Konten dari Pengguna

Menjadi Data Scientist di Era AI: Profesi yang Berpeluang, Bukan Terancam

Naufal Fadli Muzakki
Mahasiswa D-IV Komputasi Statistik di Politeknik Statistika STIS, Jakarta
8 Januari 2025 12:01 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Naufal Fadli Muzakki tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Profesi data scientist (Ilustrasi oleh canva.com)
zoom-in-whitePerbesar
Profesi data scientist (Ilustrasi oleh canva.com)
ADVERTISEMENT
Dunia kerja sedang mengalami pergeseran besar-besaran. Industri global kini memasuki era kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI), dimana otomatisasi dan teknologi canggih menjadi penggerak utama produktivitas. Namun, kemajuan ini tidak datang tanpa tantangan. Banyak pekerjaan tradisional mulai tergantikan oleh AI, menciptakan ketidakpastian bagi angkatan kerja. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik per Agustus 2024, tingkat pengangguran terbuka (TPT) Indonesia mencapai 4,91%, naik 4,40 juta orang dibanding Agustus 2023 (BPS, 2024). Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan teknologi dan otomatisasi perlu diimbangi dengan upaya peningkatan keterampilan tenaga kerja agar dapat beradaptasi dengan kebutuhan industri yang terus berubah.
ADVERTISEMENT
Selain itu, jika mencermati lebih dalam data dari BPS tersebut, sektor informasi dan komunikasi menempati posisi ketiga sebagai lapangan usaha dengan rata-rata penghasilan tertinggi di Indonesia, yaitu sebesar 4,98 juta rupiah per bulan, dibawah sektor pertambangan dan keuangan (BPS, 2024). Angka ini mencerminkan besarnya potensi industri berbasis teknologi dalam memberikan peluang karir yang menggiurkan.
Melihat kondisi tersebut, tenaga kerja di sektor informasi dan komunikasi tidak hanya mampu bertahan, tetapi juga tumbuh menjadi salah satu sektor yang paling potensial. Salah satu pekerjaan di sektor tersebut yang sedang naik daun ialah “Data Scientist”. World Economic Forum (2021) menyebutkan bahwa profesi data scientist menjadi salah satu dari 10 pekerjaan yang paling menjanjikan untuk tahun 2030 keatas dengan pertumbuhan tercepat secara global, yaitu mencapai 42% pada kuartal pertama tahun 2021. Kehadiran teknologi AI dalam profesi data scientist menimbulkan pertanyaan: apakah profesi ini akan tergantikan? Dengan semakin kompleksnya teknologi dan kebutuhan akan pengetahuan berbasis data, profesi ini berada di persimpangan antara tantangan dan peluang.
ADVERTISEMENT

Siapa itu Data Scientist?

Menurut Ginanjar (2023), data science merupakan disiplin ilmu yang mengaplikasikan berbagai teknik matematika dan algoritma untuk menyelesaikan permasalah bisnis suatu organisasi atau perusahaan. Sebutan untuk praktisi yang berkecimpung dalam data science adalah data scientist. Data scientist berada dibalik kendali teknologi pengolahan data yang bertugas menganalisis berbagai macam data dalam jumlah besar (big data). Oleh karena itu, kemampuan analisis data merupakan kunci dari pekerjaan ini, yaitu kemampuan menggabungkan data dari berbagai sumber, memastikan konsistensi dataset (data preparation), menentukan faktor atau algoritma yang berpengaruh pada hasil prediksi (data exploration), kemampuan pembuatan infografis untuk memudahkan memahami data (data visualisation), serta keterampilan menggali informasi yang relevan untuk analisis data dengan memanfaatkan metode statistik.
Bidang ilmu dalam data science (gambar oleh Conway, 2010)
Conway (2010) membuat diagram venn yang menggambarkan keahlian atau bidang ilmu yang perlu dimiliki untuk belajar data science. Terlihat dari diagram venn tersebut bahwa data science memerlukan tiga keahlian utama, hacking skills atau keahlian pemrograman, matematika dan statistika, dan keahlian substantif. Pada praktiknya, data scientist bekerja dengan melakukan uji coba pada data yang telah dikumpulkan untuk memprediksi dan mengidentifikasi kejadian yang akan datang sehingga dapat memberikan pilihan solusi terbaik dalam suatu permasalahan.
ADVERTISEMENT

Kebutuhan Industri akan Data Scientist yang Terus Berkembang

Di Indonesia, banyak sekali perusahaan yang mulai gencar mencari individu berbakat di bidang digital yang memiliki keahlian dalam data, seperti data scientist. Perkembangan era digital membuat data menjadi aset yang sangat berharga bagi perusahaan. Peningkatan jumlah data setiap harinya, membuat perusahaan membutuhkan ahli data yang dapat menganalisis informasi tersebut untuk memberikan dasar bagi pengambilan keputusan yang tepat. Mengingat pentingnya data dalam pengambilan keputusan yang berbasis bukti, permintaan terhadap data scientist terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Kemampuan untuk mengolah data menggunakan metode statistik, algoritma machine learning, serta keterampilan dalam menyajikan hasil analisis secara jelas dan mudah dipahami semakin menjadi kompetensi yang banyak dicari oleh perusahaan yang ingin tetap unggul di pasar yang semakin bergantung pada data.
ADVERTISEMENT
Mengutip dari “LinkedIn Jobs on the Rise 2023”, profesi data scientist berada di jajaran pekerjaan dengan pertumbuhan tercepat secara global, termasuk di kawasan Asia Tenggara (LinkedIn, 2023). Di Indonesia, peningkatan kebutuhan terhadap profesi ini terjadi seiring dengan maraknya transformasi digital di berbagai sektor, seperti keuangan, e-commerce, kesehatan, dan transportasi. Perusahaan-perusahaan kini menyadari bahwa untuk tetap kompetitif, mereka harus memanfaatkan data secara maksimal. Kemampuan seorang data scientist untuk menganalisa sebuah data menjadi pengetahuan menjadikannya salah satu profesi paling dicari di pasar kerja.

AI Tidak Menggantikan Data Scientist, Tapi Membuka Peluang Baru

Kehadiran AI seringkali dipandang sebagai ancaman bagi berbagai profesi, termasuk data scientist. Namun, kenyataannya, teknologi ini tidak akan berjalan tanpa keterlibatan manusia. AI sebenarnya tidak menggantikan peran data scientist, melainkan membantu mereka meringankan tugas-tugas repetitif yang memakan waktu, seperti membersihkan data atau melakukan analisis statistik dasar. Teknologi AI dan machine learning memungkinkan otomasi tahap awal dalam analisis data, seperti pengolahan data mentah, pengenalan pola, atau visualisasi awal. Dengan otomasi ini, data scientist memiliki lebih banyak waktu untuk fokus pada tugas-tugas strategis dan inovatif yang membutuhkan pemikiran kritis dan kreativitas manusia, seperti merancang model prediktif atau mengembangkan solusi berbasis data untuk masalah yang kompleks (Wang et al., 2019).
ADVERTISEMENT
Menurut Patil (2024), AI juga memiliki keterbatasan dalam memahami konteks sosial, budaya, dan etika yang sering kali hanya bisa ditangani oleh manusia. Peran data scientist menjadi kunci dalam menjembatani teknologi ini dengan kebutuhan bisnis dan manusia. Hal ini menunjukkan bahwa AI bukanlah ancaman, melainkan alat yang dapat memperluas kemampuan data scientist dalam memberikan dampak yang lebih besar di berbagai industri.

Kesimpulan

Profesi data scientist tidak hanya bertahan di era AI, tetapi justru semakin berkembang dan mengambil peran krusial dalam industri modern. Dengan keterampilan analisis data dan kemampuan untuk menjembatani teknologi dengan kebutuhan bisnis, data scientist mampu menghadapi tantangan perubahan teknologi sekaligus memanfaatkan peluang besar yang diciptakan oleh AI. Kehadiran AI bukanlah ancaman, melainkan alat yang mendukung data scientist untuk lebih fokus pada inovasi dan solusi strategis. Di Indonesia, dengan potensi besar di sektor digital dan kebutuhan yang terus meningkat akan tenaga kerja berbasis data, profesi ini menawarkan peluang karir yang menjanjikan, bahkan menjadi salah satu solusi untuk mengatasi tantangan pengangguran. Transformasi digital yang sedang berlangsung menunjukkan bahwa profesi data scientist akan terus relevan dan menjadi penggerak utama kemajuan teknologi di berbagai sektor industri.
ADVERTISEMENT
Referensi
ADVERTISEMENT