Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Membiasakan Anak Jujur Sekarang, Cegah Korupsi di Masa Datang
7 Desember 2022 17:38 WIB
Tulisan dari Nasha UJ tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Banyak dari kita tentu sudah memahami betul apa itu korupsi dan bagaimana geramnya kita semua kepada pihak yang melakukan tindakan penyelewengan tersebut. Menyalahgunakan uang untuk dijadikan kepentingan pribadi. Bukan hanya mengakibatkan kerugian materiel namun juga perasaan tidak nyaman berupa ketidakpercayaan. Sebagai orang tua kita terus berharap agar jangan sampai anak-anak ini kelak juga melakukan tindakan korupsi.
ADVERTISEMENT
Dalam nilai integritas yang dirilis KPK untuk pencegahan korupsi, nilai utama yang disebutkan adalah kejujuran. Jujur dalam KBBI berarti tidak curang, lurus hati. Artinya jujur bukan sekadar tidak berbohong, namun lebih dari itu. Sikap jujur adalah saat seseorang mampu menyelaraskan ucapan juga tindakannya sesuai dengan kebenaran, hati nurani, dan nilai moral yang ia yakini. Kejujuran yang bermula dari diri sendiri.

Tindakan korupsi jelas bertentangan dengan kejujuran. Menyatakan sesuatu sesuai dengan yang seharusnya padahal ada banyak data yang ditutupi dan dipalsukan. Maka dari itulah, sikap jujur sering dikaitkan dengan budaya anti korupsi.
Perilaku Tidak Jujur Anak
Pada anak ada beberapa contoh tindakan yang bisa menjadi cikal tindakan korupsi nantinya, misalkan menyontek, tidak mengakui kesalahan, ataupun mengambil barang milik temannya.
ADVERTISEMENT
Hal-hal itu bisa dicegah juga bisa diatasi agar tidak menjadi kebiasaan tidak jujur pada anak. Pada anak yang menyontek misalkan, seringkali anak terlalu ditekan untuk memberi hasil terbaik dalam pelajaran sekolah, sehingga ia menggunakan segala cara termasuk menyontek saat ujian.
Pada beberapa kasus sebenarnya anak memilih untuk tidak jujur karena tidak mau menghadapi akibat dari tindakannya. Misalkan ia takut mengecewakan orang tua, ia tidak ingin dimarahi atas kesalahannya, atau justru untuk mendapatkan apa yang ia inginkan.
Dalam hal ini, kita perlu menekankan pada diri sendiri lalu sampaikan pada anak bahwa kejujuran lebih utama daripada hasil yang memuaskan. Dukung anak dalam proses belajarnya, dampingi ia memperbaiki kesalahannya, dan bertanggung jawab pada apapun hasilnya. Bangun keterbukaan dan rasa saling percaya dalam keluarga agar anak nyaman menyampaikan apa yang perlu ia sampaikan. Sikap jujur inilah yang perlu kita tanamkan sejak dini.
ADVERTISEMENT
Membiasakan Sikap Jujur pada Anak
Salah satu istilah paling terkenal dalam pendidikan anak adalah "children see children do" yang bisa diartikan secara sederhana, anak akan melakukan apa yang ia lihat. Jika anak melihat orang tua yang jujur maka anak akan terbiasa dengan kejujuran tersebut. Begitu juga sebaliknya.
Ini mungkin memang hal yang kita pahami, namun sering kai tanpa kita sadari dalam penerapan sehari-hari kita masih kerap kali abai. Menganggap anak masih terlalu belia untuk mengerti, sehingga kebohongan kecil yang katanya demi kebaikan dianggap tidak masalah. Menutupi kebenaran agar anak tidak kecewa, agak anak tidak menangis tantrum.
Dalam situasi tertentu jujur memang menimbulkan risiko yang kita tidak inginkan sehingga berbohong dirasa lebih aman. Namun, perkara-perkara kecil itulah yang akan menumpuk jadi kebiasaan. Lagipula, kita juga mengajarkan anak agar kuat menghadapi risiko, kan? Jika kita terbiasa memilih jalan aman, apakah tidak apa jika anak melakukan hal serupa dimasa yang akan datang? Menjawab pertanyaan kita dengan tidak jujur hanya karena memilih jalan aman agar kita tidak kecewa atau agar kita tidak mengomeli mereka misalkan.
ADVERTISEMENT
Maka mulai sekarang, lakukan kejujuran dengan benar. Bangun kepercayaan dengan kejujuran dan saling terbuka. Contohkan bagaimana kejujuran kita mulai, bagaimana keberanian kita menghadapi akibatnya, dan bagaimana kita bertanggung jawab atas segala risikonya.
Dengan menekankan pentingnya kejujuran maka selaku orang tua kita perlu berulang kali mengungkapkannya. Menjadi contoh dan mengomunikasikan secara terus menerus pada anak. Ajari anak untuk mengatakan yang sebenarnya. Beri tahu ia bahwa berbohong adalah tindakan salah dan tidak baik.
Namun perlu kita pahami terkadang anak kesulitan berkata jujur karena mereka menggunakan imajinasi saat bercerita. Maka pelan-pelan kita bisa mengarahkan imajinasinya agar ia bisa membedakan cerita itu kenyataan atau hanya dalam pikirannya saja.
Ada kalanya kejujuran yang disampaikan anak tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Tidak apa, karena memang hidup tidak selalu berjalan sesuai dengan yang kita mau. Hargai keberanian anak untuk berkata jujur.
ADVERTISEMENT
Sebaliknya, jika anak berbohong untuk mendapatkan keinginannya atau untuk menghindari masalah, maka kita bisa menasihati mereka dengan cara halus sampai anak mengerti. Katakan bahwa kita tahu kebenarannya dan akan sangat menghargai jika anak mengakui perbuatannya tersebut. Hindari hukuman dan marah berlebihan, agar anak tidak semakin takut untuk terbuka. Sampaikan juga bahwa apapun yang terjadi kasih sayang kita tidak akan berubah.