Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Masyarakat Non-Muslim Serbu Takjil di Bulan Suci Ramadan! Apa yang Terjadi?
29 Maret 2024 11:52 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Nadya Nareswari Azvandara tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Baru-baru ini, TikTok telah menjadi platform yang menyajikan fenomena menarik di mana masyarakat non-Muslim ikut berpartisipasi dalam berburu santapan takjil selama bulan Ramadan. Takjil, yang merupakan makanan ringan untuk berbuka puasa, dianggap sebagai sarana untuk merayakan momen kebersamaan dan meningkatkan empati terhadap sesama yang membutuhkan. Melalui platform TikTok, video-video masyarakat non-Muslim yang berpartisipasi dalam kegiatan berburu takjil mulai menyebar luas, menarik perhatian banyak orang dengan berbagai respons yang beragam.
ADVERTISEMENT
Bulan Ramadan bukanlah sekadar bulan biasa, bulan ini merupakan bulan penuh berkah di mana umat Muslim menjalankan ibadah puasa. Puasa Ramadan adalah agenda wajib bagi umat Muslim yang fit secara fisik dan mental, dan sudah baligh. Selama bulan Ramadan, kita diwajibkan untuk menahan diri dari makan, minum, dan hal-hal yang bisa membatalkan puasa dari matahari terbit hingga terbenam, sambil meningkatkan kegiatan ibadah, pahala, dan merenungkan secara spiritual. Lalu, Ramadan juga merupakan bulan turunnya Al-Quran, kitab suci agama Islam, kepada Nabi Muhammad SAW.
Bulan suci Ramadan selalu dinanti dengan penuh antusiasme oleh umat Muslim di seluruh dunia. Kebiasaan memborong takjil tentu sudah menjadi hal yang umum, dengan berbagai jajanan khas Ramadhan yang diminati oleh banyak orang. Baru-baru ini partisipasi masyarakat non-Muslim dalam memborong takjil turut menyoroti Ramadan tahun ini. Ada respon positif tentang hal ini, namun ada juga respon-respon lain dari para pengguna aplikasi TikTok mengenai fenomena ini.
ADVERTISEMENT
Pentingnya memahami dan merespons fenomena ini dengan bijak terletak pada kemampuan kita untuk melihatnya sebagai kesempatan untuk memperkuat toleransi dalam masyarakat. Sebagian besar para pengguna TikTok yang beragama Islam kebanyakan menganggap hal ini sebagai hal yang lucu dan menghibur. Banyak masyarakat Muslim di TikTok yang berkomentar dalam konten masyarakat non-Muslim saat berburu takjil seperti “tolong sisakan (takjil) untuk kami yang punya event”, “bersainglah secara sehat, kami jam 3 sedang di ambang kegelisahan, liat kecoa saja sudah kaya lihat buah kurma”, “jam 3 mereka sudah mulai start, sedangkan kita yang punya event sedang lemas-lemasnya menahan puasa”. Lalu, tidak sedikit pula masyarakat Muslim yang membuat video “balasan” kepada mereka para non-muslim yang memburu makanan takjil.
ADVERTISEMENT
Yang perlu dilakukan:
Melihat sisi positif
Penting bagi kita untuk melihat sisi positif dan mengakui bahwa keterlibatan masyarakat non-Muslim dalam membeli takjil bukan hanya sekadar transaksi belanja, melainkan juga bentuk penghormatan terhadap praktik keagamaan umat Muslim. Tindakan ini dapat menunjukkan bahwa meskipun ada perbedaan dalam keyakinan, namun masih ada ruang untuk saling menghargai dan mendukung satu sama lain. Lalu, perlu dipahami bahwa partisipasi ini dapat memberikan pengalaman yang berharga bagi masyarakat non-Muslim selama Ramadan. Dengan terlibat dalam tradisi ini, mereka bisa lebih memahami nilai-nilai solidaritas, kesederhanaan, dan berbagi yang menjadi bagian penting dari bulan suci Ramadan.
Bersikap terbuka dan pengertian
Oleh karena itu, pendekatan terbaik yang bisa kita lakukan adalah menghargai partisipasi masyarakat non-Muslim dalam membeli takjil dengan sikap terbuka dan penuh pengertian. Hal ini merupakan kesempatan bagi kita untuk mempererat hubungan antar umat beragama, memperluas pemahaman tentang keragaman, dan menjadi masyarakat yang lebih toleran. Dalam menghadapi fenomena masyarakat non-Muslim yang ikut memborong takjil, penting bagi kita untuk menciptakan ruang yang terbuka dan penuh pengertian, serta menghindari sikap prasangka buruk atau diskriminatif.
ADVERTISEMENT
Selain itu, sebagai masyarakat Muslim, kita juga memiliki tanggung jawab untuk menjaga esensi Ramadan dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Ini termasuk menunjukkan kesederhanaan, berbagi dengan sesama, dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya spiritualitas dalam ibadah puasa. Dengan saling memahami dan menghargai, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih harmonis bagi semua pihak.
Saling menghormati satu dengan yang lain
Namun, bagi masyarakat non-Muslim yang ingin berpartisipasi dalam tradisi Ramadhan, penting juga untuk melakukannya dengan penuh kesadaran dan rasa hormat terhadap makna dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Ini bisa menjadi sebuah kesempatan untuk belajar lebih banyak tentang budaya Muslim, serta untuk berbagi pengalaman dan kebersamaan dengan sesama umat manusia.
Oleh karena itu, keterlibatan masyarakat non-Muslim dalam membeli takjil tidak hanya sebagai kejadian yang viral di TikTok saja, tetapi juga sebagai perwujudan dari semangat toleransi yang seharusnya menjadi karakteristik dari masyarakat yang beradab. Untuk menyambut bulan suci ini, mari kita manfaatkan kesempatan ini sebagai wadah untuk memperkuat hubungan antar umat beragama, saling menghargai, serta bersama-sama menerapkan nilai-nilai kesederhanaan dan toleransi.
ADVERTISEMENT