Konten dari Pengguna

Kesenian Jaran Jenggo: Tradisi dan Makna

Naufal Abrori
Mahasiswa Pendidikan Biologi UMSurabaya
12 November 2024 15:24 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Naufal Abrori tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Potret Diambil Sendiri
zoom-in-whitePerbesar
Potret Diambil Sendiri
ADVERTISEMENT
Jaran Jenggo merupakan salah satu warisan budaya tak benda Indonesia yang ada di Kabupaten Lamongan, khususnya pada Kecamatan Solokuro. Kesenian ini dikenal dengan pertunjukan tarian yang melibatkan penari berkuda, yang biasanya ditampilkan dalam berbagai acara adat dan perayaan. Jaran Jenggo bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga menyimpan nilai budaya dan simbolisme yang dalam.
ADVERTISEMENT
Jaran Jenggo memiliki akar sejarah yang kuat, diperkirakan berasal dari tradisi masyarakat Jawa yang mengaitkan kesenian ini dengan ritual dan upacara. Nama "Jaran" berarti kuda, dan "Jenggo" merujuk pada cara penampilan yang energik dan dinamis. Awalnya, kesenian ini digunakan dalam berbagai upacara keagamaan, namun seiring waktu, ia berkembang menjadi bentuk hiburan yang populer di kalangan masyarakat.
Pertunjukan Jaran Jenggo biasanya melibatkan beberapa elemen kunci:
Penari dan Kuda: Penari biasanya menggunakan kostum yang berwarna-warni, menggambarkan karakter tertentu. Kuda, baik yang asli maupun tiruan, menjadi simbol penting dalam pertunjukan ini.
Musik Tradisional: Pertunjukan ini diiringi dengan alat musik tradisional seperti gamelan, yang memberikan nuansa khas dan mendukung ritme tarian.
Gerakan Tarian: Tarian Jaran Jenggo sangat dinamis, dengan gerakan yang menggambarkan interaksi antara penari dan kuda. Penari menunjukkan keterampilan dan kekuatan fisik yang mengesankan.
ADVERTISEMENT
Kesenian Jaran Jenggo bukan hanya untuk hiburan, tetapi juga mengandung makna yang dalam. Kuda dianggap sebagai simbol keberanian dan kekuatan, serta sebagai penghubung antara manusia dan alam. Pertunjukan ini sering kali menggambarkan nilai-nilai tradisional seperti kerjasama, persahabatan, dan penghormatan terhadap leluhur.
Seiring dengan perkembangan zaman, Jaran Jenggo menghadapi tantangan dalam pelestariannya. Masyarakat dan pemerintah setempat berupaya menjaga keberadaan kesenian ini melalui festival, workshop, dan pertunjukan reguler. Selain itu, generasi muda diajak untuk belajar dan berpartisipasi dalam kesenian ini, sehingga tradisi ini dapat tetap hidup dan relevan.