Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Lakukan Survei di Desa Kertijayan: Tingkatkan Kesadaran Remaja Berbatik
9 Agustus 2024 14:09 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Najla Afiyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Desa Kertijayan, (9/08/2024) – Sebagai salah satu kota penghasil batik terbesar di Indonesia, Pekalongan dikenal memiliki berbagai kegiatan yang melibatkan anak muda dalam upaya pengembangan dan pelestarian batik. Keberlanjutan kegiatan-kegiatan ini sangat penting untuk menjaga kesadaran generasi muda terhadap warisan budaya yang telah diwariskan secara turun-temurun sejak zaman nenek moyang.
ADVERTISEMENT
Pentingnya menjaga kecintaan batik di kalangan remaja dapat diperkuat dengan mengingat kembali sejarah Pekalongan sebelum terkenal sebagai Kota Batik. Khususnya pada abad ke-19, ketika gaya batik Pekalongan dipengaruhi oleh batik Keraton Solo dan Yogyakarta. Seiring berjalannya waktu, batik Pekalongan berkembang dengan gaya yang lebih bebas dan cenderung "berani" dalam penggunaan warna, seperti kain batik dengan warna-warna terang. Kolonialisme Belanda serta kehadiran pedagang Tionghoa, Arab, dan Eropa juga turut mempengaruhi motif dan warna batik Pekalongan, sehingga mendorong lahirnya gaya batik yang semakin bervariasi. Kreativitas dan inovasi para pembatik inilah yang akhirnya menjadikan Pekalongan sebagai pusat industri batik yang tidak hanya memenuhi kebutuhan pasar lokal tetapi juga internasional. Hingga akhirnya, Pekalongan diakui sebagai Kota Batik.
ADVERTISEMENT
Dalam upaya memperkuat kesadaran generasi muda di Pekalongan terhadap batik, Najla Afiyah, seorang mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Diponegoro Tim II 2024, melakukan survei di Desa Kertijayan dengan tema “Pandangan dan Penggunaan Batik oleh Remaja.” Program ini dimulai dengan observasi terhadap keseharian remaja di Desa Kertijayan, terutama pada momen-momen mereka mengenakan batik dan seberapa sering mereka melakukannya.
Untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam, Najla merancang pertanyaan-pertanyaan seputar penggunaan batik di kalangan remaja Desa Kertijayan, yang diikuti dengan pertanyaan tentang pandangan pribadi mereka terhadap batik, seperti rasa bangga saat mengenakan batik dan pentingnya melestarikan batik.
Formulir survei ini kemudian dibagikan kepada beberapa remaja Desa Kertijayan yang berusia 12-24 tahun, yang terdiri dari pelajar SD, SMP, mahasiswa, hingga mereka yang sudah bekerja. Di akhir formulir, Najla juga mengajak remaja untuk membagikan foto mereka mengenakan batik melalui template Instagram Story yang telah dikreasikan.
Survei ini berhasil mengundang antusiasme para remaja untuk berpartisipasi. Setelah pembagian survei selama kurang lebih satu minggu, sebanyak 22 remaja telah ikut serta. Najla kemudian menganalisis hasil survei tersebut dan merangkumnya dalam sebuah buklet elektronik. Buklet ini memuat pendahuluan atau latar belakang survei, metode pelaksanaan survei, hasil survei, analisis, serta rekomendasi.
Buklet elektronik ini dibagikan kepada para remaja yang telah berpartisipasi dengan harapan dapat memberikan wawasan tentang pandangan dan penggunaan batik di kalangan remaja seusia mereka. Dengan demikian, diharapkan dapat membangun dan memperkuat rasa cinta mereka terhadap batik, khususnya yang berasal dari tanah kelahiran mereka, Desa Kertijayan, Pekalongan.
ADVERTISEMENT