Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.8
29 Ramadhan 1446 HSabtu, 29 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Manajemen Risiko di Gua Pindul: Nyawa Bisa Terancam Kalau Abaikan Ini!
26 Maret 2025 12:27 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Nashwa Aulia ika tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Pernah kepikiran kalau liburan bisa berubah jadi bencana dalam hitungan detik? Gua Pindul di Gunungkidul, Yogyakarta, memang dikenal sebagai salah satu destinasi wisata alam yang paling hits. Mulai dari susur gua dengan ban dalam, caving di lorong-lorong gelap, hingga river tubing menyusuri Sungai Oyo. Semuanya hal tersebut terdengar seru dan instagramable. Tapi tunggu dulu, di balik keindahan dan sensasinya, ada risiko yang nyata. Tenggelam, terseret banjir, kram otot, hingga digigit ular bisa terjadi kapan saja jika sistem keselamatan tidak berjalan dengan baik. Dan itu bukan asumsi. Penelitian membuktikan, manajemen risiko yang lemah bisa menjadi celah kematian.
ADVERTISEMENT
Risiko Tak Terlihat yang Mengancam Nyawa
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Saptadi, Arianto, dan Habibi (2021), ditemukan sedikitnya sepuluh jenis potensi bahaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) serta empat belas bentuk risiko yang tersebar di berbagai area wisata Gua Pindul. Beberapa di antaranya tergolong risiko dengan tingkat sangat tinggi (extreme), seperti risiko tenggelam, terseret arus banjir, hingga tergigitan hewan liar. Kondisi ini diperparah dengan medan wisata yang cukup menantang dan memerlukan kondisi fisik yang prima. Aktivitas seperti menyusuri aliran air dingin, berjalan kaki dalam jarak cukup jauh, menaiki bebatuan curam, hingga merangkak di lorong gua yang sempit dan gelap tentu tidak cocok untuk semua orang, khususnya bagi wisatawan yang memiliki riwayat penyakit jantung atau asma.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, tidak semua wisatawan menyadari atau siap menghadapi tantangan tersebut. Tanpa pemeriksaan kesehatan sebelumnya atau briefing keselamatan yang memadai, partisipasi dalam aktivitas ekstrem seperti ini bisa berisiko tinggi. Bukan hanya luka ringan yang mengintai, tetapi juga ancaman serius terhadap keselamatan jiwa. Apalagi, perubahan cuaca yang terjadi secara tiba-tiba seperti hujan deras yang dapat memicu banjir mendadak, menjadikan jalur wisata yang semula aman berubah menjadi area berbahaya dalam waktu sangat singkat.
Konsep dan Pendekatan Manajemen Risiko yang Digunakan
Dalam upaya menjaga keselamatan pengunjung Gua Pindul, Gunungkidul, penelitian yang dilakukan oleh Saptadi, Arianto, dan Habibi (2021) mengadopsi pendekatan manajemen risiko berbasis HIRARC (Hazard Identification, Risk Assessment, and Risk Control). Pendekatan ini merupakan bagian dari standar internasional AS/NZS 4360:2004, yang banyak digunakan di sektor industri maupun pariwisata. HIRARC terdiri dari tiga tahap utama yaitu :
ADVERTISEMENT
Pendekatan ini diaplikasikan lewat observasi langsung dan wawancara dengan pihak pengelola (Pokdarwis Dewa Bejo), tim SAR, pemandu wisata, serta wisatawan. Misalnya, salah satu risiko yang teridentifikasi adalah bahaya dari katup angin ban pelampung yang terbuka. Ini berisiko melukai tubuh wisatawan dan dikategorikan sebagai risiko tinggi (high). Solusi pengendaliannya sederhana tapi krusial seperti menutup katup dan memastikan arahnya menghadap bawah saat digunakan.
Strategi Manajemen Risiko: Dari Teori ke Lapangan
ADVERTISEMENT
Pengelola wisata telah menerapkan berbagai strategi untuk menekan potensi kecelakaan. Beberapa di antaranya termasuk briefing keselamatan atau safety induction sebelum aktivitas dimulai, penyediaan jaket pelampung, serta penghentian semua kegiatan wisata saat cuaca ekstrem. Ada juga pembatasan jumlah wisatawan dalam satu rombongan, khususnya di area sempit seperti Gua Gelatik, serta pemasangan handrail pada tangga curam di titik akhir jalur wisata.
Namun, meskipun strategi ini sudah berjalan, hasil penelitian menyimpulkan bahwa pengendalian risiko belum dilakukan secara optimal. Misalnya, belum semua wisatawan dicek kondisi kesehatannya sebelum mengikuti aktivitas. Masih ditemukan alat pelindung yang rusak tapi tetap digunakan. Rambu peringatan tidak tersedia di semua titik rawan, dan belum ada petugas medis yang siaga penuh di lokasi wisata. Ini artinya, sistem yang ada belum berjalan secara menyeluruh dan masih bersifat reaktif ketimbang preventif.
ADVERTISEMENT
Peneliti juga merekomendasikan beberapa strategi tambahan, seperti: simulasi evakuasi bencana secara rutin, pelatihan CPR bagi seluruh pemandu, penyediaan klinik mini di area wisata, serta peningkatan jumlah dan kualitas alat pelindung diri (APD) seperti helm, sepatu anti selip, dan body protector.
Kenapa Keselamatan Harus Jadi Prioritas Utama?
Keselamatan wisatawan bukan hanya soal menghindari kecelakaan, tapi juga menyangkut citra jangka panjang dari destinasi wisata itu sendiri. Sekali saja terjadi insiden serius, reputasi Gua Pindul bisa langsung hancur, apalagi di era media sosial saat ini di mana kabar buruk menyebar dengan cepat. Pengunjung masa kini juga lebih sadar risiko. Mereka akan mengecek ulasan dan informasi keamanan sebelum memutuskan datang. Artinya, investasi dalam keselamatan adalah investasi dalam kepercayaan dan keberlanjutan.
ADVERTISEMENT
Menurut Andini, Kurniawan, dan Wahyuni (2019), keselamatan adalah hak wisatawan dan merupakan tanggung jawab mutlak pihak pengelola wisata. Tidak ada kompromi soal ini. Apalagi, ketika bahaya-bahaya seperti tenggelam, serangan jantung, atau terseret arus telah teridentifikasi dengan jelas. Menutup mata hanya akan membuka peluang terjadinya bencana.
Kesimpulan
Gua Pindul memang menawarkan pengalaman wisata yang luar biasa. Tapi tanpa manajemen risiko yang solid, pesonanya bisa berubah jadi tragedi. Dengan pendekatan HIRARC yang sistematis dan strategi manajemen yang berkelanjutan, semua potensi bahaya bisa dikendalikan. Kuncinya adalah komitmen. Komitmen dari pengelola untuk tidak hanya fokus pada promosi dan pemasaran, tapi juga pada aspek keselamatan yang menyeluruh. Liburan yang aman dan menyenangkan bukanlah hal yang mustahil, tapi hasil dari manajemen yang cerdas dan bertanggung jawab.
ADVERTISEMENT
Referensi
Saptadi, J. D., Arianto, M. E., & Habibi, A. N. (2021). Manajemen Risiko K3 di Wisata Gua Pindul, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Formil KesMas Respati, 6(2), 154–162.
Andini, D. C., Kurniawan, B., & Wahyuni, I. (2019). Analisis Komitmen Manajemen Terhadap Pemenuhan Hak Keamanan dan Keselamatan Pengunjung di Wisata Tubing Goa Pindul. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 7(4), 287–293.
Standards Australia/Standards New Zealand. (2004). AS/NZS 4360:2004 Risk Management. Sydney: SAI Global.