Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Kurikulum AI di Sekolah Dasar: Ambisi Teknologi dan Realitas Perkembangan Anak
12 Mei 2025 12:03 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Naza Bunga Nurul Qolby tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Kesesuaian Kurikulum dengan Tahap Perkembangan Kognitif Siswa SD
Teori perkembangan kognitif Jean Piaget (1972) menjelaskan bahwa siswa sekolah dasar, khususnya pada rentang usia 7-11 tahun, berada pada tahap operasional konkret. Pada fase ini, pemahaman logika dan kemampuan berpikir sistematis mulai berkembang, namun masih terbatas pada konsep-konsep yang konkret dan kontekstual. Pengenalan konsep abstrak seperti algoritma dan AI memerlukan pendekatan pedagogis yang sangat berbeda dengan pembelajaran di jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Materi yang disajikan secara teoritis dan tanpa relevansi yang jelas dengan pengalaman sehari-hari siswa berpotensi menimbulkan kesulitan dalam pemahaman dan menurunkan motivasi belajar.
ADVERTISEMENT
Disparitas Infrastruktur dan Kompetensi Guru
Implementasi kurikulum berbasis teknologi sangat bergantung pada ketersediaan infrastruktur TIK yang memadai dan kompetensi guru dalam mengintegrasikan teknologi ke dalam proses pembelajaran. Data Kemdikbudristek menunjukkan adanya disparitas signifikan dalam akses terhadap fasilitas TIK di sekolah dasar di seluruh Indonesia. Laporan UNESCO (2021) mengenai ketidaksetaraan pendidikan di Indonesia juga menyoroti bahwa ketimpangan infrastruktur dan kurangnya pelatihan yang memadai bagi guru menjadi hambatan utama dalam implementasi kurikulum baru. Tanpa mengatasi kesenjangan ini, implementasi kurikulum AI berisiko memperlebar jurang kualitas pendidikan antar wilayah.
Prof. Dr. Komarudin Hidayat menekankan pentingnya kebijakan pendidikan yang mempertimbangkan realitas sosial dan kapasitas sumber daya. Implementasi kurikulum yang terburu-buru tanpa persiapan yang matang dapat menimbulkan dampak negatif yang tidak diinginkan.
ADVERTISEMENT
Maria Montessori (2007) mengingatkan bahwa pendidikan di tingkat dasar harus fokus pada pengembangan jiwa anak secara holistik, tidak hanya pada transfer informasi. Kurikulum ideal menyeimbangkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Howard Gardner (2006) dengan konsep Five Minds for the Future, menekankan pentingnya mengembangkan pikiran yang etis dan menghargai sejak usia dini, yang relevan dalam konteks penggunaan teknologi seperti AI.
Untuk mengoptimalkan implementasi kurikulum AI di sekolah dasar, beberapa langkah strategis dapat dipertimbangkan:
ADVERTISEMENT