Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.7
26 Ramadhan 1446 HRabu, 26 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Strategi Feminin: Antara Survival dan Empowerment dalam Hubungan Transaksional
25 Maret 2025 8:40 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Nahdah Maritza tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Di era modern, banyak perempuan mulai menyadari pentingnya posisi tawar mereka dalam hubungan, baik personal maupun sosial. Fenomena femininity coaching yang mengajarkan perempuan bagaimana menggunakan daya tarik, kelembutan, dan strategi sosial untuk mendapatkan keuntungan semakin populer. Namun, pertanyaannya, apakah ini benar-benar bentuk empowerment, atau hanya strategi bertahan hidup (survival strategy) akibat ketidakadilan yang pernah mereka alami?
Untuk memahami hal ini, kita bisa merujuk pada Teori Pertukaran Sosial dari George C. Homans dan Peter Blau. Teori ini menyatakan bahwa,
ADVERTISEMENT
Artinya, setiap individu akan mempertahankan hubungan jika merasa mendapatkan manfaat yang setara dengan yang mereka berikan. Jika tidak, mereka akan mencari alternatif yang lebih menguntungkan. Dalam konteks ini, perempuan yang mengadopsi strategi feminin ekstrem bisa jadi bukan hanya sekadar bertahan hidup, tetapi juga membangun posisi yang lebih kuat dalam sistem sosial yang masih sering menguntungkan laki-laki.
Survival Strategy:Bertahan di Dunia yang Tidak Selalu Adil
Banyak perempuan yang mulai menerapkan strategi feminin sebagai bentuk perlindungan diri dan kompensasi atas ketidakadilan yang pernah mereka alami dalam hubungan. Misalnya:
-Memilih pasangan berdasarkan keuntungan finansial setelah mengalami hubungan yang merugikan secara emosional.
- Memanipulasi daya tarik feminin sebagai bentuk "balas rugi" atas eksploitasi yang pernah mereka alami.
- Mengontrol akses emosional dan fisik sebagai bentuk strategi untuk memastikan timbal balik yang lebih menguntungkan.
Dalam perspektif survival, ini adalah cara agar perempuan tetap memiliki kendali dan tidak menjadi korban dalam hubungan yang sering kali lebih menguntungkan laki-laki.
ADVERTISEMENT
Empowerment: Berdaya Tanpa Harus Bergantung
Di sisi lain, empowerment sejati bukan hanya soal mengambil keuntungan dari hubungan transaksional, tetapi juga memastikan bahwa perempuan tetap mandiri secara finansial, emosional, dan sosial. Ini berarti:
- Menetapkan standar tinggi dalam hubungan tanpa takut kehilangan pasangan.
- Mengembangkan skill dan kemandirian finansial, sehingga hubungan bukanlah satu-satunya sumber keamanan.
- Menggunakan strategi sosial dengan sadar, bukan sekadar reaksi dari luka masa lalu.
Dalam konteks empowerment, perempuan tetap bisa memanfaatkan strategi feminin, tetapi dengan kesadaran penuh bahwa mereka tetap bisa berdiri sendiri tanpa harus terjebak dalam siklus dependency.
Menggabungkan Keduanya: Strategi Feminin yang Cerdas
ADVERTISEMENT
Pendekatan terbaik bukanlah memilih antara survival strategy atau empowerment, tetapi menggabungkan keduanya dengan cerdas. Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencapai keseimbangan ini, seperti:
1. Gunakan daya tarik feminin sebagai alat, bukan sebagai identitas utama→ Menjadi menarik dan memahami psikologi sosial adalah keunggulan, tetapi bukan satu-satunya kekuatan yang harus dimiliki.
2. Pahami kapan harus bermain strategi, dan kapan harus jujur dalam hubungan→ Tidak semua hubungan harus dipandang sebagai transaksi; ada saatnya membangun koneksi yang tulus.
3. Jangan hanya fokus pada "mengambil kembali" apa yang hilang, tetapi bangun kehidupan yang lebih baik→ Fokus pada pertumbuhan diri, bukan hanya membalas rasa rugi.
Kesimpulan
ADVERTISEMENT
Dalam dunia yang masih sering menguntungkan laki-laki, perempuan memiliki hak untuk menggunakan strategi bertahan hidup. Namun, jika strategi tersebut dilakukan hanya sebagai reaksi terhadap luka masa lalu, maka mereka tetap terjebak dalam pola dependency. Empowerment sejati adalah saat perempuan sadar akan nilai diri mereka, mampu memanfaatkan strategi sosial, tetapi tetap memiliki kendali penuh atas hidupnya.
Dengan memahami hubungan transaksional melalui Teori Pertukaran Sosial, kita bisa melihat bahwa keseimbangan antara survival dan empowerment adalah kunci untuk membangun hubungan yang menguntungkan tanpa kehilangan jati diri.