Konten dari Pengguna

Tenaga Medis, Sang Penyelamat yang Pemerataannya Dibutuhkan Rakyat

Naufal Rasendriya Nandana
Mahasiswa program studi kedokteran di Universitas Airlangga
2 Januari 2025 7:27 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Naufal Rasendriya Nandana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: freepik.com
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: freepik.com
ADVERTISEMENT
Tenaga medis adalah pekerjaan yang sangat penting bahkan krusial dalam kehidupan ini. Setiap orang pasti menginginkan hidup bahagia dan sehat sentosa. Hal ini tidak lepas dari tanggung jawab seorang tenaga medis yang berperan dalam menjaga kualitas hidup masyarakat. Mereka merupakan garda terdepan dalam bidang kesehatan karena secara mandiri dapat melakukan intervensi medis teknis dan intervensi bedah tubuh manusia yang tidak dimiliki oleh jenis tenaga kesehatan.
ADVERTISEMENT
Menurut UU Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan, tenaga medis tergolong sebagai SDM kesehatan, yaitu seseorang yang bekerja secara aktif di bidang kesehatan, baik yang memiliki pendidikan formal kesehatan maupun tidak, yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan. Di Indonesia, hanya ada dua profesi yang tergolong ke dalam tenaga medis, yaitu dokter dan dokter gigi.
Namun, jumlah dokter di Indonesia pada tahun 2022 adalah 176.110 dokter. Jumlah ini setara dengan 12,23% dari seluruh tenaga kesehatan di Indonesia. Padahal jumlah seluruh warga Indonesia adalah 275,77 juta jiwa. Hal ini membuat perbandingan dokter di Indonesia pada tahun 2022 berada pada angka 1 : 1.565. Berdasarkan standar WHO, perbandingan jumlah dokter yang ideal adalah 1 : 1.000. Artinya, Indonesia masih membutuhkan sekitar 100.000 dokter untuk mencapai standar tersebut.
ADVERTISEMENT
Bahkan, dengan jumlah saat ini, persebaran tenaga medis pun masih belum merata. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2022, 70% tenaga medis berada di Pulau Jawa. Provinsi dengan tenaga medis paling sedikit berada di Sulawesi Barat (512 dokter, penduduknya 1,4 juta), Kalimantan Utara (600, penduduknya 727 ribu), dan Gorontalo (648, penduduk 1,1 juta).
Ketidakmerataan ini juga dapat terlihat pada kecukupan dokter di puskesmas. Pada 2022, 55% puskesmas di Indonesia, yang umumnya berada di Jawa dan Bali, mengalami kelebihan dokter. Padahal di Provinsi Papua, kekurangan dokter gigi mencapai persentase tertinggi, yaitu 86,5%, diikuti Papua Barat 78,4% dan Maluku 77%. Provinsi dengan proporsi kekurangan terendah adalah Bali sebesar 1,7%, Yogyakarta 2,5% dan DKI Jakarta 5,1%.
ADVERTISEMENT
Mengapa hal ini bisa terjadi?
Banyaknya fasilitas dan infrastruktur yang kurang memadai pada beberapa daerah, khususnya 3T (terpencil, terluar, dan tertinggal), membuat para tenaga medis perlu berpikir lebih untuk keberlangsungan hidupnya selama tinggal di daerah tersebut. Ditambah, fasilitas kesehatan yang minim dan upah yang sering kali jauh dari kata ideal membuat mereka menghindari daerah-daerah terpencil.
Bahkan di beberapa daerah, gaji yang didapat oleh tenaga medis tidak sebanding dengan biaya yang mereka keluarkan selama menempuh pendidikan. Untuk menempuh pendidikan dan menjadi seorang tenaga medis, diperlukan waktu yang cukup lama dan biaya yang tidak sedikit. Mereka tentunya tidak ingin dedikasi selama beberapa tahun itu hanya dibayar dengan upah yang dibawah standar. Hal-hal tersebut yang menjadikan lebih banyak tenaga medis memilih untuk bekerja di perkotaan daripada di pedesaan.
ADVERTISEMENT
Bagaimana solusi yang dapat diberikan?
Solusi yang dapat diberikan oleh pemerintah adalah pemerataan fasilitas dan infrastruktur, penambahan upah, serta pemberian bonus untuk tenaga medis yang bekerja di daerah 3T. Dengan begitu tenaga medis tidak perlu lagi memikirkan bagaimana mereka bertahan hidup di tiap daerah yang ada karena seluruh infrastruktur maupun fasilitas sudah dapat diakses dengan mudah. Dengan adanya upah dan pemberian bonus juga menyejahterakan para tenaga medis yang telah mengabdikan hidupnya untuk terjun ke masyarakat. Tidak lupa, perbaikan kurikulum pendidikan juga perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas tenaga medis di Indonesia.
Pemerintah juga dapat memperbanyak beasiswa kepada para pemuda desa sehingga mereka mau kembali untuk mengabdi di daerahnya sendiri. Kebutuhan spesialis yang terus bertambah juga dapat diatasi dengan beasiswa tersebut. Pemerintah dapat memperbanyak pemberian beasiswa kepada para tenaga medis yang kompeten dan memiliki niat untuk mengabdi di daerah-daerah yang kekurangan. Dengan begitu, tenaga medis Indonesia diharapkan akan semakin merata sehingga dapat membantu masyarakat dan meningkatkan kualitas hidup di Indonesia.
ADVERTISEMENT