Sehatnya Orang Dulu Meski Tanpa Pola Hidup Sehat Seperti Sekarang

Nasha UJ
Lulusan MSDM. Mantan Kreatif. Memproses Sustainable Motherhood // @salamnasha
Konten dari Pengguna
10 Februari 2023 7:50 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nasha UJ tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar oleh T Leish di Pexels
zoom-in-whitePerbesar
Gambar oleh T Leish di Pexels
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dalam berbagai obrolan atau celetukan saat mengetahui perihal gaya hidup sehat masa kini, mungkin mudah sekali kita mendapat kalimat seperti, "Loh, orang dulu kayak gitu sehat-sehat aja kok!" atau "Ih, dulu gak perlu kaya gini aman-aman aja tuh!"
ADVERTISEMENT
Biasanya sanggahan ini dilontarkan saat kita menjelaskan ilmu baru, menerapkan cara yang berbeda dari sebelumnya. Misalkan tentang MPASI. Mulai dari batasan penggunaan gula dan garam, di mana dulu hanya sesuai firasat saja. Atau perkara mulai memberi makanan pada bayi yang kini jelas saat anak berusia enam bulan yang langsung menu lengkap dalam tekstur lunak, bukan hanya pisang misalkan.
Berbeda lagi untuk orang dewasa. Ada banyak sekali pola makan yang bisa dipraktikkan, perlu perhitungan kalori, memperhatikan kandungan nutrisi, sampai cari tahu asal bahan makanannya. Jenis rekomendasi olahraga juga sangat beragam, jauh jumlahnya dengan masa dulu.
Kira-kira kenapa bisa begitu?
llustrasi penduduk Okinawa di Jepang Foto: Shutter Stock

Kualitas Lingkungan yang Menurun

Hanya dalam satu dekade, ada banyak perubahan pada lingkungan yang kita tempati. Populasi manusia pada 2010 adalah 6.97miliar manusia, meningkat terus hingga pada November 2022 lalu menembus angka 8 miliar manusia.
ADVERTISEMENT
Aktivitas dari semakin banyaknya manusia itu akan mempengaruhi apa yang ada di Bumi. Sebut saja kualitas udara, air, dan makanan berubah. Aktivitas-aktivitas manusia yang masih jauh dari kata ramah bumi ini meningkatkan zat berbahaya yang menurunkan kualitas lingkungan yang kita huni.
Banyaknya zat berbahaya tersebut di air, udara, dan tanah di sekeliling kita, tubuh menjadi lebih mudah terpapar. Polutan pun terus berkembang pesat dalam lingkungan yang tidak bersih dan bertambah banyak seiring dengan penumpukan sampah dan limbah dari kegiatan makhluk di sekitarnya.
Dengan rendahnya kualitas lingkungan saat ini—jika masih menggunakan perlindungan yang sama untuk tubuh—jelas kita yang hidup di masa ini akan lebih mudah terserang penyakit.

Pola Hidup yang Berbeda

Hidup sekarang jauh lebih mudah dengan segala fasilitas yang ada. Infrastruktur dan teknologi masa lalu tidak semasif sekarang. Kini, untuk urusan perut saja ada banyak sekali pilihan. Mulai dari pilihan banyaknya menu makanan yang ditawarkan dan bisa kita dapatkan hanya dengan gerakan jari.
ADVERTISEMENT
Kabar buruknya, kita terbiasa dengan kemudahan yang tidak menggerakkan tubuh. Transportasi dengan mesin yang kita gunakan sekarang pun, membuat kaki kita tidak seaktif para tetua yang perlu banyak sekali gerakan kaki untuk sampai di suatu tempat. Padahal tubuh kita memang diciptakan untuk bergerak.
Disisi lain, jenis pekerjaan dulu dengan sekarang pun jauh berbeda. Pekerjaan dulu lebih banyak menggunakan fisik, mereka bekerja langsung di alam dengan oksigen yang berasal dari pohon di sekelilingnya.
Berbeda dengan kita yang mayoritas bekerja di ruang tertutup dengan oksigen berputar-putar dalam ruangan setidaknya delapan jam ke belakang. Aktivitas mereka sudah cukup untuk kebutuhan gerak tubuh, tanpa perlu self care atau kelas olahraga tertentu.

Pengolahan Makanan

Gambar oleh Jane Doan di Pexels
Pengolahan makanan saat dulu dilakukan dengan bahan makanan yang didapat hari ini atau kemarin diolah untuk dimakan hari ini. Berbeda dengan sekarang. Pengolahan makanan saat ini sudah menggunakan teknologi mutakhir sehingga makanan yang kita makan hari ini bisa jadi adalah olahan dari tahun lalu. Bisa kita makan? Tentu bisa. Tapi, apakah sama?
ADVERTISEMENT
Lagi-lagi kemudahan akses dan meningkatnya konsumerisme menyebabkan kita bisa melakukan pembelian atas apa saja. Makanan olahan dari waktu-waktu lalu, makanan yang datang dari belahan dunia lain, juga berbagai makanan yang sekadar ingin kita coba makan atau disebut cemilan. Makan bukan lagi perkara kebutuhan lapar untuk mengisi tenaga, tapi ada di level yang berbeda, sebagai pengalaman salah satunya.
Pola makan sekarang jadi terlihat berbelit mungkin karena makin banyak yang kembali teringat bahwa makan, sejatinya adalah untuk mengisi nutrisi tubuh, namun tidak ingin kembali ke masa silam yang dianggap merepotkan.
Jadinya banyak ilmu yang juga berkembang untuk mendapatkan nutrisi lengkap sekaligus kemudahan praktiknya. Ditambah pula dengan isu lingkungan, yang menjadi pertimbangan tambahan apa yang baik kita konsumsi untuk diri dan baik juga untuk bumi.
ADVERTISEMENT

Tingkat Stres yang Tinggi

Padatnya manusia, banyaknya aktivitas tambahan membuat banyak waktu kita sudah terpakai untuk berbagai keperluan. Transportasi sudah jauh lebih maju, sayangnya masih banyak orang menghabiskan berjam-jam di jalan.
Berdesak-desakan atau terburu-buru di perjalanan dapat meningkatkan stres. Dalam artikel halodoc ini dijelaskan bahwa ada berbagai reaksi kimia di otak yang dipicu oleh kemacetan, sehingga kemacetan memang berbanding lurus dengan tingkat stress.
Selain soal perjalanan, maraknya sosial media juga menjadi pemicu lainnya. Akses yang sangat mudah untuk kita membandingkan hidup dengan orang lain. Secara tidak langsung, kita memberi beban tambahan yang menekan diri kita sendiri.
Di samping itu, kemudahan komunikasi juga membuat batasan peran yang kita jalani semakin kabur. Dulu, pegawai hanya bekerja di kantor pada jam kerja. Di masa ini, atasan bisa dengan mudah menjangkau bawahan, klien bisa tiba-tiba minta revisi di malam hari.
ADVERTISEMENT
Aktifnya grup pekerjaan dan kirim pesan yang sangat instan membuat pikiran kita terus dalam mode kerja meski di jam istirahat. Waktu di mana harusnya tubuh bisa beristirahat tapi tetap dipakai bekerja begini, menjadi pemicu stress yang tidak sehat.

Perkembangan Ilmu Pengetahuan

Terakhir, jumlah sekolah dan lembaga penelitian terus bertambah. Ada semakin banyak ketidaktahuan di masa lalu yang sudah bisa diketahui jawabannya kini. Penelitian terus dilakukan sehingga melahirkan banyak temuan. Ilmu-ilmu itu melahirkan banyak cabang keilmuan lain dengan ahli-ahli yang mempelajari dengan semakin rinci.
Jika bicara penyakit, bisa jadi penyakitnya sudah ada sejak dahulu, namun baru diketahui belakangan karena perkembangan ilmu pengetahuan. Nama penyakit yang jarang, terdengar sulit, ini dianggap adalah kondisi yang hanya terjadi pada saat ini. Padahal, mungkin saja itu karena baru diketahuinya jenis penyakit tersebut.
ADVERTISEMENT
Berbagai temuan juga menambah batasan-batasan kita pada hal tertentu. Misalkan adanya senyawa yang baru diketahui sekarang ternyata kurang cocok pada tingkatan usia tertentu, atau memiliki batas wajar konsumsi. Atau senyawa yang jika digabung dengan zat lain akan memiliki efek tidak baik untuk jangka panjang.
Tidak lupa, semua hal saat ini lebih mudah didata. Fasilitas kesehatan sudah jauh bertambah dari waktu ke waktu, laporannya bisa langsung di-update hingga ke pusat saat ini juga. Wajar, jika semua hasil itu terlihat dan bisa kita akses sehingga kita juga lebih banyak tahu.