Refleksi 2019: Tahun Stimulasi Berlebihan

Ndoro Kakung
Blogger dan Kreator Konten
Konten dari Pengguna
22 Desember 2019 12:21 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ndoro Kakung tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Almanak 2019 sebentar lagi disobek, diganti dengan kalender 2020. Begitu banyak peristiwa terjadi sepanjang tahun 2019, di ranah politik, ekonomi, sosial, hukum, budaya, lokal dan internasional, teknologi, internet, media sosial, juga kehidupan kita masing-masing. Ada yang membuat hati gembira, banyak pula yang membuat kita prihatin.
Bagaimana kita menghadapi 2020?
Sebagai orang yang nyaris setiap saat berselancar di internet dan menghabiskan sebagian besar waktu di media sosial, saya pun mempunyai catatan perihal kejadian dan fenomena yang terjadi sepanjang 2019. Salah satu yang saya rasakan adalah kita menghadapi stimulasi berlebihan dari internet. Rangsangan tersebut kian besar dari tahun ke tahun.
ADVERTISEMENT
Data yang diungkapkan oleh victoryfront.com mendukung pengamatan saya. Menurut situs ini, pada 1970, rata-rata orang terekspos 500 tayangan iklan per hari. Pada 2019, rata-rata tiap orang melihat 5.000 iklan per hari. Iklan-iklan itu menyerbu kita melalui majalah, koran, televisi, bilbor, pertunjukkan, telepon, SMS, Whatsapp, Youtube, Facebook, Instagram, Twitter, Netflix, situs ecommerce, situs pemesanan tiket, ojek dan taksi online, dan media-media baru lainnya.
Iming-iming konsumerisme kian dahsyat menyerbu kehidupan kita. Ini belum termasuk bujuk dan rayuan dari ranah non ekonomi lain, misalnya politik dan agama. Pendeknya, hidup kita disesaki oleh dorongan dari luar diri kita. Bagaimana kita menghadapi stimulasi yang berlebihan itu? Bagaimana kita memilah antara signal dan noise di internet?
ADVERTISEMENT
Fokus. Beberapa tokoh dunia yang dikenal berhasil mengatasi stimulus dari luar, antara lain Bill Gates, Michael Jordan, Steve Jobs, dan Elon Musk. Mereka fokus pada tujuan dan pekerjaan. Mereka tak peduli obral diskon akhir tahun di mal-mal atau orang mengatakan apa tentang mereka. Pokoknya mereka hanya kerja, kerja, kerja.
Bill Gates, misalnya, mengurung diri selama sepuluh tahun di kamarnya, nyaris tak mengenal hari libur barang sehari pun. Ia menghindari semua distraksi dan iming-iming untuk mengembangkan Microsoft.
Sekarang Bill Gates menjadi orang terkaya di dunia dan Microsoft termasuk salah satu “kerajaan kuno” di dunia teknologi yang mampu bertahan di tengah serbuan perusahaan TI baru.
Siapa pun Anda sekarang, mahasiswa, karyawan, developer, CEO startup, sanggupkah Anda fokus seperti Bill Gates? Bagaimana Anda akan menghadapi distraksi dan tantangan di tahun 2020?
ADVERTISEMENT