Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Masyarakat Multikulturalisme dalam Bingkai QS: Al-Hujurat Ayat 13
29 Oktober 2024 9:58 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Naufal Hibban Firdaus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Namun, didalam QS: Al-Hujurat ayat 13 hal ini sudah dibahas secara jelas Allah Ta'ala menciptakan manusia menjadi berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar saling mengenal. Ini membuktikan bahwasanya sejak awal Allah Ta'ala menciptakan manusia tidak hanya satu golongan saja, tetapi bermacam-macam yaitu dari berbagai aspek, seperti kulit, ras, suku, bangsa, agama dan lainnya.
Masyarakat Multikulturalisme Perspektif Al-Qur'an Surah Al-Hujurat Ayat 13
Ayat ini menegaskan bahwa perbedaan suku, bangsa, dan budaya merupakan bagian dari kebijaksanaan Allah Ta'ala untuk memperkaya kehidupan manusia. Islam mengajarkan bahwa perbedaan ini harus dihormati dan dipahami sebagai jalan untuk saling mengenal, bukan untuk menciptakan perpecahan. Yang paling mulia di sisi Allah Ta'ala bukanlah mereka yang berasal dari suku atau bangsa tertentu, tetapi mereka yang memiliki ketakwaan tinggi. Hal ini mendorong umat manusia untuk hidup dalam harmoni, mengutamakan kebaikan, dan menghargai keragaman.
ADVERTISEMENT
Sekali lagi, Allah Ta'ala menginginkan keberagaman ini untuk saling mengenal bukan menjadikan perpecahan. Mengenal disini berarti Allah Ta'ala memberikan isyarat kepada manusia untuk belajar dari manusia lainnya yang memiliki perbedaan satu sama lainnya. Sehingga keberagaman itu membentuk sebuah sinergi yang kuat bukan kehancuran satu sama lainnya.
QS: Al-Hujurat Ayat 13 Menurut Tafsir Al-Mishbah
Dalam Tafsir Al-Mishbah, Prof. Quraish Shihab menjelaskan Surah Al-Hujurat ayat 13 sebagai ayat yang menekankan pentingnya keberagaman dan persaudaraan antar-manusia. Menurutnya, Allah Ta'ala menciptakan manusia dari asal yang sama, yaitu dari seorang laki-laki (Adam) dan seorang perempuan (Hawa), lalu memisahkan mereka dalam berbagai kelompok suku dan bangsa. Hal ini bukan bertujuan untuk saling merendahkan, tetapi agar manusia saling mengenal dan memahami satu sama lain.
ADVERTISEMENT
Prof. Quraish juga menjelaskan bahwa penekanan ayat ini ada pada takwa sebagai penentu kemuliaan seseorang, bukan pada asal suku, ras, atau bangsa. Ayat ini mengandung pesan bahwa yang paling mulia di sisi Allah Ta'ala adalah mereka yang paling bertakwa. Jadi, manusia seharusnya tidak merasa lebih unggul berdasarkan asal keturunan, tetapi melalui usaha mereka dalam mendekatkan diri kepada Allah. Tafsir ini menegaskan bahwa Islam mendorong masyarakat multikultural yang harmonis, berdasarkan nilai-nilai kebaikan dan ketakwaan.
Penekanan Makna Lita'arafu dalam Al-Hujurat Ayat 13
Inti multikulturalisme dari perspektif QS. Al-Hujurat ayat 13 adalah pengakuan dan penerimaan terhadap keberagaman sebagai fitrah ciptaan Allah Ta'ala. Ayat ini mengajarkan bahwa Allah Ta'ala menciptakan manusia dengan berbagai perbedaan suku, bangsa, dan budaya untuk tujuan saling mengenal yaitu li ta'ārafū, bukan untuk merendahkan atau mengunggulkan satu kelompok di atas yang lain. Dengan demikian, Islam memandang keberagaman sebagai sesuatu yang positif, yang harus dihormati dan dimaknai untuk membangun hubungan yang harmonis.
ADVERTISEMENT
Ayat ini juga menggarisbawahi bahwa nilai kemuliaan manusia di sisi Allah Ta'ala tidak terletak pada identitas suku atau bangsanya, tetapi pada tingkat ketakwaannya. Maka, multikulturalisme dalam Islam bukan hanya soal menghormati perbedaan, tetapi juga membangun kesadaran bahwa semua manusia memiliki derajat yang sama di hadapan Allah Ta'ala. Persaudaraan dan kebersamaan lintas budaya menjadi fondasi untuk menciptakan masyarakat yang damai, adil, dan saling menghargai, sejalan dengan nilai ketakwaan.
Takwa adalah melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Manusia yang bertakwa adalah manusia yang paling mulia disisi Allah Ta'ala, baik dari suku atau ras manapun yang berbeda jikalau nilai ketakwaannya sama, maka mulia dihadapan Allah Ta'ala.