Konten dari Pengguna

Upaya Pencegahan Obesitas Anak Akibat Mengonsumsi Fast Food Secara Berlebihan

Nazlia Anjani
Mahasiswa Public Health Nutrition Faculty of Public Health Universitas Indonesia
13 Desember 2022 13:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nazlia Anjani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Fast Food. Sumber : Freepik.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Fast Food. Sumber : Freepik.com
ADVERTISEMENT
Banyak orang tua menganggap bahwa anak yang gemuk terlihat sangat lucu dan menggemaskan. Anak dengan pipi yang bulat serta badan yang subur mengundang perhatian orang lain di sekitarnya atas keimutannya. Tidak jarang mereka memuji orang tuanya karena dinilai berhasil dalam memberi asupan makanan yang baik kepada anaknya sehingga anaknya dapat dikategorikan sehat. Padahal, tidak semua anak yang tampak gemuk termasuk sehat atau normal menurut indikator status gizi pada anak, lho! Kondisi kegemukan pada anak perlu diperhatikan secara serius karena dapat meningkatkan peluang terjadinya obesitas yang berujung pada timbulnya penyakit tidak menular di masa depan. Oleh karena itu, mari kita simak penjelasan mengenai obesitas pada anak, penyebabnya, serta hal-hal yang dapat kita lakukan untuk mencegahnya berikut ini.
ADVERTISEMENT
Sebelum memulai pembahasan lebih lanjut, kita perlu memahami dengan jelas apa yang dimaksud obesitas pada anak. Pada umumnya, anak mendapat pengukuran berat badan dan tinggi badan secara rutin untuk melihat proses pertumbuhannya. Kedua hasil pengukuran itu dapat dijadikan landasan penentuan status obesitas pada anak, lho! Pengukuran berat badan dapat digunakan untuk menilai indeks BB/U (berat badan menurut umur) untuk anak yang berusia 60 bulan ke bawah. Indeks ini memberi gambaran berat badan relatif dibandingkan dengan umur anak. Namun, indeks ini hanya dapat mendeteksi risiko berat badan lebih pada anak, yaitu apabila berat badan anak berada lebih dari z-score > +1 standar deviasi sesuai Permenkes RI Nomor 2 Tahun 2020 tentang Standar Antropometri Anak. Jika anak Anda berada pada kategori tersebut, jangan terlalu khawatir dahulu karena anak yang masuk kategori ini belum tentu memiliki masalah pertumbuhan, sehingga perlu dikonfirmasi dengan indeks berikutnya, yaitu IMT/U.
ADVERTISEMENT
IMT/U (indeks massa tubuh menurut umur) adalah salah satu indeks pengukuran status gizi anak yang membandingkan indeks massa tubuh relatif terhadap umur. Nilai indeks massa tubuh sendiri dapat diketahui dengan membagikan berat badan dalam kilogram dengan kuadrat tinggi badan dalam meter. Seorang anak dikatakan obesitas apabila nilai z-score IMT/U-nya berada lebih dari +3 standar deviasi untuk anak di bawah 60 bulan dan lebih dari +2 standar deviasi untuk anak usia 5-18 tahun. Setelah mengetahui standar yang berlaku dalam penentuan obesitas anak, mari ingat kapan terakhir kali Anda mengecek status gizi anak Anda dan bagaimana hasilnya. Jika anak belum sampai ke kategori obesitas namun mendekati ke arah itu, orang tua perlu lebih memperhatikan kondisi anak untuk mencegah kejadian gizi lebih dan obesitas pada anak serta untuk menghindari atau mengurangi penyakit tidak menular seperti jantung dan diabetes melitus lebih lanjut di kemudian hari. Menurunkan berat badan pada orang dengan obesitas jauh lebih sulit dibandingkan menaikkan berat badan pada orang yang kekurangan berat badan sehingga pencegahannya menjadi prioritas utama bagi kita semua.
ADVERTISEMENT
Lalu, apa penyebab terjadinya obesitas pada anak? Pertama, kebiasaan makan yang kurang baik. Anak dengan kebiasaan makan buruk seperti sering mengonsumsi makanan siap saji, makanan olahan, makanan berlemak, dan minuman bergula tinggi juga rentan kelebihan berat badan. Kebiasaan makan anak ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan atau pola asuh orang tua. Selain itu, gaya hidup orang tua yang buruk juga menjadi contoh tidak baik yang diikuti anak hingga berisiko obesitas. Makanan cepat saji semakin menjamur di sekitar kita khususnya dalam 30 tahun terakhir ini. Bisnis ini berkembang dengan pesat dan kita semakin mudah menemukan makanan cepat saji di setiap sudut jalan, mulai dari harga yang mahal hingga yang ramah di kantong. Makanan cepat saji dikenal sebagai makanan padat kalori (calorie-dense food) yang tinggi garam dan lemak, namun rendah vitamin dan mineral yang sebenarnya sangat diperlukan oleh tubuh apalagi di masa pertumbuhan.
ADVERTISEMENT
Konsumsi kalori berlebih ditambah dengan perilaku sedentari (perilaku seseorang yang tidak banyak melakukan gerakan dan hanya mengeluarkan sedikit energi, seperti duduk, membaca, menonton televisi, belajar, bermain game, dan bermain atau menggunakan komputer) menyebabkan semakin tingginya peluang anak mengalami obesitas. Ini membawa kita pada penyebab kedua, yaitu aktivitas fisik yang kurang. Anak yang kurang olahraga seringkali berisiko terkena obesitas, terutama bagi anak yang lebih gemar menonton televisi serta memainkan video game dan gawai tanpa dibarengi aktivitas fisik. Oleh karena itu, orang tua perlu mengawasi durasi anak melakukan aktivitas sedentari, ya! Jika sudah cukup lama, alikan kegiatan anak pada kegiatan yang sifatnya lebih kinestetik.
Ketiga, faktor genetik. Gen berperan dalam proses metabolisme tubuh sehingga dapat mempengaruhi komposisi tubuh. Gen diturunkan dari orang tua sehingga orang tua yang obesitas dapat meningkatkan risiko anaknya mengalami obesitas juga. Hal ini merupakan faktor yang tidak dapat diubah, berbeda dengan kedua faktor yang ada sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Lantas bagaimana kiat-kiat untuk mencegah terjadinya obesitas pada anak?. Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah obesitas pada anak, yaitu diantaranya seperti Pertama, batasi makanan siap saji dan pangan olahan, jajanan dan makanan selingan yang manis, asin dan berlemak. Dikarenakan apabila terus menerus diberikan akan menyebabkan banyaknya konsumsi pangan yang berlemak masuk kedalam tubuh anak dan membuat anak menjadi obesitas.
Kedua, perbanyak mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan, ketiga perbanyak aktivitas di luar ruangan seperti olahraga sepak bola hal ini merupakan hal yang banyak dicintai oleh anak laki-laki, sehingga dapat berolahraga sambil bermain, lalu olahraga berenang, bersepeda, senam, dan juga olahraga lainnya diluar rumah pada anak.
Keempat, Biasakan anak makan dengan makanan keluarga dan juga biasakan anak membawa bekal makanan sehat serta air putih dari rumah ketika ingin berangkat ke sekolah. Orangtua juga dapat memberikan makanan yang beraneka ragam atau bervariasi pada anak, sesuai dengan teori “isi piringku”.
ADVERTISEMENT