Konten dari Pengguna

Tenggelam dalam Rutinitas: Kisah Tahunan Warga Jakarta Melawan Banjir

NADYA FAKHIRAH NUR FAHLEPI
International Relations Students at Universitas Islam Indonesia
15 Januari 2025 14:08 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari NADYA FAKHIRAH NUR FAHLEPI tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Banjir di Jakarta - Picture by Meta AI
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Banjir di Jakarta - Picture by Meta AI
ADVERTISEMENT
Banjir yang melanda Jakarta menjelang penghujung tahun 2024 kembali mengingatkan kita akan kerentanan ibu kota terhadap bencana hidrometeorologi. Intensitas hujan yang tinggi, ditambah dengan sistem drainase yang tidak memadai, telah mengakibatkan genangan air di berbagai titik strategis kota. Kondisi ini diperparah oleh faktor penurunan muka tanah yang terus terjadi di Jakarta, dengan beberapa kawasan mengalami penurunan hingga 10 centimeter per tahun. Para ahli meteorologi telah memperingatkan bahwa pola cuaca ekstrem ini kemungkinan akan berlanjut hingga awal tahun depan. Sementara itu, pembangunan infrastruktur yang masif di Jakarta justru mengurangi daerah resapan air, menjadikan banjir sebagai ancaman yang semakin serius bagi warga ibukota.
ADVERTISEMENT

Dampak Banjir

Sebagai dampaknya banjir tidak hanya terasa pada sektor transportasi dan aktivitas ekonomi, tetapi juga mengancam kesehatan masyarakat. Genangan air yang tidak kunjung surut berpotensi menjadi sarang penyakit seperti demam berdarah dan leptospirosis. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah mengaktifkan pos pengungsian di beberapa titik dan mengerahkan tim tanggap darurat untuk membantu warga yang terdampak, namun upaya jangka panjang untuk mengatasi banjir masih menjadi pekerjaan rumah yang belum terselesaikan.
Ironisnya, meskipun Jakarta rutin mengalami banjir setiap tahunnya, pemerintah masih belum memiliki peta risiko yang komprehensif tentang kondisi tanggul dan infrastruktur pengendali banjir lainnya. Sistem peringatan dini untuk potensi kerusakan tanggul juga belum diimplementasikan secara optimal, padahal teknologi untuk hal tersebut sudah tersedia dan terbukti efektif di banyak negara. Ketidakmampuan pemerintah dalam mengantisipasi dan mencegah jebolnya tanggul menunjukkan bahwa manajemen risiko bencana di ibukota masih jauh dari memadai.
ADVERTISEMENT
Meskipun banyak yang menyalahkan pemerintah atas banjir besar yang melanda Jakarta menjelang akhir tahun ini, penting untuk mempertimbangkan bahwa fenomena alam seperti banjir rob dan curah hujan ekstrem merupakan faktor yang tidak sepenuhnya dapat dikendalikan. Meski banyak pihak menyalahkan pemerintah atas jebolnya tanggul yang menyebabkan banjir di Jakarta, namun akar permasalahan banjir tidak bisa dilepaskan dari perilaku masyarakat yang kurang peduli terhadap lingkungan. Kebiasaan membuang sampah sembarangan ke sungai dan saluran air masih menjadi pemandangan umum di ibukota. Akibatnya, sampah menumpuk dan menyumbat aliran air, sehingga ketika hujan deras terjadi, air meluap dan memberikan tekanan berlebih pada tanggul yang ada. Data dari Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta menunjukkan bahwa volume sampah yang diangkut dari saluran air dan sungai mencapai ratusan ton setiap bulannya. Sebagian besar sampah ini adalah plastik dan limbah rumah tangga yang seharusnya bisa dikelola dengan baik oleh masyarakat. Ironisnya, meskipun pemerintah telah menyediakan tempat pembuangan sampah dan layanan pengangkutan sampah regular, masih banyak warga yang memilih jalan pintas dengan membuang sampah ke sungai.
ADVERTISEMENT

Solusi

Solusi mengatasi permasalahan banjir di Jakarta membutuhkan pendekatan komprehensif yang melibatkan peran aktif pemerintah dan masyarakat. Dari sisi pemerintah, diperlukan audit menyeluruh terhadap kondisi tanggul dan infrastruktur pengendali banjir lainnya, diikuti dengan program perbaikan dan pemeliharaan rutin yang didukung anggaran memadai. Sistem peringatan dini berbasis teknologi juga perlu diimplementasikan untuk memantau kondisi tanggul secara real-time, sehingga potensi jebol bisa diantisipasi lebih awal.Sementara itu, kesadaran masyarakat terhadap lingkungan perlu ditingkatkan melalui program edukasi intensif dan penegakan aturan yang tegas. Kebiasaan membuang sampah sembarangan harus diubah dengan menyediakan fasilitas pembuangan sampah yang memadai dan menerapkan sanksi bagi pelanggar.