Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Utsman bin Affan Sosok Khalifah Lemah Lembut dan Berkharisma
17 Januari 2023 11:09 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Naufal Hibban Firdaus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Seperti yang kita ketahui bahwasanya Utsman bin Affan memegang tampuk kekuasaan kekhalifahan setelah masa kepemimpinan Umar bin Khattab, hal ini mengartikan bahwasanya Utsman menjadi khalifah ketiga setelah Rasulullah SAW wafat. Di masa sebelumnya sudah banyak sekali perkembangan untuk umat Islam .
ADVERTISEMENT
Utsman sendiri dilantik menjadi khalifah tiga hari pasca wafatnya Umar bin Khattab, pada hari-hari tersebut Utsman meminta pendapat dari kalangan sahabat senior, salah satunya adalah Abdurrahman bin ‘Auf. Pada waktu tersebut tidak ada seorang pun yang menyanggah pendapat tentang Utsman darinya.
Pemba'iatan Utsman sebagai Khalifah Ketiga
Pada prosesnya, pengangkatan Utsman menjadi khalifah berbeda dengan pengangkatan Umar, jika sebelumnya Abu Bakar menunjuk langsung Umar sebagai khalifah selanjutnya (berdasarkan wasiat), sedangkan pada setelah Umar tidak seperti itu prosesnya, ada majelis tinggi yang dibentuk Umar sebelum beliau wafat.
Menurut Masdar Farid Mas’udi di dalam bukunya, Majelis (ahlu-l-halli wa-l-aqdi) yang dibentuk oleh Umar beranggotakan 6 orang sahabat senior, mereka adalah Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, Zubair bin Awwam, Saad bin Abi Waqqas, dan Thalhah bin Ubaidillah.
ADVERTISEMENT
Utsman dengan rendah diri selalu menolak ketika diberikan jabatan khalifah, dan mengedepankan Ali bin Abi Thalib untuk maju, namun Ali tetap bersikukuh agar Utsman mau menjadi khalifah karena beliau adalah sahabat senior.
Perkembangan dan Kebijakan Utsman bin Affan
Banyak sekali perkembangan dan kebijakan baru yang berbeda dari zaman kekhalifahan Umar bin Khattab, hal ini membuktikan bahwasanya khalifah Utsman bin Affan sangat bersungguh-sungguh dalam memajukan umat Islam.
Di antara kebijakannya yang banyak, ada salah satu yang populer yaitu dalam kodifikasi Al-Quran , walaupun sebenarnya kodifikasi Al-Quran sudah direncanakan sejak zaman Abu Bakar, sudah terlaksana namun belum maksimal.
Hingga akhirnya khalifah Utsman bin Affan mengukuhkan lajnah kodifikasi Al-Quran yang dipimpin oleh Zaid bin Tsabit, faktor besar yang mendorong adanya kodifikasi adalah, banyaknya hafidz yang syahid di medan perang, hal ini sungguh mengkhawatirkan karena dari tidak adanya hafidz maka Al-Quran akan hilang.
ADVERTISEMENT
Kedua banyaknya ayat-ayat Al-Quran yang berserakan, hal tersebut terjadi karena pada saat turun wahyu Al-Quran hanya dituliskan di batu, tulang, pelepah kurma, dan media tulis lainnya sebelum menggunakan kertas atau kulit hewan.
Kebijakan Membangun Armada Laut Islam Pertama
Perluasan wilayah yang dilakukan oleh khalifah Utsman menjadikan tingkat keamanan meningkat, bukan hanya di darat saja, karena ada wilayah laut yang menjadi milik umat Islam, maka perlunya armada laut adalah sebuah keharusan dalam menjaga keutuhan negara Islam di lautan.
Muawiyah bin Abi Sufyan sosok yang ditunjuk oleh Utsman sebagai pemimpin yang membangun armada tersebut, 1.700 kapal berhasil dibuat dipakai untuk ekspansi hingga ke Iran, Konstantinopel, Afrika, bahkan Eropa. Pada saat itu Muawiyah dengan armada lautnya mampu menjangkau wilayah–wilayah tersebut dengan cepat melalui jalur laut.
ADVERTISEMENT
Hal ini juga merupakan prestasi terbesar Utsman bin Affan dalam kekhalifahannya yang menjadikan ajaran Islam semakin meluas, dari Timur hingga Barat membentang tanah milik umat Umat Islam.
Fitnah dan Huru-Hara Pada Pemerintahan Utsman
Selama Utsman memerintah beberapa tahun masalah kecil mulai muncul yang menjadikan tanda–tanda akhir dari kekhalifahannya, masalah ini datang dari provokator dan datang juga dari sifat Utsman sendiri, yaitu pemalu dan lemah lembut.
Atas sifat terpuji Utsman ini, banyak sekali orang–orang yang memanfaatkannya untuk menebar benih kebencian terhadap dirinya.
Sosok Utsman yang selalu memaafkan menjadikan beliau tidak berlaku keras terhadap orang lain yang sudah melanggar hak-haknya. Bahkan Utsman tidak menuntutnya untuk dibalas, sebenarnya peringai ini adalah mulia, namun tidak cocok untuk sosok yang sedang memegang tampuk kekuasaan.
ADVERTISEMENT
Selain itu umur Utsman yang sudah lanjut dalam memegang kekuasaan, menjadikan alasan bagi kaum pemuda untuk berlindung di bawah pangkatnya, hingga Utsman dituduh mementingkan kaum kerabatnya sendiri.
Sebab, Utsman lebih percaya kerabat–kerabatnya dari bani Umayyah, banyak gubernur, panglima, orang-orang yang ditempatkan oleh Umar dilepas oleh Utsman dan digantikan dengan kerabatnya dari bani Umayyah.
Keterlibatan Abdullah bin Saba' dalam Huru-Hara dan Syahidnya Utsman
Abdullah bin Saba’ adalah seorang Yahudi yang menjadi muslim pada masa kekhalifahan Ustman bin Affan, dia adalah sosok pembawa kayu bakar sekaligus provokator pada masa kehalifahan Utsman bin Affan.
Dia juga adalah orang yang pro terhadap khalifah Ali’ bin Abi Thalib, dia terlalu memuja-muja Ali’ secara tradisional dia dipandang ghulat. Selain itu dia adalah pencetus gerakan Saba’iyyah, dikatakan sebagai orang-orang yang mengajak penduduk Mesir untuk melawan Utsman dan bertanggung jawab terhadap perusakan pemukiman yang berada di dekat lokasi pertempuran Unta.
ADVERTISEMENT
Atas hasil hasutannya dan fitnahnya, maka khalifah Utsman bin Affan wafat secara tragis di rumahnya sendiri. Hal ini membuat para sahabat geram karena ada orang yang berani membunuh khalifahnya sendiri.
Utsman bin Affan sosok khalifah ketiga pasca nabi Muhammad SAW wafat, yang mendorong kebijakan-kebijakan luar biasa dengan segudang prestasinya. Memajukan ekonomi umat Islam, politik bahkan memperluas wilayah Islam.
Selama kurang lebih 12 tahun mengemban amanat sebagai khalifah, menggantikan al-Faruq yang wafat ditikam saat salat subuh. Walaupun sebentar, sumbangsih dalam menggelorakan agama Islam agar meluas secara masif patut diacungi jempol.