin tetap merasa lelah dan stres bahkan setelah liburan, yang dapat berdampak pada kinerja mereka dalam kehidupan sehari-hari.
Lewat topik tersebut seharusnya kita harus lebih bersyukur atas segala nikmat yang melimpah atau bahkan berlebih yang telah Allah berikan kepada kita. Tak semua orang memiliki kesempatan yang sama. Tak semua orang dapat mengistirahatkan badan dan pikiran dengan nyaman. Pentingnya rasa empati serta belas kasihan juga perlu kita miliki sebagai makhluk sosial di muka bumi ini. Oleh karena itu, alangkah baiknya kita agar selalu mensyukuri nikmat Allah Yang Maha Kuasa dan selalu menolong saudara kita yang sedang membutuhkan karena pada zaman ini menolong dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja, tidak mengenal batasan waktu dan ruang.
ADVERTISEMENT
Live Update