Konten dari Pengguna

Pemilihan Stabilizer yang Tepat pada Nanoformulasi Ekstrak Tumbuhan

Nanda Marizky
Hi!! Currently, I am a master student in Food Science at IPB University. I want to share the content of science behind food. Hope you enjoy my content.
19 September 2024 16:19 WIB
·
waktu baca 3 menit
clock
Diperbarui 14 November 2024 17:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nanda Marizky tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Source: shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Source: shutterstock
ADVERTISEMENT
Tanaman obat telah lama digunakan secara luas untuk tujuan terapeutik, tetapi karena senyawa bioaktif dalam tanaman obat memiliki bioavailabilitas dan kelarutan dalam air yang rendah, maka efektivitas terapeutiknya dapat terhambat. Nanoformulasi dapat menjadi solusi alternatif untuk permasalahan tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Hussain et al. (2023) yang dipublikasikan pada jurnal ACS Omega 8 : 1088-1096, menunjukkan bahwa nanoformulasi yang dilakukan pada ekstrak tanaman kunyit (Curcuma longa L.) dapat meningkatkan potensi kelarutan dan aktivitas biologisnya, seperti antimikroba dan antioksidan. Pembuatan nanoformulasi dari ekstrak kunyit tersebut dibuat dengan teknik nanopresipitasi. Pada tahap pertama, disiapkan terlebih dahulu fase organik, yaitu dengan mencampurkan ekstrak kunyit yang telah dilarutkan dengan pelarut organik (etanol). Sementara itu, fase aqueous (anti-solvent) terdiri dari air destilasi yang dicampur dengan penstabil Selama proses, fase organik ditambahkan setetes demi tetes ke dalam fase aqueous. Karena kelarutan solvent dalam air lebih tinggi dibandingkan dengan kelarutan ekstrak kunyit dalam solvent, maka solvent (etanol) akan larut dalam air, sehingga partikel ekstrak kunyit akan menyebar. Energi untuk membuat nanopartikel pada penelitian ini berasal dari pengadukan. Namun, untuk menghasilkan nanoformulasi yang stabil, pemilihan penstabil pada metode nanoformulasi perlu dipertimbangkan berdasarkan kriteria sebagai berikut :
ADVERTISEMENT

Keamanan Pangan

Source: Shutterstock
Penelitian yang dilakukan oleh Hussain et al. (2023) menggunakan beberapa jenis penstabil dalam metode nanoformulasi ekstrak tanaman kunyit, yaitu HPMC (Hydroxypropyl Methylcellulose), PVA (Polyvinyl alcohol), SLS (Sodium Lauryl Sulfate), dan P.80 (Polysorbate 80). Dengan penstabil SLS, kemudian peneliti memperoleh rasio 1:1 bahan penstabil (0.25 g) terhadap ekstrak kunyit (0.25 g) merupakan formula yang paling optimal untuk menghasilkan nanosuspensi yang paling stabil. Namun, berdasarkan European Medicine Agency, penggunaan SLS untuk diaplikasikan pada pangan belum diizinkan di Uni Eropa, tetapi memiliki kegunaan fungsional dalam persiapan farmaseutikal seperti sebagai pengemulsi, modified-release agent, penetration enhancer, solubilising agent, dan tablet and capsule lubricant. SLS berasal dari turunan minyak kelapa dan sawit, yang umum digunakan sebagai bahan pembuat sabun. Sementara itu, berdasarkan United States Food and Drug Administration (FDA), SLS dapat digunakan sebagai bahan tambahan pangan pada minuman kering atau minuman jus yang diasamkan dengan asam fumarat, dengan jumlah maksimum 25 ppm pada produk akhir. Oleh karena itu, pemilihan penstabil untuk nanoformulasi tidak hanya melihat aspek stabilitas produk yang dihasilkan, namun perlu untuk memastikan keamanannya dengan cara mengacu pada regulasi pangan yang berlaku.
ADVERTISEMENT

Kestabilan Produk Nanoformulasi saat Penyimpanan

Source: iStock
Setelah memastikan penstabil yang digunakan dalam nanoformulasi aman digunakan dalam pangan, diperlukan analisis fisik untuk mengevaluasi stabilitas nanoformulasi yang dihasilkan. Parameter yang dapat digunakan untuk mengevaluasi stabilitas tersebut di antaranya ukuran droplet, polydispersity index (PDI), dan potensi zeta (ζ). Parameter tersebut perlu didasari oleh hasil data kuantitatif yang terukur agar dapat secara tepat menggolongkan produk stabil atau produk tidak stabil saat penyimpanan. Sementara jika hanya berdasarkan pengamatan visual, maka analisis bersifat subjektif.

Penulis

Kavadya Syska (Mahasiswa Pascasarjana IPB)
Ashri Mukti Benita (Mahasiswa Pascasarjana IPB)
Rima Hidayati (Mahasiswa Pascasarjana IPB)
Nadine Kurniadi (Mahasiswa Pascasarjana IPB)
Nanda Marizky (Mahasiswa Pascasarjana IPB)