Konten dari Pengguna

Pers Bebas, Masyarakat Cerdas: Etika yang Menjadi Pegangan

naufalmokhamad92
Mahasiswa Universitas Pancasila
3 Desember 2024 10:02 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari naufalmokhamad92 tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Kemerdekaan pers harus diimbangi etika untuk menjaga kualitas dan keadilan informasi ( sumber foto : freepik )
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Kemerdekaan pers harus diimbangi etika untuk menjaga kualitas dan keadilan informasi ( sumber foto : freepik )
ADVERTISEMENT
Kemerdekaan pers adalah salah satu pilar utama dalam kehidupan demokrasi. Ini memberi kebebasan bagi jurnalis untuk menyampaikan kebenaran tanpa adanya campur tangan dari pihak manapun, baik itu pemerintah, korporasi, atau kekuatan lainnya. Namun, kebebasan ini tidak boleh diartikan sebagai kebebasan tanpa batas. Dalam dunia yang dipenuhi informasi yang terus berkembang, etika jurnalistik menjadi sangat penting sebagai panduan untuk menjaga kualitas dan keadilan dalam pemberitaan.
ADVERTISEMENT
Pers bebas yang tidak memiliki pegangan etika akan dengan mudah jatuh dalam jebakan sensasionalisme dan pemuatan berita yang hanya menguntungkan pihak tertentu. Kebebasan tersebut seharusnya tidak digunakan untuk menyebarkan informasi yang dapat merugikan individu atau kelompok. Tanpa etika, pers bisa dengan mudah diperalat untuk kepentingan tertentu, seperti politik atau ekonomi, yang justru bertentangan dengan tugas utama media, yaitu memberikan informasi yang akurat dan objektif kepada masyarakat. Jika pers hanya mengejar keuntungan dari tayangan yang mengundang sensasi, maka masyarakat tidak akan mendapatkan informasi yang bermanfaat dan dapat dipercaya.
Etika jurnalistik berfungsi untuk memastikan bahwa kebebasan yang diberikan kepada media tidak disalahgunakan. Prinsip-prinsip seperti akurasi, keadilan, dan keberimbangan menjadi pegangan yang mengarahkan media untuk selalu mengutamakan kebenaran, meskipun ada godaan untuk menyajikan berita yang lebih menarik atau sensasional. Misalnya, dalam meliput suatu peristiwa, penting bagi media untuk tidak hanya menyampaikan satu sisi cerita, tetapi memberikan ruang bagi berbagai perspektif yang ada. Hal ini penting untuk menciptakan masyarakat yang tidak hanya terinformasi, tetapi juga mampu berpikir kritis dan rasional dalam menanggapi informasi yang diterima. Dalam dunia yang serba cepat ini, kesalahan atau ketidakakuratan dalam pemberitaan bisa menyebar dengan sangat cepat, bahkan sebelum media bisa mengoreksi atau menarik informasi yang salah tersebut. Oleh karena itu, etika jurnalistik yang ketat menjadi penyeimbang terhadap kecepatan dalam penyebaran berita.
ADVERTISEMENT
Di era digital, di mana media sosial dan platform online sering kali menjadi sumber utama berita bagi sebagian besar orang, peran etika semakin krusial. Tanpa etika yang jelas, informasi yang salah atau hoaks bisa dengan mudah menyebar dan merusak kepercayaan publik terhadap media. Pers tidak hanya bertanggung jawab untuk memberikan informasi yang benar, tetapi juga untuk membantu masyarakat memahami cara menyaring dan menilai informasi yang diterima. Media harus memastikan bahwa mereka memberikan berita yang telah diverifikasi dan tidak hanya mengutamakan kecepatan dalam penyiarannya. Dalam konteks ini, jurnalisme harus mendorong masyarakat untuk berpartisipasi dalam mencari kebenaran, baik melalui diskusi yang sehat maupun dengan memanfaatkan sumber yang lebih kredibel dan terverifikasi.
Sebagai contoh, penyebaran hoaks tentang isu kesehatan atau politik bisa menimbulkan kerusakan yang sangat besar, bahkan mengancam keselamatan masyarakat. Ketika jurnalis mengabaikan etika untuk mengejar sensasi atau klik, dampaknya tidak hanya dirasakan oleh individu yang terkena dampak berita tersebut, tetapi juga oleh masyarakat luas yang kehilangan kepercayaan pada media. Hoaks dapat mengarah pada polarisasi sosial, di mana masyarakat terbagi-bagi berdasarkan informasi yang salah dan menyesatkan. Untuk itu, media harus selalu berpegang pada prinsip etika dalam setiap langkah pemberitaan mereka, dengan terus mengedepankan fakta dan verifikasi informasi. Kepercayaan masyarakat pada media akan lebih mudah terbangun jika media mampu mempertahankan standar jurnalistik yang tinggi dan tidak tergoda untuk memburu keuntungan jangka pendek.
Ilustrasi Kemerdekaan pers dengan etika membentuk masyarakat cerdas melalui informasi yang kredibel dan berpikir kritis ( sumber foto : freepik )
Kemerdekaan pers yang disertai dengan etika yang kokoh juga membantu membentuk masyarakat yang lebih cerdas. Informasi yang disajikan dengan jujur dan berimbang memberi masyarakat kemampuan untuk berpikir lebih kritis. Mereka tidak hanya menerima informasi begitu saja, tetapi mampu menganalisis dan memprosesnya untuk membuat keputusan yang lebih bijaksana. Masyarakat yang mendapatkan informasi yang benar dan tepat adalah masyarakat yang lebih siap untuk menghadapi tantangan zaman. Dengan adanya informasi yang kredibel dan disampaikan dengan penuh tanggung jawab, masyarakat dapat lebih memahami isu-isu besar yang ada di sekitar mereka, dari politik, ekonomi, hingga isu-isu sosial yang memengaruhi kehidupan mereka sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Penting juga untuk diingat bahwa etika tidak hanya berlaku pada jurnalis, tetapi juga pada konsumen media. Masyarakat harus dilatih untuk mengidentifikasi informasi yang kredibel dan menghindari penyebaran berita palsu. Oleh karena itu, media juga harus berperan dalam mendidik audiens mereka untuk menjadi konsumen informasi yang lebih cerdas dan bertanggung jawab. Sebagai bagian dari masyarakat informasi, setiap individu harus bisa memilah antara informasi yang berkualitas dan yang tidak, serta tahu kapan untuk merujuk pada sumber yang dapat dipercaya. Pembelajaran kritis terhadap media harus dimulai sejak dini agar masyarakat terbiasa dalam memfilter informasi dan menghindari jebakan hoaks.
Pada akhirnya, kebebasan pers yang disertai dengan etika adalah kunci untuk menciptakan masyarakat yang cerdas dan demokratis. Pers yang bebas untuk mencari dan menyampaikan kebenaran, namun tetap berlandaskan pada prinsip etika, akan terus berperan penting dalam membentuk opini publik yang sehat dan membangun kepercayaan antara media dan masyarakat. Kebebasan pers dan etika jurnalistik harus berjalan beriringan, karena keduanya saling melengkapi untuk menciptakan dunia yang lebih transparan, adil, dan terinformasi dengan baik. Untuk mewujudkan hal ini, tidak hanya media yang harus bertanggung jawab, tetapi juga masyarakat yang harus aktif berperan dalam memastikan bahwa informasi yang diterima dan disebarkan adalah informasi yang akurat, berkualitas, dan bermanfaat bagi kemajuan bersama.
ADVERTISEMENT