Konten dari Pengguna

Menjadi Kpopers Kesenangan atau Gaya Hidup

Nasywa Nabilah Faisa Hakim
Mahasiswa Hubungan Internasional, Universitas Airlangga
5 Juni 2022 14:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nasywa Nabilah Faisa Hakim tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Bentuk-bentuk Korean wave. Sumber: Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Bentuk-bentuk Korean wave. Sumber: Unsplash
ADVERTISEMENT
Korean wave atau gelombang Korea merupakan istilah untuk budaya pop Korea Selatan yang masuk secara mengglobal di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri Korean wave atau Hallyu sudah masuk sejak 2002 dengan adanya drama Endless Love yang ditayangkan di televisi dan menjadi awal penyebaran Korean wave. Di dalam Korean wave ada drama Korea, musik Korea, makanan Korea, kebudayaan Korea, dan lainnya. Tetapi, semakin kesini sebutan Korean wave menjadi digeneralisasi menjadi K-Pop. Dewasa ini semakin marak ditemui fenomena K-Pop di sekitar kita.
ADVERTISEMENT
Hampir di semua kalangan, dari anak-anak hingga orang dewasa banyak yang menggemari K-Pop. K-Pop sendiri mulanya adalah aliran musik dari Korea Selatan, tetapi sekarang dianggap sebagai semua hal yang berbau Korea. Sebutan untuk seseorang yang menggemari segala sesuatu tentang K-Pop adalah Kpopers. Kpopers identik dengan penggemar yang mau mengeluarkan usaha lebih demi idolanya. Mereka akan membela idolnya dalam sosial media dengan sekuat tenaga.
Banyak oknum Kpopers cenderung tidak bisa membedakan kehidupan real lifenya dengan sosial medianya. Terkadang mereka berperilaku secara berlebihan dan mencampur dengan urusan pribadinya. Biasanya para Kpopers juga akan mengeluarkan uang untuk membeli merchandise yang berhubungan dengan idolanya, bahkan mereka akan membeli puluhan atau ratusan merchandise demi memenangkan undian untuk bertemu idolanya. Tetapi, banyak kasus negatif yang menyangkut tentang Kpopers dan merchandise ini. Misalnya seperti, tumpukan merchandise yang menjadi sampah, harga merchandise yang tidak masuk akal, penipuan merchandise, hingga banyak konflik terjadi karena hal ini.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya, sejak dahulu menjadi Kpopers merupakan kegiatan sampingan untuk mengisi waktu luang. Banyak orang yang menjadikan Kpopers sebagai pelarian dari masalah dalam kehidupan pribadinya. Tetapi semakin kesini Kpopers menjadi sebuah validasi dalam kehidupan sosial. Banyak orang menjadi Kpopers agar hanya untuk bisa berbaur dengan societynya dan mendapatkan pengakuan. Istilah zaman sekarang, menjadi Kpopers adalah cara untuk menghindari fomo (fear of missing out). Orang-orang yang menjadikan Kpopers sebagai validasi cenderung akan berperilaku berlebihan.
Contohnya seperti kasus yang baru-baru ini marak di Twitter, seorang perempuan membela idolanya hingga membawa beberapa instansi dan melakukan doxing terhadap Kpopers lain. Selain berlebihan dalam membela idolnya, ada juga Kpopers yang mencuri uang orang tuanya atau memaksa orang tuanya untuk membelikan merchandise seharga ratusan ribu bahkan hingga jutaan dengan alasan untuk diperlihatkan kepada teman-temannya. Dari hal-hal ini, banyak orang menganggap bahwa menjadi Kpopers bukan hanya untuk kesenangan semata. Menjadi Kpopes di masa sekarang telah menghilangkan perasaan excited mendukung idolanya, tetapi dipenuhi ambisi untuk menjadi “Si Paling Kpopers”.
ADVERTISEMENT
Menjadi Kpopers telah menjadi stigma buruk di masyarakat dan menjadikan banyak kerugian bagi Kpopers sendiri. Pertama, dengan maraknya ajang ‘pamer’ koleksi merchandise dengan harga selangit menjadikan Kpopers dipandang sebagai penggemar yang menghamburkan uang untuk hal sepele dan dampak buruknya banyak pencurian merchandise oleh orang tidak bertanggung jawab karena mengetahui harganya yang selangit tersebut. Kedua, Kpopers dianggap sebagai kumpulan penggemar toxic karena sering berlebihan di media sosial. Dan yang terakhir Kpopers sering dianggap sebagai seseorang yang egois karena mereka cenderung hanya menceritakan idola mereka dan menganggap idola mereka lah yang terbaik. Padahal tidak semua Kpopers seperti itu tetapi masyarakat menggenaralisasi karena banyaknya oknum.
Menjadi Kpopers merupakan sebuah kesenangan semata. Kita harus tetap tahu dan bisa membedakan dunia nyata dan media sosial untuk tidak terlalu berlebihan. Menjadi Kpopers adalah perasaan tulus dari hati untuk mendukung idola yang kita sukai, tetapi jika menjadikannya sebagai kompetisi maka itu bukanlah perasaan tulus melainkan perasaan gengsi. Kita cukup menjadi penggemar yang berusaha semampu kita dengan hati tulus. Kesukaan tiap orang juga berbeda-beda, tidak perlu menjadi Kpopers untuk menjadi bagian dari society, nantinya kita akan menemukan society yang sesuai dengan apa yang kita suka.
ADVERTISEMENT